tujuh.januaryAvatar border
TS
tujuh.january
idealis,Tubagus Ismail Lepas Gaji Besar Pilih Jual Es Tebu
Warga Menjuluki Tukang Tebu
Terganteng


dakwatuna.com – Tak banyak orang seperti Tubagus Muhammad Ismail.Ketika yang lain sulit mencari kerja,dia malah meninggalkan pekerjaan dengan gaji Rp 10 juta per bulan.Ismail lebih memilih berjualan es tebu keliling dan sales parfum murah.

ROMBONG es tebu itu dikerumuni ibu-ibu muda ketika melintas dikawasan Wage, Sidoarjo. Tawa riang dan canda mereka berbaur dengan
suara anak-anak yang berebut membeli. Susana itu hampir terjadi
tiap hari pukul 15.00-17.00.Itulah rutinitas Tubagus Muhammad ismail menjajakan es tebunya dikawasan tersebut. Pria 39 tahun itu
berbeda dari penjual es tebu lain.Penampilannya rapi, bersih, pakaian
necis, dan wangi. Dengan tinggi badansekitar 170 cm, kulit putih, paras
tampan, pria berdarah Banten-Sunda-Padang itu jauh dari mainstream
penjual es tebu keliling.Karena itu, tak heran Ismail merupakan tukang tebu favorit -setidaknya- di kawasan Wage. Seorang
warga perumahan bahkan menjulukiIsmail sebagai tukang tebu terganteng
se-Asia Tenggara.

Ada cerita, pernah seorang ibu yangnaik sepeda terjebur got gara-gara
meleng melihat Ismail nggenjot rombong tebunya. ”Tapi, saya tak
tahu cerita persisnya seperti apa. Saya hanya diberi tahu tetangga saya,” kata
Ismail lalu tersenyum.Pria ramah itu tak hanya punya nilai
lebih dari segi fisik, tapi juga idealisme. Karena idealisme itulah dia
memilih mundur dari pekerjaannya sebagai legal staff di sebuah
perusahaan rokok besar di Surabaya.Padahal, di tempat tersebut, dia punya
gaji cukup besar, Rp 10 juta per bulan.Sementara hasil jualan es tebu keliling
itu, paling banter dia dapat Rp 1,5 juta per bulan. ”Ini pendapat saya pribadi,
bukan bermaksud memojokkan siapa-siapa,” katanya. ”Saya merasa bahwa
rokok adalah sesuatu yang mudharat-nya jauh lebih besar daripadamanfaatnya. Itulah yang membuat saya bimbang, saya bekerja di industri yang seperti itu,” lanjut bapak satu anak tersebut. ”Makanya, saya lebih bahagia sekarang, meski pendapatan pas-pasan. Kedamaian hati, itu yang paling penting,” sambungnya.Ismail kemudian menuturkan kisahnya. ”Ketika kuliah, saya sudah bekerja di perusahaan advertising,anak perusahaan rokok itu,” katanya.Itu terjadi pada 1991 saat kuliahnya diFakultas Hukum Untag memasuki tahap akhir. Setahun kemudian, dia dipindahkan ke induknya, bagian legal department. ”Waktu pindah, saya belum lulus,” paparnya.

Ismail baru lulus setahun kemudian.Kelulusan itu mendongkrak eselon dan
gajinya di perusahaan tersebut.Konditenya selalu baik. Pelan-pelan
gajinya naik. Karena tempatnya bekerja merupakan salah satu
perusahaan dengan rate gaji tertinggi di Surabaya, Ismail hidup berkecukupan.

Hidupnya mapan, tinggal di rumah tipe 45 di Griyo Wage Asri. ”Hingga saya resign pada 2007, gaji saya Rp 10 juta. Itu belum termasuk bonus
dan tunjangan lain,” kenangnya.Meski gajinya besar, dia selalu gelisah.
Puncaknya terjadi pada 2005. ”Saya merasa industri tempat saya bekerja
tidak cocok dengan hati nurani saya,”tuturnya. Rokok, bagi Ismail, adalah
hal paling merugikan dalam kehidupan. Terutama dari sudut pandang imannya.

