- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Belajar dari Pengamen Bis Kota
TS
izulfika
Belajar dari Pengamen Bis Kota

Semalam ketika pulang kerja naek bis PPD 213 dari Bunderan Slipi.
Saat itu penumpanganya sedikit tapi di dalamnya sudah ada seorang ibu berjilbab dengan 3 anak kecil yang menjadi pengamen.
Ketika bis akan jalan naik lagi 2 orang pengamen yang penuh tato ditangannya. Kedua pengamen itu melihat ada ibu pengamen dengan anaknya. Ia pun diem dan duduk dilantai bus (*kan kosong penumpang). Mereka berdua mempersilahkan untuk ibu pengamen itu ngamen duluan.
Jadilah si ibu dan ke 3 anaknya mengamen. Bis 213 jurusan Grogol - Kampung Melayu jalan menyusuri Gatot Soebroto - Thamrin. Baru saja selesai ngamen si ibu dan ke 3 anak tersebut di Semanggi naik lagi pengamen. Kali ini tiga orang laki-laki ngamen memakai ukulelele dan perkusi satunya lagi sang vokalis.
Si ibu dan ke 3 anak yang baru selesai mengamen itu memberitahu ke 3 pengamen yang baru naik. "Noh, masih ada pengamen yang belom ngamen," katanya sambil nunjuk ke dua pengamen yang penuh tato.
"Oh, iya enggak apa-apa. Biar dia ngamen duluan," jelas pengamen trio itu.
Dua pengamen penuh tato itu masih ngeglosor dilantai bis dan belum ngamen. Nah si Trio pengamen itu ya diem aja sambil menunggu giliran si duo tato itu nyanyi tapi belum nyanyi-nyanyi.
Sampailah bis 213 di Bunderan HI. Naiklah seorang pengamen lagi yang sudah tua sambil membawa gitar yamaha yang tua juga. Si pengamen tua itu melihat didalamnya ada pengamen yang lain. Ia tidak mengamen tapi nanya siapa yang akan ngamen berikutnya.
Si pengamen Trio menunjuk si pengamen Duo Tato. Setelah mereka ngamen, baru si Trio setelah itu si pak tua. Kalau mengikuti urut kacang. Si pak tua itupun menganggukkan kepala.
Kemudian 213 belok ke Imam Bonjol. Lampu merah pertama naik lagi pengamen solo dengan ukulele. Ia melihat banyak pengame di bis ini. Ia pun bertanya ke pengamen tua," Mas, sudah ngamen?"
"Belum, si tatoan dulu yang mesti ngamen. Baru yang bertiga setelah itu saya baru sampeyan," jelas si pengamen tua.
Pengamen solo itupun hanya menganggukan kepala.
Selama si Duo Tatoan belum mentas ya yang laen diem aja menanti giliran. Tak enak sudah banyak pengamen di 213. Si Duo Tatoan pun mengamen. Setelah ngamen si Duo Tatoan pun turun bis.
Semestinya setelah si Duo Tato ngamen giliran si Trio tapi Trio tidak ngamen. Mereka turun bis. Nah berdasarkan urut kacang giliran si pengamen tua tapi pengamen tua belum mau ngamen. Ya si pengamen solo itu pun menanti dengan sabar serta tidak mau menyela.
Apa yang didapat dari kejadian ini?
Ternyata para pengamen ini punya kode etik dan aturan tidak tertulis.
Saling menghormati, mau mengantri dan tidak menyela.
Coba anda lihat dikeseharian sekitar anda.
Orang-orang bermobil, orang bersepeda motor, berada di mall.
Saling serobot, saling maki orang lain, tidak tertib terkadang tidak ada etika.
Pengalaman menarik.
Indahnya melihat kehidupan melalui angkutan umum.
Sumber : Om Ludi Hasibuan

gan 
kasih
juga boleh. heheSalam dari KOTA NGAWI
0
3.1K
6
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan