Thailand Penuhi Tuntutan Subsidi Petani
Quote:
Bisnis.com, BANGKOK – Keputusan Thailand untuk melanjutkan subsidi bagi petani beras dan karet untuk meredam aksi protes akan mengganggu upaya pengendalian peningkatan utang, di saat negara tetangga Malaysia dan Indonesia memangkas program semacam itu.
Pemerintah Thailand akan menggelontorkan secara langsung 21,2 miliar baht (US$681 juta) ke rekening petani di bank untuk mengimbangi penurunan harga. Angka tersebut naik dari kesepakatan sebelumnya 10 miliar baht.
Langkah pemerintah Thailand diambil setelah terjadi bentrokan antara polisi dan petani demonstran yang menuntut subsidi.
Pemerintah juga bersedia membeli beras petani beras petani dari hasil musim yang berbeda di atas rata-rata harga pasar, yakni senilai 270 miliar baht.
Pembayaran tersebut akan memperlambat rencana Perdana Menteri Yingluck Shinawatra untuk menyeimbangkan anggaran pada 2017. Rasio utang terhadap produk domestik bruto naik 44,3% pada Juni 2013 dari 38,2% pada akhir 2008.
Indeks sentimen bisnis pada Juli turun ke level terendah dalam setahun, sedangkan kepercayaan konsumen turun ke level rendah 9 bulan di tengah kekhawatiran terhadap peningkatan risiko politik yang memperlemah ekonomi.
“Ini situasi yang sulit, memenuhi tuntutan para demostaran,” kata Euben Paracuelles, econom pada Nomura Holdings Inc. di Singapore. “Pemerintah tidak memiliki cukup ruang untuk memberi subsidi.”
Risikonya adalah para pemrotes akan bertahan lebih lama dan kekhawatiran akan menjadi-jadi, sehingga akan menambah beban ekonomi yang sudah melemah.
Baht menjadi mata uang ketiga dengan kinerja terburuk dalam 6 bulan terakhir di antara 11 negara anggota Asia. SET Index (SET) Thailand naik 6,8% tahun ini.
Jalan Diblokir
Sekitar 12.000 petani memblokade jalan dan jalur kereta api sejak 26 Agustus, sehingga ribuan penumpangnya terlantar dan lalu lintas menjadi kacau di provinsi selatan yang merupakan penghasil 80% karet Thailand.
Sebanyak 76 polisi terluka dan 9 kendaraan dibakar dalam bentrokan di Nakhon Sri Thammarat.
Yingluck pada 15 September menyatakan bahwa pemerintah dan sebagian besar petani karet telah menyepakati sejumlah subsidi, dan mendorong demostran untuk kembali ke perkebunan mereka.
Karet di pasar Tokyo telah melorot 14% dari rata-rata tinggi dalam 11 bulan pada Februari tertekan pelambatan permintaan akibat pelambatan pertumbuhan ekonomi China dan resesi di Eropa.
Di Thailand, negara penghasil dan eksportir terbesar karet, harga turun 19% menjadi 83,20 baht per kg kilogram dari musim panen tahun ini 102,7 baht.
Negara di Asia Tenggara telah menggelontorkan 675 juta baht sejak Oktober 2011 untuk membeli komoditas secara langsung dari petani. Pemerintah memperkirakan kehilangan 137 juta baht pada musin tanam 2011-2012, dan kemudian menjualnya dalam harga rugi.
Pemerintahan Yingluck pada awal bulan ini mengurungkan pembelian dengan harga yang lebih rendah setelah petani beras mengancam untuk turun ke jalan – jalan di Bangkok.
Sumber
Dari negara Thailand ini seharusnya kita belajar bahwa subsidi petani sangat tidak efektif dan hanya membuat mereka "ketagihan". Apalagi jika subsidi tsb dibiayai oleh utang yg menyebabkan rasio utang terus meningkat.

Semoga siapapun yang naik pada tahun 2014 nanti tidak akan membuat kebijakan populis sejenis subsidi petani di Thailand.