- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal serba serbi mengenai Partai Komunis Indonesia dan G30S


TS
omfrank
Mengenal serba serbi mengenai Partai Komunis Indonesia dan G30S
Kitab Merah
Sumber : Majalah TEMPO dll
Sumber : Majalah TEMPO dll

Spoiler for daftar isi:
1. Seberapa jauh keterlibatan Aidit dalam peristiwa 65 #1
2. Sedikit sejarah Aidit #4
3. Aidit, Soeharto, Latief Dan Syam. Siapa lawan,siapa kawan? #4
4. Pelarian dan tertangkapnya Aidit #6
5. Aidit Tertangkap #166. Wangsa Aidit (Oleh :Pejalanjauh) #16
7. Sepenggal Kisah Bersama Ibaruri Aidit (Oleh: Budi Kurniawan) #20
8. Drama berdarah 1 Oktober G30S, Konspirasi: Van der Plas Connection (CIA-MI 6), Dr.Soebandrio - Sam Kamaruszaman - Aidit – Soeharto #20
9. Untung, Seorang Penculik atau Boneka Komunis #24
10. Soeharto Pecah Ndase #25
11. Sebuah Kunci Dari Swedia #26
12. Gerakan dengan Tiga Pita #26
13. Kisah Perwira Kesayangan Soeharto #27
14. Tjakrabirawa, Dul Arief dan „Madura Connection‟
15. Dia Jenderal, Bukan Letnan Kolonel
16. Kenangan Pernikahan Lelaki Kedung Bajul
17. Yang Terbaik Lalu Terbalik
18. Sersan Mayor Boengkoes, Eksekutor Mayjen.M.T.Haryono
19. Misteri Rekaman Tape
20. Untung dan Jejaring Diponegoro
21. Resimen Khusus Tjakrabirawa dan G-30-S
22. Njoto,Peniup Saksofon di Tengah Prahara
23. Saat Lek Njot Bersepatu Roda
24. Pedagang Batik Pembela Republik
25. Revolusi Tiga Serangkai
26. Yang Tersisih Dari Riak Samudra
27. Jalan Curam Skandal Asmara
28. Soekarnoisme Dan Perempuan Rusia
29. Merahnya HR, Merahnya Lekra
30. Serba Kabur di Akhir Hayat
31. Rahasia Tiga Dasawarsa
32. Kenangan di Jalan Malang
33. Secuil Asmara Khong Guan Biscuit
34. Karena Janji Setia
35. Puisi Pamflet Sang Ideolog
36. Kalau Sayang, Aturan Dilangkahi
37. Sjam Kamaruzaman, Anak Tuban dalam Halimun G30S
38. Lelaki Dengan Lima Alias
39. Nyanyian God Father Blok III
40. Intel Penggarap Tentara
41. Agen Merah Penyusup Tentara
42. Hamim:Sjam Suka Omong Besar
43. Perjalanan Preman Tuban
44. Pathuk, Soeharto, Perkenalan Biasa
45. Rumah Teralis Bunga Teratai
46. Akhir Pelarian Sang Buron
47. Kesaksian Sjam (Oleh :John Roosa)
48. Jungkir-Balik Setelah Prahara
49. Peluk Terakhir Buat Sang Putri
50. Versi Mutakhir G30S (Oleh : Asvi Warman Adam)
51. Kisah Dokumen Forensik 7 Pahlawan Revolusi (Oleh:Ben Anderson)
52. Lagi Misteri Mayat Pahlawan Revolusi (Oleh:Teguh Santosa)
53. Menyingkap Kabut Halim (Oleh: Eduard Lukman)
54. Omar Dhani Pernah Menerangkan Siapa Designer G30S/PKI
55. Sekitar G30S, Soeharto, PKI dan TNI-AD (Oleh: Harsutejo)
56. Surat Terbuka Pramoedya Ananta Toer
57. Catatan Kronologis G30S/PKI (Oleh:Mayjen. Pranoto Reksosamodra)
58. G30S PKI Tetap Misteri
59. Sahabat-Sahabat PKI Saya (Oleh:Wilson)
60. CIA Terlibat dan Soeharto Tangan yang Dipakai (Oleh:Omar Dhani)
61. Soebandrio; Kesaksianku Tentang G30S
62. Kisah 1966 : Dari 10 Januari Menuju 11 Maret (Oleh:Sociopolitica)
63. Kisah Tiga Jenderal Dalam Pusaran Peristiwa 11 Maret 1966 (Oleh:Sociopolitica)
64. Malapetaka Sosiologis Indonesia:PembalasanBerdarah (Oleh:sociopolitical)
65. Indonesia:Satu Masa Pada Suatu Wilayah Merah (Oleh:sociapolitica)
66. Pidato Presiden Soekarno”Nawaksara” Di SU ke-IV MPRS 22 Juni 1966
67. Menguraikan Simpul-Simpul Rumit (Oleh : Ignas Legowo)
68. In Memoriam Oei Tjoe Tat
69. Kesaksian Keluarga Pahlawan Revolusi
70. Gilchrist Document
71. Mengapa Bung Karno Tak Mau Memukul Soeharto?(Oleh:Teguh Santosa)
72. Untuk Kedua Kalinya Istana Merdeka Dikepung Pasukan Soeharto
73. Pidato Pertama Gerakan Letkol Untung (English Version)
74. Bukti-bukti Dokumen Keterlibatan CIA Dengan Tragedi G30SPKI
75. The United States and the Overthrow of Sukarno, 1965-1967(By:Peter Dale Scott)
76. Ex-agents say CIA compiled death lists for Indonesians (By:Kathy Kadane)
77. More from Kathy Kadane
78. The Indonesian Massacres and the CIA (by:Ralph McGehee)
79. A.M.Hanafi Menggugat
80. Pledoi Kolonel A.Latief
81. Kehormatan bagi yang berhak, Bung Karno tidak terlibat G30S/PKI (Oleh:Manai Sophiaan)
82. Soeharto Dalang Pembunuhan Jenderal Achmad Yani?
2. Sedikit sejarah Aidit #4
3. Aidit, Soeharto, Latief Dan Syam. Siapa lawan,siapa kawan? #4
4. Pelarian dan tertangkapnya Aidit #6
5. Aidit Tertangkap #166. Wangsa Aidit (Oleh :Pejalanjauh) #16
7. Sepenggal Kisah Bersama Ibaruri Aidit (Oleh: Budi Kurniawan) #20
8. Drama berdarah 1 Oktober G30S, Konspirasi: Van der Plas Connection (CIA-MI 6), Dr.Soebandrio - Sam Kamaruszaman - Aidit – Soeharto #20
9. Untung, Seorang Penculik atau Boneka Komunis #24
10. Soeharto Pecah Ndase #25
11. Sebuah Kunci Dari Swedia #26
12. Gerakan dengan Tiga Pita #26
13. Kisah Perwira Kesayangan Soeharto #27
14. Tjakrabirawa, Dul Arief dan „Madura Connection‟
15. Dia Jenderal, Bukan Letnan Kolonel
16. Kenangan Pernikahan Lelaki Kedung Bajul
17. Yang Terbaik Lalu Terbalik
18. Sersan Mayor Boengkoes, Eksekutor Mayjen.M.T.Haryono
19. Misteri Rekaman Tape
20. Untung dan Jejaring Diponegoro
21. Resimen Khusus Tjakrabirawa dan G-30-S
22. Njoto,Peniup Saksofon di Tengah Prahara
23. Saat Lek Njot Bersepatu Roda
24. Pedagang Batik Pembela Republik
25. Revolusi Tiga Serangkai
26. Yang Tersisih Dari Riak Samudra
27. Jalan Curam Skandal Asmara
28. Soekarnoisme Dan Perempuan Rusia
29. Merahnya HR, Merahnya Lekra
30. Serba Kabur di Akhir Hayat
31. Rahasia Tiga Dasawarsa
32. Kenangan di Jalan Malang
33. Secuil Asmara Khong Guan Biscuit
34. Karena Janji Setia
35. Puisi Pamflet Sang Ideolog
36. Kalau Sayang, Aturan Dilangkahi
37. Sjam Kamaruzaman, Anak Tuban dalam Halimun G30S
38. Lelaki Dengan Lima Alias
39. Nyanyian God Father Blok III
40. Intel Penggarap Tentara
41. Agen Merah Penyusup Tentara
42. Hamim:Sjam Suka Omong Besar
43. Perjalanan Preman Tuban
44. Pathuk, Soeharto, Perkenalan Biasa
45. Rumah Teralis Bunga Teratai
46. Akhir Pelarian Sang Buron
47. Kesaksian Sjam (Oleh :John Roosa)
48. Jungkir-Balik Setelah Prahara
49. Peluk Terakhir Buat Sang Putri
50. Versi Mutakhir G30S (Oleh : Asvi Warman Adam)
51. Kisah Dokumen Forensik 7 Pahlawan Revolusi (Oleh:Ben Anderson)
52. Lagi Misteri Mayat Pahlawan Revolusi (Oleh:Teguh Santosa)
53. Menyingkap Kabut Halim (Oleh: Eduard Lukman)
54. Omar Dhani Pernah Menerangkan Siapa Designer G30S/PKI
55. Sekitar G30S, Soeharto, PKI dan TNI-AD (Oleh: Harsutejo)
56. Surat Terbuka Pramoedya Ananta Toer
57. Catatan Kronologis G30S/PKI (Oleh:Mayjen. Pranoto Reksosamodra)
58. G30S PKI Tetap Misteri
59. Sahabat-Sahabat PKI Saya (Oleh:Wilson)
60. CIA Terlibat dan Soeharto Tangan yang Dipakai (Oleh:Omar Dhani)
61. Soebandrio; Kesaksianku Tentang G30S
62. Kisah 1966 : Dari 10 Januari Menuju 11 Maret (Oleh:Sociopolitica)
63. Kisah Tiga Jenderal Dalam Pusaran Peristiwa 11 Maret 1966 (Oleh:Sociopolitica)
64. Malapetaka Sosiologis Indonesia:PembalasanBerdarah (Oleh:sociopolitical)
65. Indonesia:Satu Masa Pada Suatu Wilayah Merah (Oleh:sociapolitica)
66. Pidato Presiden Soekarno”Nawaksara” Di SU ke-IV MPRS 22 Juni 1966
67. Menguraikan Simpul-Simpul Rumit (Oleh : Ignas Legowo)
68. In Memoriam Oei Tjoe Tat
69. Kesaksian Keluarga Pahlawan Revolusi
70. Gilchrist Document
71. Mengapa Bung Karno Tak Mau Memukul Soeharto?(Oleh:Teguh Santosa)
72. Untuk Kedua Kalinya Istana Merdeka Dikepung Pasukan Soeharto
73. Pidato Pertama Gerakan Letkol Untung (English Version)
74. Bukti-bukti Dokumen Keterlibatan CIA Dengan Tragedi G30SPKI
75. The United States and the Overthrow of Sukarno, 1965-1967(By:Peter Dale Scott)
76. Ex-agents say CIA compiled death lists for Indonesians (By:Kathy Kadane)
77. More from Kathy Kadane
78. The Indonesian Massacres and the CIA (by:Ralph McGehee)
79. A.M.Hanafi Menggugat
80. Pledoi Kolonel A.Latief
81. Kehormatan bagi yang berhak, Bung Karno tidak terlibat G30S/PKI (Oleh:Manai Sophiaan)
82. Soeharto Dalang Pembunuhan Jenderal Achmad Yani?
sebagai bahan pembelajaran sejarah bagi kita semua setelah sekian lama sejarah terpelintir oleh kekuasaan

diusahakan di update setiap hari
sebagai penyemangat, ts tidak menolak

diusahakan di update setiap hari
sebagai penyemangat, ts tidak menolak

Spoiler for Seberapa jauh keterlibatan Aidit dalam peristiwa 65:

PERISTIWA 42 tahun lalu itu tetap saja masih menjadi tanda tanya keluarga besar Aidit: apa sebenarnya peran Aidit dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 itu? Peran Aidit dalam "kup" 30 September 1965 memang masih misteri. Sejumlah sejarawan, juga sejumlah kalangan militer, yakin PKI dalang penculikan dan pembunuhan tujuh jendral Angkatan Darat. Karena PKI terlibat, maka Aidit pun, sebagai Ketua Committee Central, dituding sebagai otaknya. Murad Aidit, adik kandung Aidit, berkisah. Pada "malam berdarah" itu tak ada tanda-tanda atau kesibukan khusus di rumah Aidit. "Malah saya dipesan mematikan lampu," kata Murad. Menjelang "peristiwa Gerakan 30 September" itu, Murad memang menginap di rumah Aidit di Pegangsaan Barat, Jakarta Pusat. Rumah Aidit sepi, "Sampai sekarang saya lebih bisa menerima tragedi itu karena ada pengkhianat dalam tubuh PKI," katanya. Dia tidak yakin abangnya yang memerintahkan pembunuhan para jendral. Aidit mengawali "karier politiknya" dari Asrama Menteng 31, asrama yang dikenal sebagai "sarang pemuda garis keras" pada awal kemerdekaan. Di tempat ini berdiam, antara lain, Anak Marhaen Hanafi (pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuba), Adam Malik, Sayuti Melik (pengetik naskah Proklamasi). Para penghuni Menteng 31 sempat menculik Soekarno dan memaksa si Bung memproklamasikan kemerdekaan Indonesia--sesuatu yang kemudian ditolak Bung Karno. Di kelompok Menteng 31, Aidit sangat dekat dengan Wikana, seorang pemuda sosialis. Aidit disebut-sebut juga berperan dalam pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Pasca pemberontakan yang gagal itu, ia sempat dijebloskan ke penjara Wirogunan, Yogya. Ketika terjadi agresi Belanda, ia kabur dari penjara dan tinggal di Vietnam Utara.
Tentang kepergiannya ke Vietnam ada pendapat lain. Ada yang menyebut bahwa sebenarnya ia hanya mondar-mandir Jakarta-Medan. Yang pasti, pada pertengahan 1950, Aidit, yang saat itu berusia 27 tahun "muncul" lagi. Bersama M.H. Lukman, 30 tahun, Sudisman, 30 tahun, dan Njoto, 23 tahun, ia memindahkan kantor PKI dari Yogyakarta ke Jakarta. Bisa dibilang, dalam kurun waktu inilah karier politik Aidit sesungguhnya dimulai. Momentum konsolidasi partai terjadi ketika meletus kerusuhan petani di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, 6 Juni 1953. Kerusuhan yang digerakkan kader PKI itu menjatuhkan kabinet Wilopo. Kesuksesan ini memompa semangat baru ke tubuh partai tersebut. Bersama "kelompok muda" partai, Aidit menyingkirkan tokoh-tokoh lama partai. Pada Kongres PKI 1954, pengurus PKI beralih ke generasi muda. Tokoh partai semacam Tan Ling Djie dan Alimin disingkirkan. Pada kongres itu, Aidit dikukuhkan menjadi Sekretaris Jenderal PKI. Aidit lantas meluncurkan dokumen perjuangan partai berjudul "Jalan Baru Yang Harus Ditempuh Untuk Memenangkan Revolusi." Aidit juga membangun aliansi kekuatan dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) untuk memperkuat PKI. PNI dipilih karena, selain sama-sama anti-Barat, juga ada figur Soekarno yang bisa dipakai mengatasi tekanan lawan-lawan politik mereka. Puncak kerjasama terjadi pada masa Sidik Djojosukarto memimpin PNI. Saat itu disepakati bahwa PNI tidak akan mengganggu PKI dalam rangka membangun partai. Menurut Ganis Harsono, seorang diplomat senior Indonesia dalam otobiografinya, Cakrawala Politik Era Soekarno, strategi ini berhasil "menyandera" Bung Karno. Ada kesan bahwa Bung Karno berdiri di depan PKI, sekaligus memberi citra PKI pendukung revolusi Bung Karno dan Pancasila. Kerja keras Aidit membuahkan hasil. Pada Pemilu 1955, PKI masuk "empat besar" setelah PNI, Masyumi, dan Nahdlatul Ulama. Di masa ini PKI menjadi partai komunis terbesar di negara non-komunis dan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Cina.


PKI terus maju. Pada tahun itu juga partai ini menerbitkan dokumen perjuangan "Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan." Bentuk pertama, perjuangan gerilya di desa-desa oleh kaum buruh dan petani. Kedua, perjuangan revolusioner oleh kaum buruh di kota-kota, terutama kaum buruh di bidang transportasi. Ketiga, pembinaan intensif di kalangan kekuatan bersenjata, yakni TNI. Pada 1964, PKI membentuk Biro Khusus yang langsung dibawahi Aidit sebagai Ketua Committee Central PKI. Tugas biro ini mematangkan situasi untuk merebut kekuasaan dan infiltrasi ke tubuh TNI. Biro Chusus Central (demikian namanya) dipimpin Sjam Kamaruzzaman. Tak sampai setahun, Biro Chusus berhasil menyelusup ke dalam TNI, khususnya Angkatan Darat. Pada Juli 1965, seiring dengan merebaknya kabar kesehatan Bung Karno memburuk, suhu politik Tanah Air makin panas pula. Sebuah berita dari dokter RRC yang merawat Presiden datang: Bung Karno akan lumpuh atau meninggal dunia. Di Jakarta bertiup rumor menyengat, muncul Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan Bung Karno. Dalam Buku Putih G-30-S/PKI yang diterbitkan Sekretariat Negara pada 1994, disebutkan bahwa Aidit kemudian menyatakan, gerakan merebut kekuasaan harus dimulai jika tak ingin didahului Dewan Jenderal. Gerakan itu dipimpinnya sendiri. Ada pun Sjam ditunjuk sebagai pimpinan pelaksana gerakan. Saat diadili Mahkamah militer, Sjam mengaku dipanggil Aidit pada 12 Agustus 1965. Dalam pertemuan itu, ia diberi tahu bahwa Presiden sakit dan adanya kemungkinan Dewan Jenderal mengambil tindakan bila Bung Karno mangkat.
Menurut Sjam, Aidit memerintahkan dia meninjau "kekuatan kita." Sejak 6 September 1965, Sjam lantas menggelar rapat-rapat di rumahnya dan di rumah Kolonel A. Latief (Komandan Brigade Infanteri I Kodam Jaya). Di rapat ini hadir Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa) dan Mayor Udara Sudjono (Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan Halim Perdanakusumah). Rapat terakhir, 29 September 1965, menyepakati gerakan dimulai 30 September 1965 dengan Untung sebagai pemimpinnya. Dalam wawancara dengan majalah D&R, 5 April 1999, A. Latief menyatakan, Gerakan 30 September dirancang untuk menggagalkan upaya kup Dewan Jenderal. "Kami dengar ada pasukan di luar Jakarta yang didatangkan dalam rangka defile Hari Angkatan Bersenjata dengan senjata lengkap. Ini apa? Mau defile saja, kok, membawa peralatan berat," kata Latief. Karena merasa bakal terjadi sesuatu, para perwira tersebut, yang mengaku terlibat karena loyal pada Soekarno, memilih menjemput "anggota" Dewan Jenderal untuk dihadapkan ke Soekarno. Menurut Latief gerakan itu diselewengkan oleh Sjam. "Rencananya akan dihadapkan hidup-hidup untuk men-clear-kan masalah, apakah memang benar ada Dewan Jenderal," katanya. Tapi, malam hari, saat pasukan Cakrabirawa pimpinan Letnan Dul Arief, anak buah Untung, akan berangkat menuju rumah para jenderal, tiba-tiba, ujar Latief, Sjam datang. "Bagaimana kalau para jenderal ini membangkang, menolak diajak menghadap Presiden," kata Dul Arief. Sjam menjawab, para jenderal ditangkap. Hidup atau mati.