Ismail memang religius. ”Sejak kecil,orang tua saya selalu menekankan
nilai-nilai Islam yang kuat kepada saya,” paparnya. Ajaran itu terus
terbawa hingga sekarang. Karena itu,Ismail selalu berusaha ikut pengajian
di mana pun. ”Untuk menambah ilmu,” tuturnya.

Hampir semua pengajian di Surabaya dan Sidoarjo pernah dia datangi.
Bahkan, dia selalu menyempatkan ikut kuliah subuh di TVRI. Tapi, dia mengaku tak ikut sebuah organisasi keagamaan apa pun. ”Saya tak ikut
PKS atau apa pun. Saya lebih suka begini saja,” katanya.
Dalam Islam, rokok dianggap makruh (sesuatu yang sebaiknya
ditinggalkan). Bahkan, sebagian ulama menilai haram. ”Itu yang
memengaruhi pemikiran saya,”katanya.

Apalagi, ikhwan-ikhwan (saudara)sepengajian sering mengingatkan dia.
Juga mengirim e-mail berisi tulisan dan gambar tentang akibat merokok.
”Ngeri, ngeri, kalau melihat gambarnya. Paru-paru yang hitam membusuk, orang yang kondisinya sekarat, wahh… pokoknya mengerikan,” tuturnya.

Satu pemikiran mulai menusuk dirinya. ”Masak sih saya memberi makan anak dan istri dengan uang yang dihasilkan dari industri yang merusak masyarakat,” katanya lalu buru-buru menambahkan bahwa itu pendapatnya pribadi.

Sejak itu, kinerja Ismail melorot drastis. Manajemen perusahaan melihat perubahan tersebut. Manajemen yang bijak mengajak Ismail berbicara dari hati ke hati. Karena memang sudah bimbang, Ismail memutuskan mundur dari
perusahaan pada Juni 2007. ”Saya akan merugikan perusahaan bila tidak
bisa kerja maksimal. Karena situasinya seperti itu, saya pikir inilah titik untuk hijrah. Saya keluar secara baik-baik,” urainya.

Atas jasa-jasanya selama 16 tahun bekerja, perusahaan memberi pesangon Rp 400 juta. Selepas dari perusahaan, Ismail melakukan apa saja yang halal untuk menyambung hidup. Di antaranya, menjadi sales parfum tiruan. ”Saya menemukan dunia yang asyik. Ternyata, saya juga punya potensi di bidang marketing,” katanya dengan mata berbinar.

Untuk menambah penghasilan, Ismail berjualan es tebu. ”Saya bertemu pemilik Mr Tebu dan saya membeli franchise-nya seharga Rp 10 juta. Itu sudah dapat rombong dan peralatannya,” tuturnya. Dia menggenjot sendiri rombong tersebut. Perubahan hidup itu membuat Sri Lestari -istri yang kini telah berpisah- kaget. Kata-kata seperti terus kerjo opo, Pa? sering kali terucap. Ketika Ismail memutuskan menggenjot sendiri rombong es tebunya, Sri nyaris tak percaya. ”Sing bener ae, Pa?” ujar Sri sebagaimana ditirukan Ismail. Namun, Ismail bergeming. Melihat keteguhan hati suaminya, Sri bisa
memahami. ”Apalagi, tetap harus ada penghasilan kan,” katanya. Ismail tak
bersedia mengungkapkan alasan pisah dari istrinya.

Selain parfum dan es tebu, Ismail mencoba jual beli apa saja. Mulai
seprai hingga mobil. Namun, hanya eceran. ”Maklum, dana terbatas dan penghasilan harus ditingkatkan,” ungkapnya.

Dari berjualan parfum, Ismail hanya mendapatkan rata-rata Rp 600 ribu per bulan, sedangkan dari es tebu dapat Rp 700 ribu-Rp 800 ribu. ”Tapi,
saya bangga dengan pilihan ini. Meski hanya jadi tukang es tebu dan sales
parfum, saya jauh lebih berbahagia daripada saat masih kerja di industri
rokok,” tegasnya

Spoiler for sumber:
Diubah oleh tujuh.january 17-09-2013 03:14
0
6.4K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan