- Beranda
- Komunitas
- News
- Entrepreneur Corner
Bocah SD bermental entrepreneur


TS
iancalisa
Bocah SD bermental entrepreneur
Quote:
Hujan lebat turun tepat beberapa saat sebelum bel pulang sekolah. dalam hati bocah SD kelas 6 itu sangat senang. begitu bel berbunyi dia segera berlari keluar dan menuju rumahnya tanpa peduli basah kuyup. Sesampai di rumah ia segera mengambil payung dan mencari uang di bawah hujan. baginya, turunnya hujan juga berarti turunnya rejeki. Mungkin bagi sebagian teman-temannya yang hidup di lingkungan keluarga mapan pekerjaan mengojek payung adalah sesuatu yang memalukan. Tapi bocah itu tidak peduli selama tidak diketahui teman-temannya. Yang ada di pikirannya saat itu adalah dia akan menghasilkan uang untuk ke sekolah esok harinya dan memberikan sebagian ke ibunya.
Tapi hari itu dia mendapat sewa yang terpaksa membawanya melawati sekolahnya. Saat itu juga dia terlihat oleh teman-temannya. Sialnya, bocah pemalu yang selalu gugup jika berhadapan dengan lawan jenis (teman wanita) itu malah dipanggil 3 teman wanitanya untuk menyewa payung yang diojekkan. Kebetulan payung yang dibawanya berukuran besar, cukup mewadahi untuk ukuran 3 anak kecil. Dia sendiri tidak memakainya, dia senang hujan-hujanan. Wajahnya memerah sambil menahan malu. Bocah itu benar-benar malu, apalagi ketika menerima upah hasil ojeknya dari tangan-tangan mungil teman-teman wanitanya itu. Dan mereka mengucapkan terima kasih pada bocah tukang ojek payung itu. Ternyata, apa yang dipikirkan bocah itu tentang hinanya pekerjaan mengojek di mata teman-temannya tidaklah benar. Pekerjaan apapun yang dilakukan, selama itu bermanfaat bagi orang lain, pasti akan mendapat apresiasi tersendiri. Pengalaman itu telah membentuk mentalnya hingga dewasa bagaimana mengatasi rasa malu; yaitu dengan menghadapinya langsung.
Mengatasi rasa malu ternyata salah satu mental entrepreneur. Dan pengalamanku itu telah membentukku menjadi entrepreneur seperti sekarang.
Tapi hari itu dia mendapat sewa yang terpaksa membawanya melawati sekolahnya. Saat itu juga dia terlihat oleh teman-temannya. Sialnya, bocah pemalu yang selalu gugup jika berhadapan dengan lawan jenis (teman wanita) itu malah dipanggil 3 teman wanitanya untuk menyewa payung yang diojekkan. Kebetulan payung yang dibawanya berukuran besar, cukup mewadahi untuk ukuran 3 anak kecil. Dia sendiri tidak memakainya, dia senang hujan-hujanan. Wajahnya memerah sambil menahan malu. Bocah itu benar-benar malu, apalagi ketika menerima upah hasil ojeknya dari tangan-tangan mungil teman-teman wanitanya itu. Dan mereka mengucapkan terima kasih pada bocah tukang ojek payung itu. Ternyata, apa yang dipikirkan bocah itu tentang hinanya pekerjaan mengojek di mata teman-temannya tidaklah benar. Pekerjaan apapun yang dilakukan, selama itu bermanfaat bagi orang lain, pasti akan mendapat apresiasi tersendiri. Pengalaman itu telah membentuk mentalnya hingga dewasa bagaimana mengatasi rasa malu; yaitu dengan menghadapinya langsung.
Mengatasi rasa malu ternyata salah satu mental entrepreneur. Dan pengalamanku itu telah membentukku menjadi entrepreneur seperti sekarang.
Diubah oleh iancalisa 22-09-2015 22:36
0
971
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan