- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Inspiring People] Dipl.-Ing. Endri Rachman Ahli UAV Indonesia Tak Kenal Menyerah


TS
cabemera
[Inspiring People] Dipl.-Ing. Endri Rachman Ahli UAV Indonesia Tak Kenal Menyerah
Quote:
Biodata Diri
Nama : Dipl.-Ing. Endri Rachman
Nama Panggilan : Endri
TTL : Bandung, 13 November 1967
Nama Istri : Siska Sustikarni
Anak-anak : Faisal Abdurahman, Faris, dan Fatimah
Alamat : Jln Sarimadu No.7 Sarijadi Bandung
Pendidikan :
1986 SMA Negeri 2 Bandung
1987 Institut Teknologi Bandung - Teknik Fisika
1996 Braunschweig University of Technology - Flight Mechanics and Control
Pekerjaan :
Insinyur Teknik Aeronotika IPTN (PT. DI)
Lecturer of USM
UAV Engineer
Founder & Owner at PT Globalindo Technology Service Indonesia
Aktif di PTS di Bandung
Facebook : http://www.facebook.com/endri.rachman
Quote:
Endri Rachman adalah salah satu putera bangsa Indonesia, seorang insinyur teknik aeronotika yang pernah dimiliki IPTN (sekarang PT DI) dan kini bermukim di Malaysia. Ia “ditampung” negara tetangga kita itu sebagai pensyarah (dosen) sesuai keilmuan yang dimilikinya. Ia adalah satu dari 50 teknisi andal IPTN bergelar Doktor lulusan aeronotika Jerman. Di Malaysia, diperkirakan ada sekitar 300-an jebolan PT DI yang punya keahlian khusus di bidang rekayasa pesawat terbang dan tidak pernah kembali bekerja di Indonesia. Di Malaysia, Endri dan kawan-kawan selain menjadi dosen, juga berkerja di laboratorium penerbangan yang khusus disediakan pemerintah Kerajaan Malaysia.
Sumbangsih terbesar Endri yang menjadi kebanggaan Malaysia adalah penemuan pesawat tanpa pemandu (unmanned aerial vehicle/UAV) dan simulator pesawat kecil (ironbird systems) menggunakan model pesawat F-16. Kedua temuan itu diklaim sebagai prestasi “anak negeri” Malaysia, sekalipun sampai detik ini Endri masih warga negara Indonesia.
Penemuan Small Flight Control Simulator of F-16 mengantarkan Endri meraih penghargaan tertinggi medali emas Pemerintah Malaysia untuk penemuan teknologi pesawat terbang pada Malaysian Technology Expo 2006.
Pemerintah Sudan pun sudah melirik penemuan itu. UAV seberat 20 kilogram itu memiliki bentangan sayap 3 meter dan panjang 1,5 meter. Pesawat yang bisa mengangkut kamera seberat 5 kilogram ini mampu terbang dengan kecepatan 100 kilometer per jam dan ketinggian terbang 1.000 meter.
Tiga prototipe sudah dibuat dengan aplikasi yang bisa dikembangkan untuk pemantauan kebakaran hutan, pemantauan bencana tsunami atau tanah longsor, pencarian korban kecelakaan, lalu lintas maritim, pencarian kandungan mineral bawah tanah, sampai pesawat mata-mata militer.
Keahlian Endri Rancang bangun UAV karya Endri sempat diam-diam dikopi sebuah perusahaan swasta saat teknisi mereka studi banding ke laboratorium Endri. “Saya harus hati-hati lagi pada orang Malaysia. Mereka ternyata juga licik,” kata pria kelahiran Bandung, 13 November 1967 ini. Beruntung, yang dicuri adalah model pesawat tanpa awak yang masih dikendalikan radio sebagaimana pesawat aero modelling. Padahal, yang dikembangkan Endri adalah “logika terbang” pesawat itu sehingga tidak lagi menggunakan radio pengendali tetapi sistem auto-pilot dengan perangkat lunak yang dikembangkan Endri. “Logika (rahasia)-nya masih pada saya. Ini temuan saya, bukan atas nama Malaysia,” kata istri Siska Sustikarni ini.
Tesis S-2 Endri saat belajar di Technical University of Brunswick, Jerman, adalah mengenai model autopilot (pesawat tanpa pilot) untuk pesawat tempur. Sedangkan skripsi S-1 di universitas yang sama tentang robot kontrol untuk pesawat. “Saya ingin memproduksi UAV dengan logika autopilot di Indonesia, tepatnya di Bandung,” katanya serius.
Ayah dari Faisal Abdurahman, Faris, dan Fatimah ini pernah mengenyam pendidikan di Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (1986-1987). Tahun 1988 ia dikirim BJ Habibie, pelopor industri pesawat Nusantara, belajar di Jerman sampai 1996. Endri kembali ke Indonesia dan langsung bekerja di IPTN sebagai insinyur pengendalian pesawat bergaji Rp 700.000 per bulan.
Keahliannya ia aplikasikan pada pengembangan pesawat N-2130 yang kemudian batal diproduksi. Selama di Jerman, ia direkrut Pusat Penelitian Angkasa Jerman untuk mengembangkan autopilot pesawat tempur Euro 2000 yang dikenal sebagai Typhoon. Namun, karena sang istri tidak betah tinggal di Eropa, ia kembali bekerja di IPTN. Krisis moneter kemudian membuat IPTN harus memangkas 16.000 karyawannya menjadi 3.000 orang saja. Endri yang merasa tenaga dan keahliannya tersia-sia akhirnya lari ke Malaysia, bekerja sebagai dosen.
Sumber : http://ayobangkitindonesiaku.wordpre...t-pesawat-uav/
Sumbangsih terbesar Endri yang menjadi kebanggaan Malaysia adalah penemuan pesawat tanpa pemandu (unmanned aerial vehicle/UAV) dan simulator pesawat kecil (ironbird systems) menggunakan model pesawat F-16. Kedua temuan itu diklaim sebagai prestasi “anak negeri” Malaysia, sekalipun sampai detik ini Endri masih warga negara Indonesia.
Penemuan Small Flight Control Simulator of F-16 mengantarkan Endri meraih penghargaan tertinggi medali emas Pemerintah Malaysia untuk penemuan teknologi pesawat terbang pada Malaysian Technology Expo 2006.
Pemerintah Sudan pun sudah melirik penemuan itu. UAV seberat 20 kilogram itu memiliki bentangan sayap 3 meter dan panjang 1,5 meter. Pesawat yang bisa mengangkut kamera seberat 5 kilogram ini mampu terbang dengan kecepatan 100 kilometer per jam dan ketinggian terbang 1.000 meter.
Tiga prototipe sudah dibuat dengan aplikasi yang bisa dikembangkan untuk pemantauan kebakaran hutan, pemantauan bencana tsunami atau tanah longsor, pencarian korban kecelakaan, lalu lintas maritim, pencarian kandungan mineral bawah tanah, sampai pesawat mata-mata militer.
Keahlian Endri Rancang bangun UAV karya Endri sempat diam-diam dikopi sebuah perusahaan swasta saat teknisi mereka studi banding ke laboratorium Endri. “Saya harus hati-hati lagi pada orang Malaysia. Mereka ternyata juga licik,” kata pria kelahiran Bandung, 13 November 1967 ini. Beruntung, yang dicuri adalah model pesawat tanpa awak yang masih dikendalikan radio sebagaimana pesawat aero modelling. Padahal, yang dikembangkan Endri adalah “logika terbang” pesawat itu sehingga tidak lagi menggunakan radio pengendali tetapi sistem auto-pilot dengan perangkat lunak yang dikembangkan Endri. “Logika (rahasia)-nya masih pada saya. Ini temuan saya, bukan atas nama Malaysia,” kata istri Siska Sustikarni ini.
Tesis S-2 Endri saat belajar di Technical University of Brunswick, Jerman, adalah mengenai model autopilot (pesawat tanpa pilot) untuk pesawat tempur. Sedangkan skripsi S-1 di universitas yang sama tentang robot kontrol untuk pesawat. “Saya ingin memproduksi UAV dengan logika autopilot di Indonesia, tepatnya di Bandung,” katanya serius.
Ayah dari Faisal Abdurahman, Faris, dan Fatimah ini pernah mengenyam pendidikan di Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (1986-1987). Tahun 1988 ia dikirim BJ Habibie, pelopor industri pesawat Nusantara, belajar di Jerman sampai 1996. Endri kembali ke Indonesia dan langsung bekerja di IPTN sebagai insinyur pengendalian pesawat bergaji Rp 700.000 per bulan.
Keahliannya ia aplikasikan pada pengembangan pesawat N-2130 yang kemudian batal diproduksi. Selama di Jerman, ia direkrut Pusat Penelitian Angkasa Jerman untuk mengembangkan autopilot pesawat tempur Euro 2000 yang dikenal sebagai Typhoon. Namun, karena sang istri tidak betah tinggal di Eropa, ia kembali bekerja di IPTN. Krisis moneter kemudian membuat IPTN harus memangkas 16.000 karyawannya menjadi 3.000 orang saja. Endri yang merasa tenaga dan keahliannya tersia-sia akhirnya lari ke Malaysia, bekerja sebagai dosen.
Sumber : http://ayobangkitindonesiaku.wordpre...t-pesawat-uav/
Spoiler for Endri Rachman:
![[Inspiring People] Dipl.-Ing. Endri Rachman Ahli UAV Indonesia Tak Kenal Menyerah](https://s.kaskus.id/images/2012/12/06/1007797_20121206085252.jpg)
Endri Rachman in Seminar UAV and it's Application
Spoiler for UAV Kujang:
Inilah UAV Kujang Salah satu karya Pak Endri Rachman [Aseli Indonesia!!]
![[Inspiring People] Dipl.-Ing. Endri Rachman Ahli UAV Indonesia Tak Kenal Menyerah](https://s.kaskus.id/images/2012/12/06/1007797_20121206090706.jpg)
Technical Specification:
Wing span : 3.0 m
Length overall: 2.5 m
Take off weight : 25 kg
Payload (camera) : 7 kg
Cruise Speed : 100 km/h
Cruise Altitude: 1000 m
Endurance: 2 – 3 Hours
Stall Speed : 40 km/h
Video UAV Kujang ketika mengangkasa
[Aseli Indonesia!!]

Spoiler for UAV Karya Endri Rachman:
UAV Tamingsari
UAV Keris
Hand-launched UAV Bumerang
Ulasan tentang karyanya menyusul....

Pesan dari TS
Quote:
Saat ini Pak Endri tengah mengembangkan penelitian UAV tanpa bantuan dari Pemerintah Indonesia. Tetapi sebagai orang yang cinta tanah air, beliau tetap meluruskan niat untuk tetap berjuang untuk nama harum Indonesia di mata dunia dengan hasil karyanya.
Dan ada satu hal yang penting lagi, beliau mengajak para kaskuser & para pemuda lainnya untuk belajar UAV dengannya agar ilmunya dapat dikembangkan lagi. Ini bukan promosi atau apapun yang bersifat komersil. Agan-agan yang berminat belajar UAV bisa langsung datang ke alamat yang saya tuliskan di biodata. Kesempatan ini langka dan satu-satunya di Indonesia.
Dia sangat cinta Indonesia, bagaimana dengan agan-agan? Dia bisa saja, ke luar negeri dengan honor tinggi. Tetapi dia lebih memilih kampung halamannya dan berjuang untuk membangkitkannya. Tawaran untuk bekerja di luar negeri tapi sekali lagi dia lebih memilih cita-cita untuk mengharumkan bangsa.
Saat ini beliau tengah berjuang sendiri melakukan penelitian UAV tersebut. Kalau agan2 berminat bisa belajar langsung dengannya atau berinvestasi sebagai pemodalan pengembangan UAV Indonesia.
Khusus Agan2 dibandung pak Endri membuka kesempatan untuk Training & praktek langsung Dasar-dasar Manufacturing UAV. Kalo agan berminat. Agan bisa langsung hubungi pak Endri ato TS Sendiri.
Dan ada satu hal yang penting lagi, beliau mengajak para kaskuser & para pemuda lainnya untuk belajar UAV dengannya agar ilmunya dapat dikembangkan lagi. Ini bukan promosi atau apapun yang bersifat komersil. Agan-agan yang berminat belajar UAV bisa langsung datang ke alamat yang saya tuliskan di biodata. Kesempatan ini langka dan satu-satunya di Indonesia.
Dia sangat cinta Indonesia, bagaimana dengan agan-agan? Dia bisa saja, ke luar negeri dengan honor tinggi. Tetapi dia lebih memilih kampung halamannya dan berjuang untuk membangkitkannya. Tawaran untuk bekerja di luar negeri tapi sekali lagi dia lebih memilih cita-cita untuk mengharumkan bangsa.
Saat ini beliau tengah berjuang sendiri melakukan penelitian UAV tersebut. Kalau agan2 berminat bisa belajar langsung dengannya atau berinvestasi sebagai pemodalan pengembangan UAV Indonesia.
Khusus Agan2 dibandung pak Endri membuka kesempatan untuk Training & praktek langsung Dasar-dasar Manufacturing UAV. Kalo agan berminat. Agan bisa langsung hubungi pak Endri ato TS Sendiri.
Bersambung....
Spoiler for warning:
Silakan komentar yang berkualitas
Spoiler for warning:
Mohon maaf kalo Threadnya masih berantakan
TS masih nubi, masih cupu2


TS masih nubi, masih cupu2



Diubah oleh cabemera 07-12-2012 14:18




4iinch dan anasabila memberi reputasi
2
7.2K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan