MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, pihaknya tidak menutup kemungkinan menyetujui serangan militer di Suriah. Hal tersebut menurut Putin dapat terjadi, bila memang bukti tentang penggunaan gas beracun benar nyata.

Berbicara satu hari sebelum pertemuan pemimpin anggota G20, Putin mengatakan dirinya berharap bisa melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Menurutnya, banyak yang harus dibahas oleh kedua pemimpin.

Hubungan antara AS dan Rusia berada di titik terendah sejak Perang Dingin berakhir. Ketegangan yang terjadi disebabkan oleh banyak isu, termasuk kekerasan di Suriah dimana Putin dianggap sebagai pelindung utama dari Presiden Suriah Bashar al Assad.

Komentar Putin mengenai kesediaannya untuk melakukan serangan, ditujukan untuk memperlihatkan kesiapan Rusia untuk membuka hubungan yang lebih baik. Meskipun sebelumnya Presiden Obama menegaskan untuk membatalkan pertemuan bila bilateral antara kedua negara.

Mengenai kemungkinan serangan yang dilakukan ke Suriah, Putin menjelaskan hal tersebut masih bisa terjadi. "Saya tidak mengesampingkannya (serangan ke Suriah)," ujar Putin, seperti dikutip Reuters, Rabu (4/9/2013).

Namun Putin menjelaskan bahwa Rusia belum bisa sepakat dengan AS dan negara Eropa perihal tuduhan bahwa pasukan Assad berada di balik serangan senjata kimia yang menewaskan lebih dari 1.400 jiwa pada 21 Agustus 2013.

"Kami tidak memiliki data mengenai keberadaan bahan kimia itu secara langsung digunakan oleh pasukan pemerintah. Menurut hukum internasional saat ini, hanya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), yang bisa memerintahkan pengerahan pasukan terhadap sebuah negara berdaulat," tegasnya.

Amerika Serikat dan Prancis bersama dengan sekutu mereka berencana untuk melakukan intervensi militer ke Suriah. Mereka bermaksud untuk tetap melakukan serangan dengan atau tidak ada resolusi dari DK PBB karena yakin resolusi itu akan diveto oleh Rusia.

Source : Okezone