- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah veteran, ngontrak di rumah reot, kerjaan tukang rumput


TS
miftahshoffan
Kisah veteran, ngontrak di rumah reot, kerjaan tukang rumput
Kisah veteran, ngontrak di rumah reot, kerjaan tukang rumput

Kapanlagi.com - Awan di langit hitam menebal, tanda akan turun hujan. Kondisi itu memaksa Mawardi (87) berbenah. Walau geraknya lambat dan agak gemetar, veteran kemerdekaan ini tampak terbiasa untuk menghadapi hujan yang selalu menyebabkan kontrakannya kebanjiran.
"Saya sudah 13 tahun tinggal di sini, setiap hujan deras airnya masuk, terutama dari belakang," ucap Mawardi, di bawah langit mendung, Jumat (4/10) sore itu.
Benar saja. Tak lama setelah hujan deras turun, air mulai masuk ke rumah reot yang ada di Gang Gintar, Jalan Lembaga Pemasyarakatan, Tanjung Gusta, Sunggal, Deliserdang, Sumatera Utara. Untung saja Mawardi dan istrinya Saniah (52) sudah mengamankan barang-barang yang bisa rusak jika terkena air ke tempat lebih tinggi.
Rumah yang didiami Mawardi berukuran sekitar 4x6 meter--sebenarnya lebih mirip gubuk di sawah. Di tengahnya cuma ada satu kamar yang terbentuk dari sekat teriplek. Hanya bagian depan rumah berdinding papan. Bagian lain ditutupi tepas, tapi tak rapat lagi sehingga banyak cahaya masuk dari celah-celah anyaman.
Rumah yang disebut warga sekitar sebagai gubuk itu disewa Mawardi Rp 150 ribu per bulan. Harga itu belum termasuk biaya listrik. Mawardi diakui negara sebagai veteran mulai 1981. Sejak itu dia mendapat sejumlah piagam penghargaan.
Di baju veteran yang dikenakannya terdapat Lencana Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia. Piagam untuk penghargaan itu ditandatangani presiden ketiga Indonesia BJ Habibie.
Berbagai penghargaan diperoleh Mawardi karena dia ikut berjuang semasa di Banyumas, Jawa Tengah. Saat diminta bercerita tentang perjuangan itu, pria renta ini begitu bersemangat.
"Jepang yang ajari aku berperang. Baris berbaris, pakai bambu runcing dan nyanyi lagu Jepang. Habis bom atom, Belanda masuk, baru kita gerilya. Belanda kuatnya siang, kita kuatnya malam, tapi waktu itu kita dibantu dengan ilmu sirep," katanya berkisah.
Meski ikut berjuang, Mawardi termasuk salah seorang veteran kemerdekaan yang kurang beruntung. Hingga hari tuanya dia belum memiliki rumah. "Dulu pernah ada yang bilang akan membantu, saya disuruh siapkan pengantar dan surat lain, untuk dapat rumah veteran. Setelah semua selesai, orangnya tidak datang lagi," ujarnya.
Gaji veteran sebesar Rp 1,2 juta per bulan yang diterima Mawardi hanya cukup untuk kebutuhan makan keluarga. Bahkan, dia terkadang terpaksa bekerja sebagai tukang rumput di Kompleks BTN Tanjung Gusta untuk mendapatkan uang tambahan.
Saat ditanya keinginannya saat ini, Mawardi menjawab, "aku nggak ingin kaya. Harapan masa tua ini ya pikiran tenang, ada rumah."
Quote:
Spoiler for :

Kapanlagi.com - Awan di langit hitam menebal, tanda akan turun hujan. Kondisi itu memaksa Mawardi (87) berbenah. Walau geraknya lambat dan agak gemetar, veteran kemerdekaan ini tampak terbiasa untuk menghadapi hujan yang selalu menyebabkan kontrakannya kebanjiran.
"Saya sudah 13 tahun tinggal di sini, setiap hujan deras airnya masuk, terutama dari belakang," ucap Mawardi, di bawah langit mendung, Jumat (4/10) sore itu.
Benar saja. Tak lama setelah hujan deras turun, air mulai masuk ke rumah reot yang ada di Gang Gintar, Jalan Lembaga Pemasyarakatan, Tanjung Gusta, Sunggal, Deliserdang, Sumatera Utara. Untung saja Mawardi dan istrinya Saniah (52) sudah mengamankan barang-barang yang bisa rusak jika terkena air ke tempat lebih tinggi.
Rumah yang didiami Mawardi berukuran sekitar 4x6 meter--sebenarnya lebih mirip gubuk di sawah. Di tengahnya cuma ada satu kamar yang terbentuk dari sekat teriplek. Hanya bagian depan rumah berdinding papan. Bagian lain ditutupi tepas, tapi tak rapat lagi sehingga banyak cahaya masuk dari celah-celah anyaman.
Rumah yang disebut warga sekitar sebagai gubuk itu disewa Mawardi Rp 150 ribu per bulan. Harga itu belum termasuk biaya listrik. Mawardi diakui negara sebagai veteran mulai 1981. Sejak itu dia mendapat sejumlah piagam penghargaan.
Di baju veteran yang dikenakannya terdapat Lencana Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia. Piagam untuk penghargaan itu ditandatangani presiden ketiga Indonesia BJ Habibie.
Berbagai penghargaan diperoleh Mawardi karena dia ikut berjuang semasa di Banyumas, Jawa Tengah. Saat diminta bercerita tentang perjuangan itu, pria renta ini begitu bersemangat.
"Jepang yang ajari aku berperang. Baris berbaris, pakai bambu runcing dan nyanyi lagu Jepang. Habis bom atom, Belanda masuk, baru kita gerilya. Belanda kuatnya siang, kita kuatnya malam, tapi waktu itu kita dibantu dengan ilmu sirep," katanya berkisah.
Meski ikut berjuang, Mawardi termasuk salah seorang veteran kemerdekaan yang kurang beruntung. Hingga hari tuanya dia belum memiliki rumah. "Dulu pernah ada yang bilang akan membantu, saya disuruh siapkan pengantar dan surat lain, untuk dapat rumah veteran. Setelah semua selesai, orangnya tidak datang lagi," ujarnya.
Gaji veteran sebesar Rp 1,2 juta per bulan yang diterima Mawardi hanya cukup untuk kebutuhan makan keluarga. Bahkan, dia terkadang terpaksa bekerja sebagai tukang rumput di Kompleks BTN Tanjung Gusta untuk mendapatkan uang tambahan.
Saat ditanya keinginannya saat ini, Mawardi menjawab, "aku nggak ingin kaya. Harapan masa tua ini ya pikiran tenang, ada rumah."
0
2.5K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan