boeladieghAvatar border
TS
boeladiegh
'Menyulap' Kotak Susu Jadi Uang


Quote:


Nuning menamai usahanya ‘Omah Kenken’. Nama Kenken diambil dari nama putranya Kendra Nagarya yang dipanggil Ken. Melalui usaha yang didirikannya, Nuning mengaku memiliki visi dan misi go green.

“Walau skala usahanya belum besar, tapi saya ingin bisa sedikit mengurangi sampah yang ada di lingkungan sekitar dengan mengolahnya menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yaitu bisa dipakai dan dapat dijual,” kata Nuning yang memiliki tagline “Dunia selamat, uang kita dapat, bermanfaat bagi masyarakat” untuk usahanya ini.

Dengan memiliki usaha berbahan baku kotak bekas alias ‘sampah’, Nuning berharap akan bermunculan usaha-usaha lain yang juga memiliki visi dan misi menyelamatkan lingkungan.

Dari kotak susu bekas, istri Endrat Nur Wibowo ini mengolah menjadi berbagai produk, mulai dari celengan, kotak serbaguna, tempat kartu nama, mobil-mobilan, wadah pensil, dan lain-lain. Khusus untuk pemesanan, Nuning menjual berupa celengan dan kotak serbaguna.

Ibu satu putra ini menjual produknya tergantung dari ukuran kotak susu, di mana ia membanderol produk ukuran 500 ml dengan harga mulai dari Rp 12.500-17.500/pcs, sedangkan untuk produk berukuran 1 liter dijual mulai dari harga Rp 15.000-25.000/pcs. Dari kedua ukuran tersebut, produk ukuran 1 liter yang paling banyak dipesan.

Nuning mengatakan, produknya bisa dibeli secara satuan maupun dalam jumlah banyak. Jika membeli satuan, customer tidak bisa me-request model. “Jadi customer hanya memilih dari stok produk yang ada,” katanya.

Sebaliknya, untuk pembeli dalam skala besar Nuning memperbolehkan customer untuk request model produk sesuai keinginan. “Harga akan disesuaikan, kalau tambah aksesori, berarti harga juga naik,” lanjutnya.

Ia akan memberikan potongan sebesar 30% apabila customer membeli produk lebih dari 50 pcs. Produk buatannya biasa dipesan untuk keperluan hadiah ulang tahun, suvenir ulang tahun maupun untuk keperluan komunitas.

Untuk memenuhi pesanan customer-nya, Nuning memproduksi celengan dan kotak serbaguna setiap hari. Dalam proses pembuatan celengan maupun kotak serbaguna, Nuning tidak memiliki karyawan tetap. Dibantu sang tante, jika pesanan membludak, Nuning juga dibantu tetangga di sekitar tempat tinggalnya yang diberi upah sesuai dengan banyaknya produk yang dikerjakan. “Dalam sehari, bisa membuat sebanyak 15-20 pcs,” katanya.

Untuk membuat celengan dan kotak serbaguna, Nuning menggunakan kotak susu cair pasteurisasi. “Kotaknya harus kotak susu pasteurisasi, karena biasanya kotaknya lebih tebal dibandingkan kotak susu UHT,” jelasnya.

Sebelum diolah menjadi celengan dan kotak serbaguna, kotak dibersihkan terlebih dahulu agar tidak berbau, bersih, dan rapi. Pertama, cuci bersih dengan cara mengucurkan atau memasukkan air ke dalam kotak susu melalui lubang penutup lalu dikocok-kocok.

“Setelah susu habis, kotak harus segera dicuci, kalau tidak secepatnya akan muncul jamur dan berbau,” papar Nuning.

Selanjutnya, masukkan sedikit sabun cair ke dalam kotak, kocok-kocok agar bercampur dengan air. Terakhir, bilas kotak beberapa kali dengan air lalu keringkan dengan cara menjemurnya secara terbalik selama 1-2 hari. Setelah kotak kering, maka sudah siap digunakan.

Tahap berikutnya ialah menutup seluruh sisi kotak dengan kertas kado bermotif, kertas gambar karakter, maupun kertas embos eksklusif yang direkatkan dengan lem. Untuk satu lembar kertas kado batik, bisa dipakai untuk membuat 4 celengan kotak susu ukuran 1 liter, sedangkan untuk satu lembar kertas kado gambar karakter bisa untuk 2 celengan kotak susu ukuran 1 liter dan 2 celengan kotak susu ukuran 500 ml.

Sebagai hiasan, kotak yang sudah dibalut dengan kertas kado dapat ditempeli pita, kancing, benang wol, ataupun kain flanel. “Kreasikan aja sesuai keinginan kita, semua orang bisa membuat kok,” kata Nuning.

Untuk memperoleh kotak susu sebagai bahan utama, Nuning mendapatkannya melalui beberapa cara, di antaranya dari pemakaian putranya setiap hari. Namun karena intensitas minum susu putranya yang saat ini sudah berkurang, Nuning hanya bisa mendapat kotak susu dalam jumlah sedikit.

Alternatif lain, karena ia juga kerap diundang menjadi pembicara beberapa seminar dan event lain yang membahas tema go green, maka dari situ ia bisa mengajak peserta untuk tidak membuang kotak susu bekas setelah habis pakai.

“Nah, daripada kotak susu yang mereka pakai sudah tidak berguna, saya ajak juga untuk mengumpulkan kotak susu tersebut sama saya untuk dibuat celengan,” jelasnya. Tidak hanya itu, beberapa teman kantor dan kerabatnya juga kerap memberikan kotak susu bekas pakai.

“Tapi saya enggak dapat dari pengumpul sampah, karena biasanya kotak susunya sudah dalam kondisi kurang layak untuk dipakai sebagai bahan celengan,” kata wanita kelahiran Surakarta ini.

Nuning memberikan upah Rp 1.000/pcs untuk kotak susu 1 liter dan Rp 500/pcs untuk kotak susu 500 ml kepada setiap kotak yang diberikan kepadanya. “Kadang-kadang ada juga yang ngasih kotak susu secara cuma-cuma,” kata Nuning.

Sedangkan untuk kebutuhan perlengkapan lainnya berupa kertas embos eksklusif, kertas kado bermotif, kertas gambar karakter, pita, dan kancing, ia biasa berbelanja di Pasar Pagi Asemka setiap 2-3 bulan sekali. “Kalau belanja untuk stok banyak, bisa sampai ratusan lembar,” katanya.

Melalui jejaring sosial seperti website, Facebook, dan Twitter, Nuning mempromosikan produk buatannya. Dari berpromosi hanya melalui media online, Nuning mengaku bisa mendapatkan pesanan hingga 300 pcs setiap bulannya dengan omset hingga Rp 5 juta/bulan dengan peak season pada akhir tahun. “Keuntungan bersihnya sekitar 25-30%,” paparnya.

Selain melalui media internet, kini produk Omah Kenken sudah bisa diperoleh di Toko Buku Leksika Kalibata Mall dan di koperasi BP Migas. Selain itu, ia yang kerap diundang sebagai pembicara di berbagai acara seperti seminar, dan talk show membuatnya semakin dikenal oleh masyarakat luas.

“Dari diajak menjadi pembicara tersebut, saya juga bisa menyelipkan untuk memperkenalkan dan mempromosikan Omah Kenken,” kata penulis buku “Sampah Jadi Uang” ini.

Nuning yang saat ini masih berstatus karyawan dengan posisi sebagai Head of IT Training & Operation Enablement Departement sebuah perusahaan provider ternama di Indonesia mengaku masih bisa membagi waktu antara pekerjaan dan mengurusi Omah Kenken. “Alhamdulillah kerjaan tidak terbengkalai dan usaha juga berjalan terus,” katanya.

Kendati usaha yang dimilikinya memiliki visi dan misi go green serta menggunakan kotak bekas alias sampah sebagai bahan baku utama, Nuning mengaku usahanya memiliki prospek yang menjanjikan. Jika beberapa tahun yang lalu Nuning mengaku sulit mengedukasi go green pada masyarakat, namun saat ini menurutnya sudah jauh lebih mudah. “Supaya masyarakat paham perlu dilakukan pendekatan,” papar wanita kelahiran 29 November 1977 ini.

Quote:


TKP
0
15.3K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan