Di kampus saya terdapat 4 buah lift, tak jarang mahasiswa/i dan staff kampus menggunakan fasilitas yang satu ini. Selain tidak perlu repot-repot berjalan menuju lantai atas, juga cepat untuk sampai di lantai yang kita tuju. Tetapi banyak dari mahasiswa yang tidak mengindahkan budaya antri dalam menggunakan fasilitas ini.

Saya memang jarang menggunakan lift, karena saya lebih suka menggunakan eskalator atau tangga darurat. Karena sepi dan sekalian bisa berolahraga ehehehe. Beberapa hal yang saya sayangkan ketika menggunakan lift. Pagi itu saya berdiri cukup jauh dari lift, karena sangat banyak mahasiswa/i yang ingin menggunakan lift, sehingga saya menunggu hingga sepi atau sedikit orang.

Saya memperhatikan banyak mahasiswa/i yang baru datang langsung berdiri cukup dekat dengan lift, apa lagi ketika lift sudah hampir sampai, semakin banyak yang mengerumuni lift. Setelah pintu lift terbuka, mereka langsung masuk ke dalam lift tanpa memperdulikan orang yang ada di dalam lift yang sedang berusaha keluar melawan arus mereka yang ingin masuk. Waktu itu saya melihat seorang dosen berusaha keluar, kemudian ia dengan tersenyum lucu mengatakan dengan pelan, ”tidak sopan”.

Saya yang melihat kejadian itu sedikit miris, seharusnya etika dalam menggunakan lift adalah memberikan jalan untuk orang yang ada di dalam lift yang ingin keluar terlebih dahulu sebelum kita masuk kedalam lift. Dan juga tidak harus terburu-buru masuk. Malah yang baru datang langsung nyelonong masuk lift tanpa memperdulikan mereka yang sudah menunggu dari tadi.

Beberapa alasan yang saya temui, ”gue telat, ntar ga bisa masuk”, ”gue mau ngumpulin tugas, bentar lagi deadline”, ”dosen gue killer, telat 1 menit ga bisa masuk”. Kalau udah ada waktunya ya jangan telat, kalo mau cepet naik tangga darurat, sepi kok di sana, bisa langsung naik tanpa nunggu lift.

Saya sering beli makan di luar, karena di kosan ga ada kompor heheheeh.
DI sini saya tak jarang menemukan orang yang nyelonong mesen makanan, padahal ada beberapa orang yang sudah ngantri mesen dari tadi.

Salah satunya ketika saya mau beli makanan angkringan dekat kosan sore hari, jam orang pulang ngantor. Ketika giliran saya yang memesan, ada orang kantoran, umurnya kisaran 25-27 tahun nyelonong masuk dan bertanya harga gorengannya. Pada waktu itu yang jualan sedang membakar sate yang saya pesen. Kemudian si penjual memberikan piring agar orang kantoran itu mengambil sendiri makanannya dan kembali melanjutkan membakar sate. Setelah orang kantoran itu selesai mengambil makanannya, ia menyuruh si penjual untuk membungkusnya segera, padahal si penjual sedang melayani saya.

Si penjual mengatakan untuk menunggu sebentar, tetapi orang kantoran tersebut menaikkan nadanya mengatakan untuk membungkusnya segera karena ia buru-buru pulang. Pada saat itu saya mulai gusar tapi tetap diam. Si penjual tidak memperdulikan orang tersebut dan tetap melayani saya, pada saat itu si penjual sedang membungkus makanan saya. Tiba-tiba pria kantoran itu menghardik si penjual untuk membungkus punyanya segera. Si penjual pun terlihat kesal dan langsung melayani orang kantoran itu.
Setelah orang itu pergi si penjual mengatakan banyak orang yang seperti dia kalau datang mesti di nomor satukan, apa susahnya ngantri.

Beberapa waktu lalu saya bersama teman-teman saya pergi nonton ke bioskop, ketika sedang mengantri, salah satu remaja di depan saya memanggil temannya yang sepertinya kebetulan datang juga. Mereka mengobrol dengan santai, kemudian temannya itu langsung berdiri di depannya. Seorang wanita yang di belakang saya langsung membentak temannya orang di depan saya, ”Woi, ngantri, nyelonong ae kayak curut”
Tentu saja semua orang langsung menoleh kearah orang yang ada di depan saya. Temannya orang yang ada di depan saya dengan muka kesal langsung keluar dari antrian dan pindah kebelakang sambil mendumel.

Kalau tidak mau kehabisan tiket, datanglah lebih awal, bukan dengan cara nyelonong seperti itu kayak curut

Beberapa waktu lalu saya bersama teman saya akan berangkat menuju bogor menggunakan kereta. Tidak banyak antrian pada saat itu, tetapi ada seorang pria yang umurnya sudah 30an perkiraan saya, langsung menuju loket dan memesan tiket, entah tujuan mana. Yang saya dengar orang yang di sebelahnya mengatakan kira-kira seperti ini, ”Makanya pak, kalau mau beli ngantri, mending ngantri sekarang daripada ntar tambah panjang”

Kalo yang ini tidak perlu diadain riset lagi gan, sering bahkan selalu di daerah tempat tinggal saya, di pertigaan. Lampu belum hijau, mau rame atau sepi, pasti selalu ada yang nyelonong (nyawanya ada banyak kali gan ). juga setiap saya berhenti di garis putih pas lampu merah, selalu di klakson orang di belakang saya untuk maju, mungkin biar cepat jalan, entahlah.

sedikit info buat yang belum tau guna garis putih di lampu merah (biasanya yang SIM tembak ga tau)