Pertama saya bahas dulu tentang utang sendiri. Kenapa sih kita utang? Utang kan jelek. Bikin ga bisa tidur. Bikin malu. Ya, betul kalo yang utang tuh kita sebagai individu, tapi Negara bukan individu. Kalo dianalogikan, Negara lebih tepat dianalogikan sebagai perusahaan. Untuk bisa besar, sebuah perusahaan harus berexpansi. Tapi kalo ga ada uang gimana? Ada 2 pilihan: utang atau menjual saham. Negara juga gitu, pilihannya utang, atau menjual asset, atau membuka pintu investasi.

Dari itu, kita bisa lihat bahwa utang itu tidak bisa langsung di-judge jelek.

Benarkah jumlah itu besar? Kita beranalogi lagi. Ada PNS yg upahnya 3 juta per bulan, punya utang sebesar 100 juta. Lalu ada juga pemain bola yg gajinya 200 juta per bulan punya utang 100juta. Apakah utang 100 juta itu besar? Ya untuk si PNS, tapi tidak untuk si pemain bola.

Analogi di atas menunjukkan bahwa melihat jumlah utang saja tidak cukup, kita harus melihat juga jumlah pendapatannya. Pendapatan Negara yang utama adalah dari pajak. Pajak adalah pungutan atas pendapatan warga di negaranya. Pendapatan warga Negara dijumlahkan menjadi GDP (Gross Domestic Bruto) / PDB (Produk Domestik Bruto). Artinya kita harusnya menghitung utang dengan rasio utang/PDB. Sehingga tidak masalah berhutang banyak kalau pendapatan kita juga tinggi.



Ini perkembangan utang/PDB Indonesia dari tahun 2001
ari grafik di atas, terlihat bahwa keadaan utang Indonesia Indonesia sebenarnya semakin bagus.
Bagaimana dengan Negara lain?


Ini list persentase utang/PDB beberapa Negara:

Indonesia: 25.5%
Jepang: 197%
Yunani: 142%
Italy: 119%
Dan banyak lagi: REFERENSI

Kesimpulannya, saat melihat utang, kita harus melihat rasionya dengan pendapatan, bukan cuma jumlah nominalnya.

semoga memberi pencerahan.jangan lupa ya gan