Keesokan harinya, Dul Arief melaporkan kepada Latief dan Jenderal Soepardjo bahwa semua telah selesai. "Mula-mula mereka saya salami semua, tapi kemudian Dul Arief bilang semua jenderal mati. Saya betul-betul kaget, tidak begitu rencananya," kata Latief yang mengaku tidak kenal dengan Aidit. Aidit sendiri belum pernah memberi pernyataan tentang hal ini. Ia ditangkap di Desa Sambeng, dekat Solo, Jawa Tengah, pada 22 November 1965 malam, dan esok paginya ditembak mati. Sebelum ditangkap pasukan pimpinan Kolonel Yasir Hadibroto, Aidit dikabarkan sempat membuat pengakuan sebanyak 50 lembar. Pengakuan itu jatuh ke Risuke Hayashi, koresponden koran berbahasa Inggris yang terbit di Tokyo, Asahi Evening News. Menurut Asahi, Aidit mengaku sebagai penanggung jawab tertinggi peristiwa "30 September." Rencana pemberontakan itu sudah mendapat sokongan pejabat PKI lainnya serta pengurus organisasi rakyat di bawah PKI. Alasan pemberontakan, mereka tak puas dengan sistem yang ada. Rencana kup semula disepakati 1 Mei 1965, tetapi Lukman, Njoto, Sakirman dan Nyono--semuanya anggota Committee Central--menentang. Alasannya, persiapan belum selesai. Akhirnya, setelah berdiskusi dengan Letkol Untung dan sejumlah pengurus lain pada Juni 1965, disepakati mulai Juli 1965 pasukan Pemuda Rakyat dan Gerwani dikumpulkan di Pangkalan Halim Perdanakusumah. Pertengahan Agustus, sekembalinya dari perjalanan ke Aljazair dan Peking, Aidit kembali melakukan pertemuan rahasia dengan Lukman, Njoto, Brigjen Soepardjo, dan Letkol Untung. PKI mendapat info bahwa tentara, atas perintah Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Achmad Yani, akan memeriksa PKI karena dicurigai mempunyai senjata secara tidak sah. "Kami terpaksa mempercepat pelaksanaan coup d'etat," kata Aidit. Akhirnya, dipilih tanggal 30 September. Dalam buku Bayang-Bayang PKI yang disusun tim Institut Studi Arus Informasi (1999), diduga Aidit tahu adanya peristiwa G-30-S karena ia membentuk dua organisasi: PKI legal dan PKI ilegal. Biro Chusus adalah badan PKI tidak resmi. Sjam bertugas mendekati tentara dan melaporkan hasilnya, khusus hanya kepada Aidit. Hanya, ternyata, tak semua "hasil" itu dilaporkan Sjam.


Tentang besarnya peran Aidit dalam peristiwa 30 September ditampik Soebandrio. Menurut bekas Wakil Perdana Menteri era Soekarno ini, G-30-S didalangi tentara dan PKI terseret lewat tangan Sjam. Alasan Soebandrio, sejak isu sakitnya Bung Karno merebak, Aidit termasuk yang tahu kabar tentang kesehatan Bung Karno itu bohong. Waktu itu, kata Soebandrio, Aidit membawa seorang dokter Cina yang tinggal di Kebayoran Baru. Soebandrio dan Leimena, yang juga dokter, ikut memeriksa Soekarno. Kesimpulan mereka sama: Bung Karno cuma masuk angin. Soebandrio dalam memoarnya, Kesaksianku Tentang G-30-S, menyesalkan pengadilan yang tidak mengecek ulang kesaksian Sjam. Menurut Soebandrio, ada lima orang yang bisa ditanya: Bung Karno, Aidit, dokter Cina yang ia lupa namanya tersebut, Leimena, dan dirinya sendiri. Menurut Soebandrio, pada Agustus 1965 kelompok "bayangan Soeharto" (Ali Moertopo cs) sudah ingin secepatnya memukul PKI. Caranya, mereka melontarkan provokasi-provokasi untuk mendorong PKI mendahului memukul Angkatan Darat. Njoto membantah pernyataan Aidit. Menurut Njoto, "Hubungan PKI dengan Gerakan 30 September dan pembunuhan Jenderal Angkatan Darat tidak ada. Saya tidak tahu apa pun, sampai-sampai sesudah terjadinya," katanya dalam wawancara dengan Asahi Evening News. Keterangan Njoto sama dengan komentar Oei Hai Djoen, mantan anggota Comite Central. "Kami semua tidak tahu apa yang terjadi," kata dia. Presiden Soekarno sendiri menyatakan Gestok (Gerakan Satu Oktober)--demikian istilah Bung Karno--terjadi karena keblingernya pimpinan PKI, lihainya kekuatan Barat atau kekuatan Nekolim (Neo-Kolonialisme dan Imperialisme), serta adanya "oknum yang tidak benar." Misteri memang masih melingkupi peristiwa ini. "Menurut kami, PKI memang terlibat, tapi terlibat seperti apa?" kata Murad. Setelah puluhan tahun tragedi itu berlalu, pertanyaan itu belum menemukan jawabannya. Setidaknya bagi Murad dan anggota keluarga Aidit yang lain.
Dari Tempo 1-7 Oktober 2007, yang ditulis kembali di Sini
Diubah oleh omfrank 02-10-2013 17:50
0
32.5K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan