Kaskus

News

jespantekAvatar border
TS
jespantek
Aktifis Kemerdekaan Papua Barat, Imingi Suaka ke Australia, Malah Dikibuli
WEST Papuan independence activists who fled to Australia while on the run from Indonesian forces have been returned to Papua New Guinea after less than three days.

The seven asylum-seekers, who crossed the Torres Strait from PNG to the Queensland island of Boigu on Tuesday, were flown to Port Moresby by Australian authorities late last night and have been left without guard at a hotel near the PNG capital's airport.

The move appears designed to sidestep a diplomatic row with Indonesia by leaving the West Papuans' fate to Papua New Guinea to determine.

The treatment of the seven is consistent with the Abbott government's new 48-hour turnaround time for asylum-seeking boat arrivals, but contrasts with the usual placement of asylum-seekers at PNG's Manus Island.

Human rights and refugee advocates immediately raised concerns for the safety of the group - five men, a woman and a ten-year-old boy - warning of the possibility they could be repatriated to Indonesia by PNG officials.

Speaking by phone from the hotel, asylum-seeker Yacob Mandabayan told The Australian the seven had been “all crying” when told on the plane they were being flown back to Papua New Guinea, instead of to the Australian mainland, as they had earlier been informed.

Mr Mandabayan said despite “asking of the government for political protection”, the group had been treated like “criminals” by Australian Border Protection Command officials.

He said the group had fled in fear of being arrested or killed by Indonesian forces after they supported a so-called freedom flotilla that from Australia to near West Papuan waters earlier this month.

The six adults were all activists working with the self-style, pro-independence West Papua National Authority.

A diplomatic row erupted with Jakarta the last time Australia provided protection to asylum-seekers from West Papua, which was claimed by Indonesia after a 1969 ballot widely regarded as a sham

Aktifis Kemerdekaan Papua Barat, Imingi Suaka ke Australia, Malah Dikibuli



Versi Lokal :
Sekelompok aktifis Kemerdekaan Papua Barat yang berusaha meminta suaka ke Australia diterbangkan ke Papua Nugini setelah sempat menjejakan kaki di daratan Australia.

Kepada ABC mereka menuturkan kalau mereka diberitahukan akan diterbangkan ke daratan utama Australia.

Namun, segera setelah naik dan pintu pesawat ditutup, petugas imigrasi baru memberitahukan kalau mereka mengarah ke Papua Nugini.

Yacob Mandabayan, anggota Otoritas Nasional Papua Barat mengatakan kelompoknya berusaha mencari suaka ke Australia.

Ia mengatakan takut disiksa oleh otoritas Indonesia karena mereka menggelar upacara simbolik dengan aktifis Freedom Flotilla yang meninggalkan Australia beberapa waktu lalu untuk menggalang perhatian dan kepedulian mengenai nasib Papua Barat.

Mandabayan dan 4 orang rekan laki-lakinya, seorang wanita dan anak kecil berusia 10 tahun meninggalkan papua beberapa hari lalu dan menyeberang melalui perbatasan PNG.

Koresponden ABC di Papua Nugini, Liam Fox mengatakan kelompok itu berhasil masuk ke Australia melalui Pulau Boigu dengan ditolong nelayan lokal dan bertemu dengan petugas Australia di Selat Torres.

Setelah beberapa hari di wawancara, mereka di bawa ke Pulau Horn di Sela Torres sebelum diminta naik ke pesawat pada Kamis ini.

Mandabayan bercerita sebelum naik ke pesawat mereka diberitahu akan dibawa ke daratan utama Australia, tapi cerita berubah ketika mereka berada di pesawat.

"Ketika kami didalam kabin pesawat dan pintu sudah ditutup, pria dari imigrasi memberitahu kalau mereka tidak akan terbang ke daratan Australia tapi akan dikembalikan ke Papua Nugini,” kata Mandabayan.


"Saya bertanya mengapa dibawa ke PNG, mereka hanya menjawab ini perintah atasan dan kantor imigrasi dan karena negara mereka menentukan demikian.”

"Kami sangat sedih dan jadi gila, ini benar-benar mengecewakan," katanya.

Fox mengatakan kelompok pencari suaka asal Papua Barat ini disambut oleh petugas dari Organisasi Migrasi Internasional (IOM) dan dibawa menuju hotel di dekat Port Moresby.

Kelompok ini tetap menolak dikirim pulang ke PNG karena mereka yakin warga Indonesia di komunitasnya telah disusupi mata-mata.

"Jika yang dikatakan warga Papua Barat ini benar, maka ini merupakan cara baru yang diterapkan Australia dalam memperlakukan pencari suaka.

"Sebelumnya pihak Australia biasa langsung mengirim pencari suaka ke pusat pemrosesan di Pulau Manus atau Nauru, belum pernah terjadi kasus seperti ini."

Menteri Imigrasi Scott Morrison saat ini tengah melakukan kunjungan resmi di PNG, namun tidak bersedia berkomentar mengenai insiden ini.


http://www.theaustralian.com.au/nati...-1226728634441


Ternyata ga seindah impian ni ye...
0
2.7K
21
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan