TS
anton56
Mengenal Teknologi AIP Pada LONTONG
my white book : Sering dengar ada yang celoteh AIP ... AIP tapi enggak ada yang mulai threadnya (atau sudah tenggelam) ... ??
Disini dibahas dari sisi engineer dan militer jadi bisa dipahami sistem bagaimanakah yang digunakan kalau subs indo mengadopsi sistem AIP ...
Selamat menikmatilah .... jangan ada igo ya
HISTORICAL REVIEW
Kebutuhan dalam pengembangan AIP (Air Independent Propulsion) pertama kali disebabkan karena tingginys tingkat kerugian pada armada U-boat Kriegsmarine dalam Pertempuran Atlantik, ketika berhadapan dengan patroli maritim pesawat Sekutu. Generator Diesel Engine U-boat harus muncul kepermukaan untuk mengisi ulang sistem baterai mereka, yang membuat
mereka rentan terhadap deteksi oleh peralatan radar yang dibawa oleh Pesawat Angkatan Laut AS dan inggris. Upaya untuk menembak balik pesawat dengan senjata yang berada di dek U-boat tidak begitu berhasil. Upaya penyelamatan untuk menghindari penyerang hanya akan berhasil jika pesawat patroli musuh itu terlihat sedari awal, atau terlihat di radar. Para engineer Kriegsmarine mengembangkan snorkeling untuk memungkinkan U-boat beroperasi di bawah air dan bersamaan mengambil udara untuk mesin diesel, sehingga baterai bisa diisi ulang sedangkan U-boat dalam posisi tenggelam. Namun penggunaan snorkeling masih menghasilkan gelombang di permukaan laut, dan ini juga masih terdeteksi oleh radar yang lebih canggih.
Pada awal 1950-an snorkel telah menjadi teknologi pilihan bagi operator kapal selam dunia. Sementara snorkel kini dibalut bahan penyerap radar, dan sering dibentuk khusus untuk meminimalkan gelombang di permukaan laut namun gelombang yang dihasilkan masih bisa di deteksi oleh radar yang lebih canggih. Perkembangan teknologi radar kini menambah tantangan bagi teknologi snorkel di kapal selam. Secara khusus, teknologi Radar resolusi tinggi "Synthetic Aperture Radar (SAR)" yang menyediakan kemampuan untuk mendeteksi submarine yang muncul di permukaan.
Hal ini karena semua kapal selam yang menyelam menghasilkan gelombang gangguan (conical disturbance) di dalam air yang menyebar di dalam air dimana nilainya mengecil seiring menjauhnya kapal selam dari posisi awal (semacam jejak kapal selam karena kapal selam menghasilkan gelombang dari pergerakannya dan baling2nya di dalam permukaan air) Kekuatan disturbance ini meningkat seiring dengan kecepatan kapal selam. Disturbance ini akhirnya menyentuh permukaan, menghasilkan gelombang permukaan paraboloid, menunjuk ke arah yang sama dengan arah kapal selam bepergian ketika gelombang terbentuk. Kekuatan gelombang ini bergantung pada energi mekanik yang dihasilkan kapal selam. Kondisi terburuk terjadi saat kapal selam bergerak dengan cepat di perairan dangkal. Kapal selam yang sedang melakukan snorkeling bahkan dengan kecepatan sekitar 10 knot menghasilkan gelombang di permukaan yang mampu diamati.
Karenanya posisi snorkeling pada submarine pada saat ini menghasilkan resiko yang besar dibandingkan kondisi sebelumnya (menyelam) dimana kapal menghasilkan gelombang permukaan. Jawaban dari kondisi ini adalah mencari cara untuk menghindari snorkeling, mampu menyelam selama mungkin dan selambat mungkin yang merupakan tantangan tantangan bagi kapal selam diesel - electric. Terutama untuk menghindari kecanggihan teknologi radar maritim.
Kendala ini sebenarnya terjadi karena kapal selam selain nucklear submarine umumnya menggunakan tenaga Battery sebagai tenaga penggerak baling - balingnya yang menggunakan motor listrik, selain penggerak battery juga digunakan sebagai sumber tenaga peralatan listrik di kapal, setelah digunakan untuk beberapa saat tenaga battery juga berkurang dan perlu dilakukan pengisian battery atau charging. Karena berada di tengah lautan tentu dibutuhkan sumber listrik untuk melakukan charging yang diambil dari generator listrik, nah secara umum penggerak generator listrik ini adalah diesel engine.
Mesin diesel sebagai mana combustion engine lainnya merupakan mesin yang mendapatkan tenaga dari hasil pembakaran bahan bakarnya, dan sebagaimana kita tahu untuk menghasilkan pembakaran atau api diperlukan udara dalam hal ini oxygen, permasalahnnya adalah saat ini manusia belum sepenuhnya berhasil 100% membuat mesin yang mampu mengambil oxygen dari air laut secara efisien secara langsung seperti insang ikan, kalaupun ada, teknologi saat ini secara umum menggunakan hydrolisis yang akan menghasilkan gas HHO yang ternyata membutuhkan energi listrik untuk melepaskan ikatan hidrogen dan oksigen di air, di tambah lagi air luat memiliki kadar garam yang tinggi yang tentu memerlukan peralatan distilasi lagi yang tentu membutuhkan tenaga lagi. Karenanya kapal selam diesel engine bertindak seperti ikan paus yang sesekali muncul kepermukaan untuk menghidupkan mesin diselnya yang akan mencharge battery yang tentu saja memerlukan waktu yang tidak sedikit.
Berbeda dengan nuclear submarine yang menggunakan panas dari peluruhan bahan radioaktive di reaktornya yang akan digunakan untuk menghasilkan steam yang digunakan pada steam turbine dan dikopel ke proSENSORnya sebagai penggerak atau dihubungkan ke generator listrik untuk membangkitkan listrik.
The main difference between conventional submarines and nuclear submarines is the power generation system. Nuclear submarines employ nuclear reactors for this task. They either generate electricity that powers electric motors connected to the propeller shaft or rely on the reactor heat to produce steam that drives steam turbines (cf. nuclear marine propulsion). Reactors used in submarines typically use highly enriched fuel (often greater than 20%) to enable them to deliver a large amount of power from a smaller reactor and operate longer between refuelings – which are difficult due to the reactor's position within the submarine's pressure hull.
The nuclear reactor also supplies power to the submarine's other subsystems, such as for maintenance of air quality, fresh water production by distilling salt water from the ocean, temperature regulation, etc. All naval nuclear reactors currently in use are operated with diesel generators as a backup power system. These engines are able to provide emergency electrical power for reactor decay heat removal, as well as enough electric power to supply an emergency propulsion mechanism. Submarines may carry nuclear fuel for up to 30 years of operation. The only resource that limits the time underwater is the food supply for the crew and maintenance of the vessel. http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear...ine#Technology[/quote]
Beberapa teknologi di ajukan untuk menghadapi ini, salah satunya adalah menggunakan Air independent Propulsion (AIP) dimana selain membawa bahan bakar, juga membawa udara ( oxygen ) yang dibutuhkan untuk pembakaran, seperti pesawat antariksa. Berikut beberapa teknologi yang digunakan :
Closed Cycle Diesel Systems
"AIP Closed Cycle Diesel Systems" (AIP Sistem Diesel Siklus Tertutup) atau sistem "AIP CCD" menggunakan pasokan oksigen yang disimpan untuk mengoperasikan mesin diesel ketika menyelam. Teknologi ini awalnya diujicobakan oleh Kriegsmarine dan kemudian diadopsi oleh Soviet Voenno-Morskii Flot terhadap 30 buah kapal dari kelas Quebec, di mana salah satu dari tiga mesin diesel dapat digunakan sebagai sistem AIP menggunakan oksigen cair (LOX) yang disimpan di tangki. Dalam desain tersebut oksigen dicampur dengan gas buang atau gas inert untuk melindungi komponen mesin. Perahu Soviet terbukti sulit untuk beroperasi, rentan terhadap kebakaran, dengan daya tahan terbatas karena LOX yang mendidih-, dan akhirnya di scrap pada 1970-an. Sementara Siklus Diesel Tertutup (CCD) adalah teknologi sederhana, tantangan utama terletak pada menyimpanan suplai oksigen dengan cara yang rendah resiko dalam pengoperasian. Sebuah bahan bakar cair yang stabil yang dapat terurai menggunakan katalis merupakan pilihan terbaik untuk desain tersebut. Sistem CCD AIP saat ini ditawarkan oleh Thyssen Nordseewerke di Jerman menggunakan diesel, lox dan Argon sebagai komponen gas inert.

Dari skematic di atas gambaran secara umum, bisa dilihat bahwa oxygen cair LOX di uapkan menjadi gas (warna hijau) dan dicampur dengan argon(warna kuning) dan gas sisa pembakaran (warna merah) yang telah di filter (dibagian absorber). Gas hasil pencampuran (warna merah) di mixing chamber di injeksikan ke dalam piston yang akan bercampur dengan diesel fuel / solar. Shaft engine akan dikopel dengan generator dan menghasilkan listrik.
Gas buang dari engine akan di bersihkan dari partikel di absorber setelah sebelumnya di dinginkan di heat exchanger. Air limbah absorber (warna biru tua) akan dibuang dan digantikan dengan air bersih dari laut. CMIIW[/QUOTE]
sELAIN DIATAS MASIH ADA NAMANYA "HYDROGEN PEROXIDE SYSTEM" untuk AIP tapi sejak tahun 60an tidak digunakan lagi.
tambahan bacaan : http://www.navy.mil/navydata/cno/n87...propulsion.htm
=======================================================================
Nah dimanakah posisi Lontong NKRI apakah sudah mengadopsi AIP atau sudah menggunakan Nuclear reactor atau masih perlu sering muncul kepermukaan dan menjadi incaran empuk patroli maritim musuh ???
Lalu bagaimana dengan kapal selam NKRI yang baru apakah sudah dilengkapi ini ??
Adakah teknologi terbaru di bidang AIP yang masih menjanjikan ??
dari sisi reabilitya dan aviability dan kesenyapan manakah yang lebih baik ??
Prepare knowledge and skill and money and Man Power for FUTURE WAR .....
Disini dibahas dari sisi engineer dan militer jadi bisa dipahami sistem bagaimanakah yang digunakan kalau subs indo mengadopsi sistem AIP ...

Selamat menikmatilah .... jangan ada igo ya

HISTORICAL REVIEW
Kebutuhan dalam pengembangan AIP (Air Independent Propulsion) pertama kali disebabkan karena tingginys tingkat kerugian pada armada U-boat Kriegsmarine dalam Pertempuran Atlantik, ketika berhadapan dengan patroli maritim pesawat Sekutu. Generator Diesel Engine U-boat harus muncul kepermukaan untuk mengisi ulang sistem baterai mereka, yang membuat
mereka rentan terhadap deteksi oleh peralatan radar yang dibawa oleh Pesawat Angkatan Laut AS dan inggris. Upaya untuk menembak balik pesawat dengan senjata yang berada di dek U-boat tidak begitu berhasil. Upaya penyelamatan untuk menghindari penyerang hanya akan berhasil jika pesawat patroli musuh itu terlihat sedari awal, atau terlihat di radar. Para engineer Kriegsmarine mengembangkan snorkeling untuk memungkinkan U-boat beroperasi di bawah air dan bersamaan mengambil udara untuk mesin diesel, sehingga baterai bisa diisi ulang sedangkan U-boat dalam posisi tenggelam. Namun penggunaan snorkeling masih menghasilkan gelombang di permukaan laut, dan ini juga masih terdeteksi oleh radar yang lebih canggih.
Pada awal 1950-an snorkel telah menjadi teknologi pilihan bagi operator kapal selam dunia. Sementara snorkel kini dibalut bahan penyerap radar, dan sering dibentuk khusus untuk meminimalkan gelombang di permukaan laut namun gelombang yang dihasilkan masih bisa di deteksi oleh radar yang lebih canggih. Perkembangan teknologi radar kini menambah tantangan bagi teknologi snorkel di kapal selam. Secara khusus, teknologi Radar resolusi tinggi "Synthetic Aperture Radar (SAR)" yang menyediakan kemampuan untuk mendeteksi submarine yang muncul di permukaan.
Hal ini karena semua kapal selam yang menyelam menghasilkan gelombang gangguan (conical disturbance) di dalam air yang menyebar di dalam air dimana nilainya mengecil seiring menjauhnya kapal selam dari posisi awal (semacam jejak kapal selam karena kapal selam menghasilkan gelombang dari pergerakannya dan baling2nya di dalam permukaan air) Kekuatan disturbance ini meningkat seiring dengan kecepatan kapal selam. Disturbance ini akhirnya menyentuh permukaan, menghasilkan gelombang permukaan paraboloid, menunjuk ke arah yang sama dengan arah kapal selam bepergian ketika gelombang terbentuk. Kekuatan gelombang ini bergantung pada energi mekanik yang dihasilkan kapal selam. Kondisi terburuk terjadi saat kapal selam bergerak dengan cepat di perairan dangkal. Kapal selam yang sedang melakukan snorkeling bahkan dengan kecepatan sekitar 10 knot menghasilkan gelombang di permukaan yang mampu diamati.
Karenanya posisi snorkeling pada submarine pada saat ini menghasilkan resiko yang besar dibandingkan kondisi sebelumnya (menyelam) dimana kapal menghasilkan gelombang permukaan. Jawaban dari kondisi ini adalah mencari cara untuk menghindari snorkeling, mampu menyelam selama mungkin dan selambat mungkin yang merupakan tantangan tantangan bagi kapal selam diesel - electric. Terutama untuk menghindari kecanggihan teknologi radar maritim.
Kendala ini sebenarnya terjadi karena kapal selam selain nucklear submarine umumnya menggunakan tenaga Battery sebagai tenaga penggerak baling - balingnya yang menggunakan motor listrik, selain penggerak battery juga digunakan sebagai sumber tenaga peralatan listrik di kapal, setelah digunakan untuk beberapa saat tenaga battery juga berkurang dan perlu dilakukan pengisian battery atau charging. Karena berada di tengah lautan tentu dibutuhkan sumber listrik untuk melakukan charging yang diambil dari generator listrik, nah secara umum penggerak generator listrik ini adalah diesel engine.
Mesin diesel sebagai mana combustion engine lainnya merupakan mesin yang mendapatkan tenaga dari hasil pembakaran bahan bakarnya, dan sebagaimana kita tahu untuk menghasilkan pembakaran atau api diperlukan udara dalam hal ini oxygen, permasalahnnya adalah saat ini manusia belum sepenuhnya berhasil 100% membuat mesin yang mampu mengambil oxygen dari air laut secara efisien secara langsung seperti insang ikan, kalaupun ada, teknologi saat ini secara umum menggunakan hydrolisis yang akan menghasilkan gas HHO yang ternyata membutuhkan energi listrik untuk melepaskan ikatan hidrogen dan oksigen di air, di tambah lagi air luat memiliki kadar garam yang tinggi yang tentu memerlukan peralatan distilasi lagi yang tentu membutuhkan tenaga lagi. Karenanya kapal selam diesel engine bertindak seperti ikan paus yang sesekali muncul kepermukaan untuk menghidupkan mesin diselnya yang akan mencharge battery yang tentu saja memerlukan waktu yang tidak sedikit.
Berbeda dengan nuclear submarine yang menggunakan panas dari peluruhan bahan radioaktive di reaktornya yang akan digunakan untuk menghasilkan steam yang digunakan pada steam turbine dan dikopel ke proSENSORnya sebagai penggerak atau dihubungkan ke generator listrik untuk membangkitkan listrik.
The main difference between conventional submarines and nuclear submarines is the power generation system. Nuclear submarines employ nuclear reactors for this task. They either generate electricity that powers electric motors connected to the propeller shaft or rely on the reactor heat to produce steam that drives steam turbines (cf. nuclear marine propulsion). Reactors used in submarines typically use highly enriched fuel (often greater than 20%) to enable them to deliver a large amount of power from a smaller reactor and operate longer between refuelings – which are difficult due to the reactor's position within the submarine's pressure hull.
The nuclear reactor also supplies power to the submarine's other subsystems, such as for maintenance of air quality, fresh water production by distilling salt water from the ocean, temperature regulation, etc. All naval nuclear reactors currently in use are operated with diesel generators as a backup power system. These engines are able to provide emergency electrical power for reactor decay heat removal, as well as enough electric power to supply an emergency propulsion mechanism. Submarines may carry nuclear fuel for up to 30 years of operation. The only resource that limits the time underwater is the food supply for the crew and maintenance of the vessel. http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear...ine#Technology[/quote]
Beberapa teknologi di ajukan untuk menghadapi ini, salah satunya adalah menggunakan Air independent Propulsion (AIP) dimana selain membawa bahan bakar, juga membawa udara ( oxygen ) yang dibutuhkan untuk pembakaran, seperti pesawat antariksa. Berikut beberapa teknologi yang digunakan :
Closed Cycle Diesel Systems
"AIP Closed Cycle Diesel Systems" (AIP Sistem Diesel Siklus Tertutup) atau sistem "AIP CCD" menggunakan pasokan oksigen yang disimpan untuk mengoperasikan mesin diesel ketika menyelam. Teknologi ini awalnya diujicobakan oleh Kriegsmarine dan kemudian diadopsi oleh Soviet Voenno-Morskii Flot terhadap 30 buah kapal dari kelas Quebec, di mana salah satu dari tiga mesin diesel dapat digunakan sebagai sistem AIP menggunakan oksigen cair (LOX) yang disimpan di tangki. Dalam desain tersebut oksigen dicampur dengan gas buang atau gas inert untuk melindungi komponen mesin. Perahu Soviet terbukti sulit untuk beroperasi, rentan terhadap kebakaran, dengan daya tahan terbatas karena LOX yang mendidih-, dan akhirnya di scrap pada 1970-an. Sementara Siklus Diesel Tertutup (CCD) adalah teknologi sederhana, tantangan utama terletak pada menyimpanan suplai oksigen dengan cara yang rendah resiko dalam pengoperasian. Sebuah bahan bakar cair yang stabil yang dapat terurai menggunakan katalis merupakan pilihan terbaik untuk desain tersebut. Sistem CCD AIP saat ini ditawarkan oleh Thyssen Nordseewerke di Jerman menggunakan diesel, lox dan Argon sebagai komponen gas inert.

Dari skematic di atas gambaran secara umum, bisa dilihat bahwa oxygen cair LOX di uapkan menjadi gas (warna hijau) dan dicampur dengan argon(warna kuning) dan gas sisa pembakaran (warna merah) yang telah di filter (dibagian absorber). Gas hasil pencampuran (warna merah) di mixing chamber di injeksikan ke dalam piston yang akan bercampur dengan diesel fuel / solar. Shaft engine akan dikopel dengan generator dan menghasilkan listrik.
Gas buang dari engine akan di bersihkan dari partikel di absorber setelah sebelumnya di dinginkan di heat exchanger. Air limbah absorber (warna biru tua) akan dibuang dan digantikan dengan air bersih dari laut. CMIIW[/QUOTE]
Quote:
Quote:
Quote:
sELAIN DIATAS MASIH ADA NAMANYA "HYDROGEN PEROXIDE SYSTEM" untuk AIP tapi sejak tahun 60an tidak digunakan lagi.
tambahan bacaan : http://www.navy.mil/navydata/cno/n87...propulsion.htm
=======================================================================
Nah dimanakah posisi Lontong NKRI apakah sudah mengadopsi AIP atau sudah menggunakan Nuclear reactor atau masih perlu sering muncul kepermukaan dan menjadi incaran empuk patroli maritim musuh ???
Lalu bagaimana dengan kapal selam NKRI yang baru apakah sudah dilengkapi ini ??
Adakah teknologi terbaru di bidang AIP yang masih menjanjikan ??
dari sisi reabilitya dan aviability dan kesenyapan manakah yang lebih baik ??
Prepare knowledge and skill and money and Man Power for FUTURE WAR .....

0
10.7K
32
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan


