Alasan-alasan Orang Indonesia Takut Periksa ke Dokter
Jakarta - Orang Indonesia paling takut kalau harus pergi ke dokter. Berdasarkan data sosial ekonomi nasional (Susenas) BPS tahun 2009 diketahui sekitar 66 persen orang sakit di Indonesia melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri). Dr Wasista Budiwaluyo, MHA selaku sekjen PERSI (Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) pernah mengatakan mencari pengobatan sendiri tetap ada risikonya. "Kalau untuk batuk pilek ya tidak apa-apa mengobati diri sendiri," ujarnya.
Beberapa alasan yang membuat orang Indonesia takut pergi ke dokter seperti dirangkum detikHealth, adalah:
Quote:
1. Takut biayanya terlalu mahal
Harga obat cenderung mengalami kenaikan beberapa tahun belakangan, belum lagi kalau harus menjalani tindakan tertentu misalnya operasi yang tentunya akan lebih mahal lagi. Wajar kalau pasien berpikir ulang sebelum periksa, terutama kalau penghasilannya pas-pasan.
Ikut asuransi atau jaminan kesehatan, baik swasta maupun yang dikelola pemerintah akan sangat membantu mengurangi tanggungan pasien. Prinsip asuransi kurang lebihnya adalah, orang yang sehat saling menyubsidi dengan yang sakit.
Quote:
2. Takut percuma kalau akhirnya tak mungkin sembuh
Di kampung-kampung, penyakit kronis seperti kudis dan TB (tuberculosis) dianggap susah atau bahkan tidak mungkin sembuh sehingga percuma kalau harus mahal-mahal berobat. Akibatnya, banyak orang bunuh diri karena sakitnya tidak sembuh-sembuh.
Karena ilmu pengobatan terus berkembang, hampir semua penyakit sekarang bisa diobati baik sampai sembuh atau sekedar bisa dikendalikan. TB misalnya, sekarang bisa sembuh asal teratur minum obat selama 6-9 bulan tergantung keparahannya.
Quote:
3. Takut efek samping
Salah satu alasan orang malas memeriksakan dan mengobati kanker adalah takut kena efek samping. Banyak yang percaya, biopsi (pemeriksaan jaringan) bisa membuat kanker makin menyebar sedangkan kemoterapi bisa menurunkan daya tahan tubuh.
Sejauh ini, tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa biopsi bisa membuat kanker makin menyebar. Demikian juga dengan efek samping obat, dokter tentu sudah memperhitungkan bahwa risiko harus lebih kecil dari manfaat yang bisa didapatkan saat terapi.
Quote:
4. Takut ketahuan lalu jadi aib kalau penyakitnya serius
Mitos-mitos yang mengaitkan suatu penyakit dengan perilaku tertentu sering membuat orang takut berobat. Misalnya HIV-AIDS dikaitkan dengan seks bebas dan penyalahgunaan obat terlarang, sehingga pasiennya dicap sebagai orang-orang tidak benar.
Akibatnya, orang-orang yang tertular HIV dari transfusi darah atau sejak dalam kandungan jadi sungkan untuk berobat. Demikian juga pasien kusta yang kadang takut dianggap banyak dosa, atau pasien TB yang mungkin malu dibilang kurang gizi.
Quote:
5. Takut cuma dijadikan kelinci percobaan
Sebelum dipasarkan secara luas, obat-obatan memang harus diujikan dulu efektivitas dan keamanannya pada hewan dan jika lolos maka dilanjutkan secara terbatas pada manusia. Pasien sering takut jadi kelinci percobaan, karena hasil pada hewan sering berbeda saat diterapkan pada manusia.
Salah satu hak pasien adalah menanyakan bukti ilmiah tentang khasiat obat-obatan atau metode terapi yang ditawarkan oleh dokter. Kalau memang sudah terbukti manjur dan aman pada manusia, kenapa harus takut?
[URL="http://health.detik..com/read/2012/06/12/135839/1939175/763/alasan-alasan-orang-indonesia-takut-periksa-ke-dokter"]Sumber[/URL]