Kaskus

News

yantiqueAvatar border
TS
yantique
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
Pesona Jembatan Suramadu, Surabaya-Madura
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?

Para Pemudik MAdura sedang "Toron" di Lebaran 2013
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
Sejumlah pemudik sepeda motor mengantri di pintu tol Suramadu untuk membayar tol dan menyeberang ke Madura, Surabaya, (6/8). TEMPO/Fully Syafi

Lebaran, Jembatan Suramadu Macet 50 Km
SELASA, 13 AGUSTUS 2013 | 03:08 WIB

TEMPO.CO, Bangkalan - Memasuki H+3 Lebaran, antrean kendaraan --baik roda dua dan empat-- di pintu tol Suramadu arah Bangkalan-Surabaya, mengular sepanjang 50 kilometer lebih. "Sepekan sebelum Lebaran, antrean bahkan lebih panjang lagi," kata Kepala Gerbang Tol Suramadu, Suharyono kepada Tempo, Senin 12 Agustus 2013. Untuk mengurai antrean kendaraan, petugas tol terpaksa mengalihkan dua loket untuk roda empat menjadi loket untuk kendaraan roda dua. "Kalau tidak begini, kemacetan bisa tambah parah," ujar Suharyono.

Selain menambahkan loket untuk roda dua, cara lain yang dilakukan pengelola tol Suramadu adalah menjemput pelanggan. Selain petugas loket, petugas lain juga menarik bayaran langsung ke pengendara. "Tidak akan ada kebocoran pendapatan, karena kami sudah pasang sensor penghitung kendaraan yang melintas," terang Suharyono.

Hingga Kamis 8 Agustus 2013 siang, jumlah kendaraan yang melintas di Suramadu arah Bangkalan-Surabaya mencapai 2.400 unit roda empat dan 9.000 unit roda dua. "Dari Surabaya ke Madura lebih tinggi, untuk roda dua sekitar 9.300 unit," katanya. Menurut Suharyono jumlah ini terbilang normal bahkan lebih sedikit dari H+2. "Untuk Madura, puncak arus balik adalah setelah Lebaran Ketupat," pungkasnya.
http://www.tempo.co/read/news/2013/0...du-Macet-50-Km

[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?
[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?

Budaya 'Toron' Masyarakat Madura
Rabu, 7 Agustus 2013 - 04:52:07 WIB

Maduracorner.com.Bangkalan – Istilah Ngakan Ta’ Ngakan Se penting Akompol (Makan Nggak makan yang Penting Kumpul) adalah suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat Madura jika datangnya Hari besar Islam terutama menjelang datangnya Hari Raya Idul Fitri, dan dengan berbagai cara mereka pun Mudik atau dalam Bahasa Madura Toron… Toron (Madura) mempunya makna turun, tau pulang kampung atau mudik. Namun makna toron mempunyai makna lebih luas lagi, yaitu membangun kembali solidaritas yang mengarah jalinan tali silaturrahmi antar keluarga dan kerabat yang berada di tanah kelahiran. Dengan toron, keutuhan dan keakraban antar warga Madura akan tetap terjalin semakin rapat dan mesra. Untuk itu, ketika orang Madura, telah mempersiapkan diri dengan bekal-bekal bawaan yang secara formalis sebagai oleh-oleh, sekaligus sebagai bentuk manifestasi dari keterikan kekeluargaan, meski mereka harus merantau sejauh mana meninggalkan tanha kelahirannya.

Ada tiga peristiwa bagi masyarakat Madura untuk toron. Yang pertama, yaitu pada saat lebaran Hari Raya Idul Ftri, Hari Raya Idul Adha dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada saat Idul Fitri secara umum dilakukan hampir suluruh warga Madura harus turun, tanpa melihat siapa dan apa urusan mereka di tanah rantau. Hal ini sama dengan ummat muslim lainnya. Namun pada saat Hari Raya Idul Adha, yang kedua, Hari Raya Besar atau Hari Raya Reaje (rajhe), toron umumnya dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah pedesaan, yang note bene mempunyai wilayah tradiri kekerabatan yang sangat kuat. Yang ketiga, pada saat Peringatan Maulud Nabi Besar Muhamad SAW. Kesungguhan masyarakat Madura terhadap panutan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, tidak sekedar melaksanakan sunnah-sunnahnya, namun lebih jauh lagi mempunyai makna yang dalam terhadap peristiwa itu dengan melakukan tindakan nyata, yaitu memeriahkan hari besar Islam tersebut. Khususnya untuk Hari Raya Besar dan Peringatan Maulud Nabi, telah menjadi simbol tingkat keperhatian terhadap masyarakat Madura tali persaudaraan : bila cempa palotan, bila kanca taretan, merupakan manifestasi nilai persaudaraan dan kekerabatan.

Menjaga Kearifal Lokal Madura Kearifan lokal menjadikan media dalam menyusun kebutuhan rohaniyah bagi keberlangsungan hidup masyarakat Madura, dimana ia bermukim. Selain agama (Islam) kearifan lokal menjadi pemicu bertahannya sebuah tradisi yang tetap bertahan dan menjadi pertahanan kekerabatan antar warga Madura. Kearifan lokal kerap diekspresiakan dalam bentuk saloka seperti : Andhap asor tampaknya menjadi tolok ukur dalam menanamkan etika dan estetika, termasuk didalamnya tentang kesantunan, kesopanan, penghormatan, dan nilai-nilai luhur lainnya sehingga menjadi raddin atena, bagus tengka gulina (cantik hatinya, baik tingkah lakunya). Untuk membangun kebersamaan dalam saloka diungkap bila cempa, palotan, bila kanca, taretan, (bila beras (kualitas), ketan, bila teman adalah saudara), hal disimbolkan sebagai bentuk untuk menjaga keutuhan persabatan perlu dijaga Mon ba’na etobi’ sake’ ja’ nobi’an oreng (kalau kamu dicubit sakit, jangan nyubit orang lain) Kehidupan yang harmoni menjadi penekanan kehidupan yang diharapkan dalam rampa’ naong beringin korong, serta ghu’tegghu’ sabbhu’ atausong-osong lombung, merupakan solidaritas sosial antar warga. Meski kekerasan kerap menjadi indentitas orang Madura seperti carok misal, dalam pandangan orang Madura memiliki tempat tersendiri, karena alasan-alasan tertentu karena perasaan malo akibat harga diinjak-injak sehingga melahirkancarok. Ango’ potea tolang etembang pote mata (lebih baik putih tulang daripada putih mata, lebih baik mati daripada menanggung malu) atau otang pesse nyerra pesse, otang rassa nyerra rassa, otang nyaba nyerra nyaba (hutang uang uang dibayar uang, hutrang rasa bayara rasa, hutang nyawa dibayar nyawa) yang barangkali menjadi pertimbangan mereka.

Sebenarnya semua itu dapat diselesaikan dengan terhormat bila diawali denganabhak-rembhak (berembuk, musyawarah) yang sebenarnya mengakar kuat dalam masyarakat Madura. Masyarakat Madura dikenal sebagai perantau, dan dari sinilah kemampuan dalam etos kerja diungkap seperti karkar kar colpe’, bantheng tolang seang are seang malem, sapa atane bakal atana’, sapa adagang bakal adaging, abharentheng, abanthal omba’ asapo’ angin, alako berra’ apello koneng dan sejenisnya menunjukkan etos kerja dalam usaha memenuhi kehidupan sehari-harinya, meski harus “kepada jadi kaki, kaki jadi kepala”. Bila kerja banyak menghasilkan untung sehingga menjadi kaya, jalan lupa yang miskin atau tidak mampu, karena yang kaya berkewajiban menjadi tulang punggung yang miskin, mon sogi pasogha’ , jangan raja guntorra tadha’ ojanna (besar bunyi halililantar, tapi tidak hujan) dan sebaliknya atau menjadikeras ta’ akerre (keras tapi tak berkeris). Untuk itu dalam menjaga martabat keluarga atau kelompok jangan sampai jha’ methha’ buri’ etengnga lorong, (jangan menunjukkan bokong/dubur ditengah jalan) sebab sapenter-penterra nyimpen babathang paste e kaedhing bauna (sepintar-pintar nyembunyikan bangkai, pasti akan dirasaukan baunya). Landasan kearifan lokal inilah, yang menjadikan masyarakat Madura sangat diikat dan terikat oleh nilai kekebaratan, sehingga dalam kondisi apapun toronmerupakan bentuk “kewajiban” meski secara finalsial mereka mempunyai keterbatasan. Bahkan dalam kondisi tertentu, hasil upaya ekonomi dari hasil kerasnya di tanah rantau, sebagaian disisakan / disimpan untuk persiapan ketika mereka harus toron.

Namun demikian meski kata toron mempunyai makna turun, tidak ada istilah sebaliknya onggha (naik). Karena toron bukan berararti turun dari atas kebawah. Toron merupakan istilah yang menajam sebagai bentuk kekentalan nilai dari dasar toron sendiri: Toron bisa berkembang menjadi toronan yaitu keturunan dari tingkat keluarga, dengan pengertian kembali ke orang pangkuan orang tua, atau turun temurun, yang mempunyai arti peristiwa toron telah dilakukan secara turun temurun, yaitu mengikat tali silaturrahmi antar sanak keluarga dan kerabat lainnya. Namun kenyataannya, masyarakat Madura sebagai masyarakat religius tradisitoron menjadi tradisi kuat yang selalu menjadi harapan dan kebanggaan tersendiri yang patut menjadi contoh bagi warga lainnya. Sebagaimana sabda Nabi: Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesame Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (Riwayat Bukhari dari Abdullah bin Umar RA) atau Persaudaraan dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (Riwayat Muslim) atau “Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (Riwayat Muslim)
http://www.maduracorner.com/budaya-t.../#.UgliltLfCfc

[PIC] Orang MADURA "Toron" (mudik), Jembatan Surumadu Macet 50 km, Macet Terpanjang?

Tradisi Mudik Putarkan Uang Rp90 Triliun ke Daerah
Kamis, 08 Agustus 2013 | 18:18 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Tradisi mudik yang terjadi setiap tahun jelang Hari Raya Idul Fitri ternyata tidak hanya sebatas rutinitas keagamaan yang dijalankan oleh umat beragama Islam. Namun, rutinitas tahunan ini juga membawa berkah bagi perekonomian Indonesia. Manfaat ekonomi yang dirasakan dari rutinitas mudik tahunan ini ternyata berimbas pada berputarnya sektor riil, seperti industri kue, oleh-oleh khas daerah, bisnis kuliner lokal, persewaan mobil rumahan dan UMKM lainnya. Sehingga perputaran uang tersebut dapat meningkatkan perekonomian Indonesia, khususnya perekonomian daerah yang ramai pemudik.

Pakar ekonomi yang juga merupakan Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengemukakan, mudik lebaran telah berkonstribusi dalam menciptakan redistribusi pendapatan ke daerah-daerah, tumbuhnya investasi di daerah serta mendukung terciptanya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Mengutip prediksi Kementerian Perhubungan, Firmanzah menyebutkan, total pergerakan orang pada masa mudik Lebaran 2013 mencapai 30 juta orang. Lebih dari separuhnya, atau 55% di antara mereka, melakukan pergerakan dengan menumpang kendaraan pribadi dan 45% yang menggunakan angkutan umum.

Secara prosentase kumulatif jumlah pemudik tahun 2013 dibandingkan tahun 2012, mengalami kenaikan berkisar 6,7 persen, di mana pemudik diperkirakan mencapai 30 juta orang, baik yang berasal dari kota-kota besar di Indonesia maupun para TKI di luar negeri. “Ini sekaligus menunjukkan semakin meningkatnya daya beli masyarakat, dengan semakin meningkatnya migrasi penumpang mudik dari kenderaan umum ke kendaraan pribadi,” terang Firmanzah seperti dikutip dari situs Sekretariat Kabinet (setkab.go.id), Kamis (8/8).

Ia memaparkan, ritual mudik lebaran tahun 2013 diperkirakan akan membawa dampak ekonomi yang besar bagi perekonomian di daerah. Setidaknya potensi dana yang mengalir ke daerah tahun ini diperkirakan mencapai Rp90 triliun dari total pemudik yang mencapai 30 juta orang. “Dana Rp90 triliun ini mengalir baik dari pembarayan zakat, transportasi, konsumsi, belanja oleh-oleh, hingga kiriman untuk perbaikan rumah dan furniture-nya,” jelasnya.

Firmanzah menyebutkan, sesuai keterangan Bank Indonesia permintaan uang tunai pada setiap momen lebaran meningkat rata-rata double digit setiap tahunnya. Tahun ini, bank sentral mempersiapkan uang tunai mencapai Rp103 triliun atau meningkat 20% dari tahun lalu sebesar Rp80 trilun. Persediaan Rp 103 triliun, lanjut Firmanzah, diharapkan dapat memenuhi tingginya permintaan uang tunai pada momen lebaran. Dari Rp 103 triliun, Jakarta diperkirakan menyerap sekitar Rp31 triliun, sisanya Rp22 triliun untuk Indonesia TImur dan Rp50 trilun untuk Indonesia Barat.
http://www.metrotvnews.com/metronews...liun-ke-Daerah

Remiten TKI Selama Bulan Ramadhan Mencapai Rp 20 Triliun
19 Jul 2013

Jakarta, EnergiToday -- Jumlah remiten dari TKI yang bekerja di luar negeri selama Ramadhan bisa mencapai Rp20 triliun. Jumlah itu naik 100% jika dibandingkan pada bulan biasa, yang berkisar Rp10 triliun. Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat mengungkapkan remiten dari TKI selama satu tahun rata-rata mencapai Rp120 triliun. “Kebutuhan keluarga TKI selama Ramadhan yang meningkat membuat mereka menaikkan jumlah kiriman pada Ramadhan," ujarnya kemarin dalam safari Ramadhan BNP2TKI di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Jumhur juga membuka bursa kerja di SMK Kesatrian Purwokerto. Kegiatan itu menawarkan 12.785 peluang kerja di luar negeri dan diikuti 27 perusahaan.
http://m.energitoday.com/2013/07/19/...ulan-ramadhan/

-------------------------------

Jangan remehkan budaya mudik atau 'toron' dalam masyarakat Madura atau masyarakat Indonesia umumnya menjelang dan selama Lebaran setiap tahunnya. Akhli-akhli ekonomi makro justru bersyukur di negeri ini, karena berkah tradisi mudik seperti itu, pemerataan pendapatan bisa terjadi secara otomatis akibat mengalirnya ratusan bahkan hingga ribuan trilun rupiah ke daerah-daerah dan desa-desa seperti di Madura itu. Tak ada sebuah gerakan ekonomi massal dan masiv, yang memutarkan uang hingga ratusan triliun hanya dalam sebulan sehingga menghidupkan perekonomian sebuah negara dengan penduduk nomor 4 di dunia, selain negeri ini, Indonesia.

Kalau mendasarkan keterangan staffsus Istana diatas, dimana ada Rp90 triliun dana yang mengalir ke daerah/pedesaan selama mudik lebaran kali ini, dan itu masih ditambah dengan masuknya duit kiriman para TKI di luar negeri hingga mencapai Rp20 triliun, itu semuanya (Rp90 triliun + Rp20 triliun = Rp 110 triliun), bukan jumlah yang sedikit. Menurut teori makroekonomi, effek ganda (multiplier effect) yang dtimbulkan oleh uang yang dibelanjakan sebesar Rp110 triliun itu, akan menimbulkan efek berantai dari kegiatan ekonomi ke hilirnya, hingga bisa mencapai 10 kali lipatnya (minimal), yaitu sekitar Rp1.100 triliun. Uang sebesar itu ... murni beredar di tengah masyarakat kita, tanpa ada korupsi di dalamnya. Jadi, berkah pemudik itu, ekonomi nasional bisa terus hidup dan tumbuh setiap tahunnya, yang menyebabkan roda industri bergerak cepat dan orang Indonesia semakin makmur. Itulah tradisi arief budaya lokal masyarakat Indonesia, yang tanpa teori-teori muluk ekonomi pembangunan, bisa mengerakkan roda pertumbuhan ekonomi secara tepat. Bahkan ternyata konsep 'tradisi mudik' itu bisa mengalahkan model-model teori pembangunan yang paling mutakhir sekalipun, yang biasanya dengan jumawanya disampaikan para alumni Harvard, Berkeley, Sorbonne, Cambridge, ANU, dan sejenisnya di negara ini!



emoticon-Angkat Beer
Diubah oleh yantique 13-08-2013 06:25
0
8.1K
63
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan