Kaskus

News

zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Terima Kasih Dewa Bumi...
RATUSAN warga Kota Solo memadati ruas jalan Urip Sumoharjo atau depan Klenteng Tien Kok Sie untuk melihat dari dekat tradisi yang selalu digelar warga keturunan. Tradisi ini digelar setiap menyambut musim gugur yang terjadi di belahan Bumi utara.

Menurut kepercayaan warga keturunan Tionghoa, sebelum pertengahan musim gugur di belahan Bumi utara atau bulan 8 tanggal 15 Imlek digelar ritual budaya persembahan atau dikenal Fu De Zheng Shen yang diperuntukkan bagi Dewa Bumi. Ritual ini sekaligus sebagai tanda terima kasih kepada Dewa Bumi yang telah memberikan kemakmuran bagi umat manusia.

Kirab dimulai dengan iringan barisan pembawa bendera Merah Putih diikuti atraksi liong dan barongsai. Kemunculan liong dan barongsai langsung disambut para warga dengan memberi angpao kepada liong dan barongsai yang mampir ke tempat usahanya. Mereka percaya bila liong dan barongsai menghampiri tempat usaha, maka di tahun ke depan kesejahteraan berlimpah akan mereka dapatkan.

Tepat di belakang iringan liong dan barongsai ada panji Dewa Bumi Fu De Zheng Shenyang yang dikawal dua pengawal Dewa Bumi dan Penjaga Bumi, dan rupang Dewa Bumi (Fu De Zheng Shen). Selain itu, kirab juga diiringi Ba Yin (delapan alat musik pengiring), di antaranya seruling, terompet, kendang, dan er hu (semacam rebab) yang dikombinasikan dengan alat musik Jawa.

Rupang Dewa Bumi, yang menjadi pusat utama kirab, diangkut tandu berwarna merah berhiaskan bunga segar. Sepanjang kirab, gerakan tandu yang diangkat enam orang tersebut bergerak liar searah jarum jam, seperti tradisi Bambu Gila di Maluku yang bergerak dengan sendirinya. Tak ayal, enam orang yang memikulnya tampak kesulitan karena tandu yang mereka bawa berputar-putar.

Konon, gerakan tersebut tidak digerakkan oleh para pengangkut tandu, namun dipercaya sesuai keinginan Dewa Bumi. Menurut kepercayaan Umat Klenteng Tien Kok Sie, Dewa Bumi akan menghapus energi negatif dan menabur berkah kebaikan sepanjang jalan yang dilalui Rupang Dewa Bumi.

Selama perjalanan mengelilingi seputar Pasar Gede hingga kembali ke klenteng, tandu tersebut tidak berjalan lurus, tetapi berbelak-belok. Ketika tiba di perempatan Balong, rupang tersebut berputar sampai empat kali sesuai arah jarum jam.

"Pengusung tandu tinggal menuruti saja arah yang dikehendaki rupang Dewa Bumi. Coba saja kalau tidak percaya," kata Liang Hong Shiang, Staf Humas Klentang Tien Kok Sie, kepada Okezone di sela kirab, baru-baru ini.

Bahkan, saat rupang Dewa Bumi akan masuk ke areal klenteng, para pembawa tandu harus berjalan mundur sebanyak empat kali baru kemudian bisa masuk ke klenteng. Setibanya di klenteng, warga keturunan yang sepanjang tradisi tersebut menunggu dengan bersembahyang, langsung menyerbu klenteng begitu rombongan pembawa Dewa Bumi tiba. Tanpa dikomando, warga saling berebut bunga yang sebelumnya dijadikan penghias rupang Dewa Bumi. Mereka percaya bila bisa mendapatkan bunga yang habis dikalungkan ke Dewa Bumi, maka Dewa Bumi akan memberikan rezeki untuk mereka.

http://travel.okezone.com/read/2013/...asih-dewa-bumi

acaranya lancar gan emoticon-Cendol (S)
0
3K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan