Sebagai warga DKI Jakarta, ane yakin semua agan yang tinggal di Jakarta pasti tau atau setidak-tidaknya pernah mendengar perihal Stasiun Jakarta Kota atau yang biasa kita sebut stasiun Beos. Stasiun peninggalan Compeni (sebutan orang betawi buat orang Belanda) ini memang memiliki daya tarik tersendiri buat para pecinta kota tua. Akan tetapi ane yakin gak semua orang Jakarta tau apa kenapa kata Beos dipake buat nyebut nih Stasiun.

Kata BEOS merupakan kependekan kata dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kerata Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang mengoperasikan kereta api dengan rutenya yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh (Bekasi). Karena memang dasar lidah orang betawi (termasuk ane ) paling demen kalo ngomong pake huruf “e” maka jadilah sebutan BOS (Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij) menjadi “Be”-“OS”.

Sebagian lagi menyatakan bahwa kata BEOS berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Paris van Java (bandung) dan lain-lain.

Stasiun Beos ini dibangun sekitar tahun 1926 dan selesai pada tanggal 19 Agustus 1929 kemudian secara resmi digunakan pada tanggal 8 Oktober 1929. Peresmian dilakukan oleh Gubernur Jenderal JHR. A.C.D de Graeff yang berkuasa di Hindia Belanda pada tahun 1926 – 1931. Stasiun Beos dirancang oleh seorang Arsitek Belanda, Frans Johan Louwrens Ghijsels yang merupakan pria kelahiran Tulungagung 8 September 1882.

Meskipun Stasiun BEOS tidak setua stasiun kereta api lainnya di Jawa seperti Stasiun Ijo (1880), Stasiun Malang Kotalama (1879), Stasiun Surabaya Kota (1878), Stasiun Purwosari (1875), Stasiun Solo Balapan (1873), Stasiun Kedungjati (1873), Stasiun Ambarawa (1873), Stasiun Lempuyangan (1872), dan Stasiun Semarang Tawang (1868) serta Stasiun Semarang Gudang/Tambaksari (1864), akan tetapi Stasiun BEOS tetap penuh dengan pesona yang menarik.

Stasiun BEOS merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, ‘Kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan’.

berikut foto-foto BeOS tempo dulu