- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
mursyid effendi korban kekejaman pssi


TS
bangbreng86
mursyid effendi korban kekejaman pssi
asalamualaikum
kali ini ane mw bikin tread tentang salah satu mantan pemain tim nasional indonesia yaitu
MURSYID EFFENDI
sebelum.y ane minta maf kalo tread ane ini cuma bikin
tp mudah2n ga ya gan
lgsg aja kita lia pic dari beliau
PIC..

Musryid Effendi tak akan
pernah melupakan malam 31
Agustus 1998 di Ho Chi Minh,
Vietnam. Malam itu Mursyid
terpaksa menikam hatinya.
Terpaksa melukai hati
keluarganya. Juga hati
masyarakat Indonesia.
Malam itu di Stadion Thong
Nhat, Mursyid terpaksa
menceploskan bola ke
gawang negerinya sendiri.
Indonesia pun kalah 2-3 dari
Thailand. Caci maki, sumpah
serapah, juga sanksi pun
bertubi-tubi menghujam ke
Mursyid.
”Saya adalah korban,” kata
Mursyid saat di wawancarai beberapa tahun
silam tentang malam kelam
di Ho Chi Minh itu.
Mursyid tak hendak membela
diri. Arek Surabaya itu
memang salah. Sebab,
Mursyid dengan ”sengaja”
mencetak gol ke gawangnya
sendiri. Tapi, Mursyid hanya
korban. Ada tangan-tangan
yang memaksanya
melakukan kesalahan itu.
Ada pengurus teras PSSI di
balik gol Mursyid. Adapula
kuasa manajer tim yang kala
itu dijabat Andri Amin.
Merekalah yang menikam
hati masyarakat. Berdalih
strategi menggapai juara,
mereka merobek-robek
bendera fairplay. Menginjak-
injak sportifitas. Indonesia
tak diperbolehkan menang di
laga pamungkas grup A Piala
Tiger-kini Piala AFF-kontra
Thailand. Alasannya untuk
menghindari Vietnam di
semifinal.
Orang-orang itu berdalih
Vietnam lebih kuat dibanding
Singapura. Bukan saja dari
segi materi, tapi juga sisi
mental, karena Vietnam
tuan rumah. Mereka berpikir
jalan menuju tangga juara
akan lebih mulus jika bersua
Singapura di semifinal.
Maka cara apapun mereka
lakukan untuk itu, meski
kotor. Celakanya, Thailand
berpikir sama. Sempat
bermain imbang 2-2, skor
pun berubah menjadi
kekalahan setelah Mursyid
mencetak gol dipenghujung
pertandingan.
Vietnam memang bisa
dihindari. Tapi, malu tak
bisa ditolak. Sebab, bangsa
ini tercatat pernah
memainkan sepak bola
gajah. Yang lebih menyayat
hati lagi, di akhir turnamen
itu malah Singapura-tim
yang disepelekan itu-yang
menjadi juara. Hati
masyarakat pun hancur.
Begitupula dengan Mursyid.
”Sebab, orang-orang itu yang
berjanji membela saya malah
menuduh saya menerima
suap,” ungkap Mursyid. Dan
beban sejarah kelam itupun
akan terus melekat
dihidupnya.
Kesalahan itu tak selayaknya diulangi. Dan
tak sepantasnya masyarakat
kembali dilukai hatinya.
Masyarakat sudah sangat
rindu. Dahaga mereka sudah
tak tertahankan. Sudah 21
tahun masyarakat menanti.
Sejak terakhir kali Merah
Putih berkibar tinggi di
arena SEA Games 1991.
Waktu penantian yang jelas
tak pendek.
Apalagi, dalam penantian
itu, celakanya seringkali kita
terlalu sombong dengan
mengganggap besar dan
penting. Bahkan, acapkali
kita sudah merasa seperti
juara ketika kita baru
sebatas meraih tiket final.
Padahal, kita sudah semakin
tertinggal.
Kini gelaran Piala AFF sudah
di depan mata lagi. Jangan
ada lagi kesalahan. Juga
kesombongan. Selamat
berjuang Pasukan Garuda.
Seperti kata Nil Maizar
bermainlah dengan hati.
Hiraukan hiruk-pikuk orang-
orang yang mengaku
memahami sepak bola.
Sebab, penantian panjang
ini harus segera diakhiri.
terimakash agan dah mau mampir
sekian dulu tread dari ane
dan kalo berkenan
ane mw koq di lempar
ane ga mau di lempar
sakit gan hehe



up date.
maf gan treadnya
berantakan maklum buatnya pake hp gan
kali ini ane mw bikin tread tentang salah satu mantan pemain tim nasional indonesia yaitu
MURSYID EFFENDI
sebelum.y ane minta maf kalo tread ane ini cuma bikin

tp mudah2n ga ya gan
lgsg aja kita lia pic dari beliau
PIC..

Musryid Effendi tak akan
pernah melupakan malam 31
Agustus 1998 di Ho Chi Minh,
Vietnam. Malam itu Mursyid
terpaksa menikam hatinya.
Terpaksa melukai hati
keluarganya. Juga hati
masyarakat Indonesia.
Malam itu di Stadion Thong
Nhat, Mursyid terpaksa
menceploskan bola ke
gawang negerinya sendiri.
Indonesia pun kalah 2-3 dari
Thailand. Caci maki, sumpah
serapah, juga sanksi pun
bertubi-tubi menghujam ke
Mursyid.
”Saya adalah korban,” kata
Mursyid saat di wawancarai beberapa tahun
silam tentang malam kelam
di Ho Chi Minh itu.
Mursyid tak hendak membela
diri. Arek Surabaya itu
memang salah. Sebab,
Mursyid dengan ”sengaja”
mencetak gol ke gawangnya
sendiri. Tapi, Mursyid hanya
korban. Ada tangan-tangan
yang memaksanya
melakukan kesalahan itu.
Ada pengurus teras PSSI di
balik gol Mursyid. Adapula
kuasa manajer tim yang kala
itu dijabat Andri Amin.
Merekalah yang menikam
hati masyarakat. Berdalih
strategi menggapai juara,
mereka merobek-robek
bendera fairplay. Menginjak-
injak sportifitas. Indonesia
tak diperbolehkan menang di
laga pamungkas grup A Piala
Tiger-kini Piala AFF-kontra
Thailand. Alasannya untuk
menghindari Vietnam di
semifinal.
Orang-orang itu berdalih
Vietnam lebih kuat dibanding
Singapura. Bukan saja dari
segi materi, tapi juga sisi
mental, karena Vietnam
tuan rumah. Mereka berpikir
jalan menuju tangga juara
akan lebih mulus jika bersua
Singapura di semifinal.
Maka cara apapun mereka
lakukan untuk itu, meski
kotor. Celakanya, Thailand
berpikir sama. Sempat
bermain imbang 2-2, skor
pun berubah menjadi
kekalahan setelah Mursyid
mencetak gol dipenghujung
pertandingan.
Vietnam memang bisa
dihindari. Tapi, malu tak
bisa ditolak. Sebab, bangsa
ini tercatat pernah
memainkan sepak bola
gajah. Yang lebih menyayat
hati lagi, di akhir turnamen
itu malah Singapura-tim
yang disepelekan itu-yang
menjadi juara. Hati
masyarakat pun hancur.
Begitupula dengan Mursyid.
”Sebab, orang-orang itu yang
berjanji membela saya malah
menuduh saya menerima
suap,” ungkap Mursyid. Dan
beban sejarah kelam itupun
akan terus melekat
dihidupnya.
Kesalahan itu tak selayaknya diulangi. Dan
tak sepantasnya masyarakat
kembali dilukai hatinya.
Masyarakat sudah sangat
rindu. Dahaga mereka sudah
tak tertahankan. Sudah 21
tahun masyarakat menanti.
Sejak terakhir kali Merah
Putih berkibar tinggi di
arena SEA Games 1991.
Waktu penantian yang jelas
tak pendek.
Apalagi, dalam penantian
itu, celakanya seringkali kita
terlalu sombong dengan
mengganggap besar dan
penting. Bahkan, acapkali
kita sudah merasa seperti
juara ketika kita baru
sebatas meraih tiket final.
Padahal, kita sudah semakin
tertinggal.
Kini gelaran Piala AFF sudah
di depan mata lagi. Jangan
ada lagi kesalahan. Juga
kesombongan. Selamat
berjuang Pasukan Garuda.
Seperti kata Nil Maizar
bermainlah dengan hati.
Hiraukan hiruk-pikuk orang-
orang yang mengaku
memahami sepak bola.
Sebab, penantian panjang
ini harus segera diakhiri.
terimakash agan dah mau mampir
sekian dulu tread dari ane
dan kalo berkenan
ane mw koq di lempar

ane ga mau di lempar




up date.
maf gan treadnya
berantakan maklum buatnya pake hp gan
Diubah oleh bangbreng86 25-09-2013 20:21
0
4.8K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan