- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
“4 Sehat 5 Sempurna” Sudah Kuno


TS
ryositsu
“4 Sehat 5 Sempurna” Sudah Kuno
semua orang pasti tau donk 4 sehat 5 sempurna .
dulu kan kita di ajarin kalo makan harus 4 sehat 5 sempurna biar sehat kan gan ?
tapi trnyata udah berubah lagi 4 sehat 5 sempurna nya sekarang.
cek it out aja deh gan
Jangan Lupa di
yah agan" sekalian 
dan kalo berkenan
pertama ane, ane terima dengan senang hati 
SUMBER
dulu kan kita di ajarin kalo makan harus 4 sehat 5 sempurna biar sehat kan gan ?
tapi trnyata udah berubah lagi 4 sehat 5 sempurna nya sekarang.
cek it out aja deh gan

Quote:
Beralihlah ke Gizi Seimbang Selasa, 18 April, 2006 oleh: Siswono Gizi.net – Siapa yang tak mengenal slogan 4 Sehat 5 Sempurna? Slogan yang digelindingkan sejak tahun 50-an itu memang sudah melekat dalam pedoman gizi bagi penduduk Indonesia. Namun seiring berkembangnya pengetahuan, pola itu ternyata tidak lagi memadai. Para ahli bahkan mengingatkan, tinggalkan slogan itu!
Benarkah itu? Ya, tidak salah lagi. Menurut Profesor Dr Soekirman, ”Ada hal-hal dalam slogan 4 sehat 5 sempurna yang tidak lengkap.” Guru besar Ilmu Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini melanjutkan, ”Pedoman Gizi Seimbang (PGS) adalah penyempurnaan dari 4 sehat 5 sempurna. Jika slogan lama menyebutkan jenis makanannya, namun dalam pedoman gizi seimbang, disebutkan pula bahwa makan pun harus disesuaikan dengan aktivitasnya.”
Perubahan pola dari 4 sehat 5 sempurna ini menjadi PGS diluncurkan kembali oleh sepuluh ahli gizi di Indonesia. Langkah ini ditandai dengan peluncuran tulisan mereka yang dirangkum dalam buku Hidup Sehat: Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia, bekerja sama dengan sebuah jaringan pasar swalayan di Indonesia, Ranch Market.
Enam prinsip
Menurut Soekirman, ada enam prinsip yang harus dipegang dalam PGS.

Pertama, membiasakan konsumsi beraneka ragam makanan.
Semakin banyak ragamnya, semakin baik. ‘Karena tidak ada makanan super yang mengandung berbagai macam zat gizi, kecuali Air Susu Ibu (ASI). Itu pun ASI hanya untuk bayi berusia 0 sampai 6 bulan,’ kata Soekirman. Nasi, misalnya, kaya akan karbohidrat dan sedikit protein. Tetapi nasi miskin vitamin, mineral, lemak, dan serat. Jadi harus dimakan bersama lauk-pauk, sayuran, dan buah.

Kedua, memperhatikan dan mempertahankan berat badan ideal.
Berat badan, kata Soekirman, adalah hasil olahan dari jenis dan jumlah makanan yang kita makan dengan kegiatan atau aktivitas yang kita lakukan. Makan enak dengan sedikit karbohidrat tetapi banyak daging, lemak, dan manis-manis tanpa diimbangi olah raga atau aktif dalam kegiatan lain, berarti ada kelebihan kalori. Surplus kalori ini akan diubah menjadi lemak badan dan akibatnya, Anda akan menjadi kegemukan. Nah, para eksekutif muda yang kerap menjamu kliennya dengan makanan yang enak-enak, harus berhati-hati, kata Soekirman.

Ketiga adalah mengatur porsi makan.
Dalam hal ini, kebutuhan makan tiap individu berbeda karena tergantung aktivitasnya. Makin aktif, maka makin banyak dibutuhkan kalori. Jadi, jangan lupa mengingat kalori yang masuk saat kita menyantap makanan.

Keempat adalah menjaga keamanan makanan.
Makanan yang siap disantap, harus pula dijaga keamanannya. Agar tidak terkontaminasi atau kotor, misalnya gunakan tudung saji, kata Soekirman. Selain itu, makanan juga dijaga agar tidak mengandung zat berbahaya. Soekirman mengingatkan, agar jika membeli makanan dalam kemasan, kita harus memperhatikan label makanan. Sementara tren terbaru yaitu masyarakat yang gemar makanan organik, yaitu bahan pangan yang dihasilkan tanpa menggunakan bahan kimia.

Kelima, adalah patokan khusus untuk kelompok masyarakat yang memiliki masalah gizi tertentu.
Misalnya kurang vitamin atau mineral tertentu. Makanya pemerintah juga sudah melakukan upaya fortifikasi yaitu proses penambahan zat tertentu. Misalnya pada garam, sudah ditambahkan yodium. Kemudian pada tepung terigu ditambahkan zat besi, kata Soekirman yang ketua pembina Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), LSM yang beergerak di bidang fortifikasi pangan.

Terakhir yaitu keenam, PGS yang sifatnya khusus. Ini dapat digolongkan misalnya menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa, dan manula), menurut kelompok ekonomi, bahkan menurut kelompok budaya makanan.
Benarkah itu? Ya, tidak salah lagi. Menurut Profesor Dr Soekirman, ”Ada hal-hal dalam slogan 4 sehat 5 sempurna yang tidak lengkap.” Guru besar Ilmu Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini melanjutkan, ”Pedoman Gizi Seimbang (PGS) adalah penyempurnaan dari 4 sehat 5 sempurna. Jika slogan lama menyebutkan jenis makanannya, namun dalam pedoman gizi seimbang, disebutkan pula bahwa makan pun harus disesuaikan dengan aktivitasnya.”
Perubahan pola dari 4 sehat 5 sempurna ini menjadi PGS diluncurkan kembali oleh sepuluh ahli gizi di Indonesia. Langkah ini ditandai dengan peluncuran tulisan mereka yang dirangkum dalam buku Hidup Sehat: Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia, bekerja sama dengan sebuah jaringan pasar swalayan di Indonesia, Ranch Market.
Enam prinsip
Menurut Soekirman, ada enam prinsip yang harus dipegang dalam PGS.
Spoiler for Pertama:

Pertama, membiasakan konsumsi beraneka ragam makanan.
Semakin banyak ragamnya, semakin baik. ‘Karena tidak ada makanan super yang mengandung berbagai macam zat gizi, kecuali Air Susu Ibu (ASI). Itu pun ASI hanya untuk bayi berusia 0 sampai 6 bulan,’ kata Soekirman. Nasi, misalnya, kaya akan karbohidrat dan sedikit protein. Tetapi nasi miskin vitamin, mineral, lemak, dan serat. Jadi harus dimakan bersama lauk-pauk, sayuran, dan buah.
Spoiler for Kedua:

Kedua, memperhatikan dan mempertahankan berat badan ideal.
Berat badan, kata Soekirman, adalah hasil olahan dari jenis dan jumlah makanan yang kita makan dengan kegiatan atau aktivitas yang kita lakukan. Makan enak dengan sedikit karbohidrat tetapi banyak daging, lemak, dan manis-manis tanpa diimbangi olah raga atau aktif dalam kegiatan lain, berarti ada kelebihan kalori. Surplus kalori ini akan diubah menjadi lemak badan dan akibatnya, Anda akan menjadi kegemukan. Nah, para eksekutif muda yang kerap menjamu kliennya dengan makanan yang enak-enak, harus berhati-hati, kata Soekirman.
Spoiler for Ketiga:

Ketiga adalah mengatur porsi makan.
Dalam hal ini, kebutuhan makan tiap individu berbeda karena tergantung aktivitasnya. Makin aktif, maka makin banyak dibutuhkan kalori. Jadi, jangan lupa mengingat kalori yang masuk saat kita menyantap makanan.
Spoiler for Keempat:

Keempat adalah menjaga keamanan makanan.
Makanan yang siap disantap, harus pula dijaga keamanannya. Agar tidak terkontaminasi atau kotor, misalnya gunakan tudung saji, kata Soekirman. Selain itu, makanan juga dijaga agar tidak mengandung zat berbahaya. Soekirman mengingatkan, agar jika membeli makanan dalam kemasan, kita harus memperhatikan label makanan. Sementara tren terbaru yaitu masyarakat yang gemar makanan organik, yaitu bahan pangan yang dihasilkan tanpa menggunakan bahan kimia.
Spoiler for Kelima:

Kelima, adalah patokan khusus untuk kelompok masyarakat yang memiliki masalah gizi tertentu.
Misalnya kurang vitamin atau mineral tertentu. Makanya pemerintah juga sudah melakukan upaya fortifikasi yaitu proses penambahan zat tertentu. Misalnya pada garam, sudah ditambahkan yodium. Kemudian pada tepung terigu ditambahkan zat besi, kata Soekirman yang ketua pembina Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), LSM yang beergerak di bidang fortifikasi pangan.
Spoiler for Keenam:

Terakhir yaitu keenam, PGS yang sifatnya khusus. Ini dapat digolongkan misalnya menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa, dan manula), menurut kelompok ekonomi, bahkan menurut kelompok budaya makanan.
Jangan Lupa di


dan kalo berkenan


SUMBER
0
3.4K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan