- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mantan partner Sule di SOS yg cocok untuk personil OVJ


TS
FipeManiax
Mantan partner Sule di SOS yg cocok untuk personil OVJ


Quote:
Mungkin sebagian dari agan dan sista lupa akan sosok komedian yang satu ini dimana doi adalah rekan kerja komedian Sule pas masih jaman tempo dulu di grup Lawak SOS yg menjadi juara I di Akademi Pelawak TPI (API). Ya, dia adalah Oni SOS.
Suwarman (Oni)
Saat kecil, lajang kelahiran Subang, 5 Maret 1978 ini mengaku minder dan pemalu. Bahkan, ia tak gampang tertawa saat melihat pelawak beraksi di televisi. "Makanya saya heran, sekarang, kok, saya malah jadi pelawak," kata Oni yang kali ini tak bermaksud melawak.
Ajaibnya, meski tak punya cita-cita menjadi pelawak, saat kelas IV SD Oni sempat ikut lomba lawak di kota kelahirannya. Anehnya lagi,ia justru keluar sebagai juara pertama se-Kabupaten Subang. "Sejak itu rasa minder dan pemalu itu lama-lama jadi hilang."
Kehidupan Oni kecil juga jauh dari lucu. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup mandiri. "Saya pernah jualan kue serabi dan bala-bala (bakwan, Red.)." Saat musim petasan, Oni juga mencoba meraup rezeki dengan dagang petasan. Ia pun kerap keluar masuk kampung, ikut main kesenian tradisional Sisingaan. "Meski bayarannya hanya Rp 250, saya bangga bisa ikut sisingaan. "Uang segitu bisa beli bakso 10 mangkuk."
Saat di SMP, kepercayaan diri Oni makin besar. Ia pun mulai sadar, punya bakat melawak. "Di SMP itulah, saya merasa kalau memiliki bakat melawak, dan bisa membuat banyak orang tertawa," cetus pria yang masih kental logat Sundanya "Banyak yang bilang kalau kelucuan saya karena suara dan logat saya ini. Padahal ini enggak dibuat-buat sama sekali, lo. Sudah dari pabriknya."
KLIK - Detail
Selain menjuarai lomba lawak, Oni juga jago berorasi. Ia pernah juara lomba pidato dari kelas I sampai kelas 3 SMP. "Wah, saya senang banget, lo, bisa ikutan lomba pidato mewakili Subang. Yang lebih senang, saya bisa ke Bandung," ujar Oni yang pada saat itu membawakan pidato mengenai kebudayaan yang mengangkat pembangunan. "Melihat kemampuan saya di bidang seni, guru saya langsung menganjurkan untuk nerusin sekolah di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Negeri Bandung)."
Nasihat sang guru dituruti. Meski untuk biaya sekolah di Bandung sang orang tua harus menggadaikan sawah. Oni akhirnya masuk jurusan Pedalangan. "Itu atas saran orang tua. Karena di jurusan Pedalangan banyak belajar tentang kesenian, misalnya karawitan, gamelan, wayang, sekaligus belajar akting."
Di kampus itulah Oni menemukan komunitas lawaknya. Bersama beberapa teman mereka membentuk grup lawak dan rajin mengikuti lomba. Sule dan Ogi adalah teman Oni yang kini bergabung di SOS. "Hanya saja, dulu saya enggak pernah punya nama grup, karena setiap kali mentas selalu berganti personel," ujar Oni yang hobi main catur ini.
Seiring dengan seringnya mereka bertiga mengikuti lomba lawak, Oni, Suge, dan Ogi akhirnya memutuskan untuk memberi nama SOS pada grup mereka tahun 1994. "SOS itu awalnya nama personel, Suwarman, Obin, dan Sutisna." Tetapi belakangan nama itu tak lagi berarti singkatan nama-nama mereka. "Nama panggung kami sekarang berubah semua. Saya menjadi Oni, Sutisna menjadi Sule, dan Obin menjadi Ogi. Semuanya serba spontan. Mungkin nama itu lebih menjual, ya," ujarnya sambil tertawa lepas.
Ide untuk ikut audisi API datang dari Sule. "Tumben saya langsung mengiyakan. Padahal, saya sering enggak bisa, karena saya, kan, harus melatih kesenian tradisional mahasiswa baru di Unpad. Itu sebabnya, mereka berdua lebih sering manggung sendiri tanpa saya. Saya baru gabung kalau ada kejuaraan. Rasanya ada kepuasan tersendiri," tutur Oni yang sekarang masih kuliah di jurusan Public Relation program Ekstensi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, Bandung.
Oni punya cara unik untuk mendapat inspirasi melawak. "Yang paling sering, sih, inspirasi datang ketika saya sedang di toilet. Sambil nyanyi-nyanyi di kamar mandi, terkadang dapat ide, kemudian saya rekam dalam ingatan," kata penyuka minuman bajigur ini.
Setelah menjadi orang yang cukup dikenal masyarakat, Oni menjamin dirinya tidak akan berubah. "Dijamin 100 persen, saya tidak akan berubah. Sekarang saja saya masih shock kalau disebut sebagai public figure. Enggak sedikit orang yang menyapa, lantas memberi baju, jaket, dompet, atau topi. Saya masih kaget aja ada yang begitu baik terhadap saya," ujar lelaki yang menganggap semua ini adalah rezeki dari Tuhan. "Mungkin perbedaannya, sekarang saya jadi jarang main dengan tetangga atau teman-teman yang lain. Itu juga karena kesibukan saya, bukan karena saya sombong. Karena saya bisa seperti sekarang ini juga berkat masyarakat."
Lantas, akan diapakan hadiah sebagai juara pertama API sebesar Rp 125 juta tersebut? "Yang pasti, sih, dizakatin dulu, baru kemudian dibagi 3," katanya. Selain itu, Oni dan teman-temannya berencana mendirikan base camp di Bandung, bagi teman-teman yang belum lolos audisi API. "Mereka akan kami jadikan tim kreatif untuk SOS. Karena kita enggak mau menjadi pelawak yang umurnya cuma seumur jagung, jadi kami ingin terus berkarya bersama teman-teman lain."
Keinginan pribadi? "Saya ingin nebus sawah yang pernah digadai orang tua saya sebesar Rp 8 juta ketika saya masuk SMKI. Lalu, saya juga mau nerusin kuliah lagi buat nambah ilmu," ujarnya mantap.
Spoiler for SEJARAH SINGKAT TENTANG ONI SOS:
Suwarman (Oni)
Saat kecil, lajang kelahiran Subang, 5 Maret 1978 ini mengaku minder dan pemalu. Bahkan, ia tak gampang tertawa saat melihat pelawak beraksi di televisi. "Makanya saya heran, sekarang, kok, saya malah jadi pelawak," kata Oni yang kali ini tak bermaksud melawak.
Ajaibnya, meski tak punya cita-cita menjadi pelawak, saat kelas IV SD Oni sempat ikut lomba lawak di kota kelahirannya. Anehnya lagi,ia justru keluar sebagai juara pertama se-Kabupaten Subang. "Sejak itu rasa minder dan pemalu itu lama-lama jadi hilang."
Kehidupan Oni kecil juga jauh dari lucu. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup mandiri. "Saya pernah jualan kue serabi dan bala-bala (bakwan, Red.)." Saat musim petasan, Oni juga mencoba meraup rezeki dengan dagang petasan. Ia pun kerap keluar masuk kampung, ikut main kesenian tradisional Sisingaan. "Meski bayarannya hanya Rp 250, saya bangga bisa ikut sisingaan. "Uang segitu bisa beli bakso 10 mangkuk."
Saat di SMP, kepercayaan diri Oni makin besar. Ia pun mulai sadar, punya bakat melawak. "Di SMP itulah, saya merasa kalau memiliki bakat melawak, dan bisa membuat banyak orang tertawa," cetus pria yang masih kental logat Sundanya "Banyak yang bilang kalau kelucuan saya karena suara dan logat saya ini. Padahal ini enggak dibuat-buat sama sekali, lo. Sudah dari pabriknya."
KLIK - Detail
Selain menjuarai lomba lawak, Oni juga jago berorasi. Ia pernah juara lomba pidato dari kelas I sampai kelas 3 SMP. "Wah, saya senang banget, lo, bisa ikutan lomba pidato mewakili Subang. Yang lebih senang, saya bisa ke Bandung," ujar Oni yang pada saat itu membawakan pidato mengenai kebudayaan yang mengangkat pembangunan. "Melihat kemampuan saya di bidang seni, guru saya langsung menganjurkan untuk nerusin sekolah di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Negeri Bandung)."
Nasihat sang guru dituruti. Meski untuk biaya sekolah di Bandung sang orang tua harus menggadaikan sawah. Oni akhirnya masuk jurusan Pedalangan. "Itu atas saran orang tua. Karena di jurusan Pedalangan banyak belajar tentang kesenian, misalnya karawitan, gamelan, wayang, sekaligus belajar akting."
Di kampus itulah Oni menemukan komunitas lawaknya. Bersama beberapa teman mereka membentuk grup lawak dan rajin mengikuti lomba. Sule dan Ogi adalah teman Oni yang kini bergabung di SOS. "Hanya saja, dulu saya enggak pernah punya nama grup, karena setiap kali mentas selalu berganti personel," ujar Oni yang hobi main catur ini.
Seiring dengan seringnya mereka bertiga mengikuti lomba lawak, Oni, Suge, dan Ogi akhirnya memutuskan untuk memberi nama SOS pada grup mereka tahun 1994. "SOS itu awalnya nama personel, Suwarman, Obin, dan Sutisna." Tetapi belakangan nama itu tak lagi berarti singkatan nama-nama mereka. "Nama panggung kami sekarang berubah semua. Saya menjadi Oni, Sutisna menjadi Sule, dan Obin menjadi Ogi. Semuanya serba spontan. Mungkin nama itu lebih menjual, ya," ujarnya sambil tertawa lepas.
Ide untuk ikut audisi API datang dari Sule. "Tumben saya langsung mengiyakan. Padahal, saya sering enggak bisa, karena saya, kan, harus melatih kesenian tradisional mahasiswa baru di Unpad. Itu sebabnya, mereka berdua lebih sering manggung sendiri tanpa saya. Saya baru gabung kalau ada kejuaraan. Rasanya ada kepuasan tersendiri," tutur Oni yang sekarang masih kuliah di jurusan Public Relation program Ekstensi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, Bandung.
Oni punya cara unik untuk mendapat inspirasi melawak. "Yang paling sering, sih, inspirasi datang ketika saya sedang di toilet. Sambil nyanyi-nyanyi di kamar mandi, terkadang dapat ide, kemudian saya rekam dalam ingatan," kata penyuka minuman bajigur ini.
Setelah menjadi orang yang cukup dikenal masyarakat, Oni menjamin dirinya tidak akan berubah. "Dijamin 100 persen, saya tidak akan berubah. Sekarang saja saya masih shock kalau disebut sebagai public figure. Enggak sedikit orang yang menyapa, lantas memberi baju, jaket, dompet, atau topi. Saya masih kaget aja ada yang begitu baik terhadap saya," ujar lelaki yang menganggap semua ini adalah rezeki dari Tuhan. "Mungkin perbedaannya, sekarang saya jadi jarang main dengan tetangga atau teman-teman yang lain. Itu juga karena kesibukan saya, bukan karena saya sombong. Karena saya bisa seperti sekarang ini juga berkat masyarakat."
Lantas, akan diapakan hadiah sebagai juara pertama API sebesar Rp 125 juta tersebut? "Yang pasti, sih, dizakatin dulu, baru kemudian dibagi 3," katanya. Selain itu, Oni dan teman-temannya berencana mendirikan base camp di Bandung, bagi teman-teman yang belum lolos audisi API. "Mereka akan kami jadikan tim kreatif untuk SOS. Karena kita enggak mau menjadi pelawak yang umurnya cuma seumur jagung, jadi kami ingin terus berkarya bersama teman-teman lain."
Keinginan pribadi? "Saya ingin nebus sawah yang pernah digadai orang tua saya sebesar Rp 8 juta ketika saya masuk SMKI. Lalu, saya juga mau nerusin kuliah lagi buat nambah ilmu," ujarnya mantap.
Quote:
Dengan Karakter Kang Ibing/Kabayan sebagai ciri khas nya
SIAPA yang tidak kenal dengan Oni SOS, komedian peniru gaya Kang Ibing (almarhum)? Karakter Kang Ibing yang dikenal sangat cerdas dan mendidik, jauh dari kata jorok dan porno, ternyata menjadi inspirasi bagi pria yang kini tidak hanya dikenal jago ngabodor ini, tapi juga kerap berdakwah.
Oni SOS adalah salah satu pelawak muda yang sering meniru gaya lawakan Kang Ibing. Sebagai sesama pelawak Sunda, Oni kerap memerankan tokoh Kabayan, tokoh yang juga membuat Kang Ibing populer dikenal orang.
"Saya menganggap lawakan beliau penuh dengan filsafat serta mengandung arti dan sebagai panutan," ungkap Oni saat ditemui ketika sedang menjadi presenter di Gedung Majestic, Jln. Braga beberapa waktu lalu.
Saat disinggung kemungkinan mengubah gaya lawakannya yang meniru Kang Ibing, Oni mengatakan, tidak akan melakukannya. Apalagi gaya tersebut sudah ditampilkannya sejak pertama muncul di depan publik.
"Belum, memang lakunya begini. Sudah pernah mencoba dengan gaya lain, tapi tetap beda. Saya masih laku dengan gaya Kang Ibing," akunya.
Oni mengaku sempat mengubah gaya lawakannya dengan menggunakan kostum banci, tapi ternyata tidak membawa perkembangan. Akhirnya kembali lagi mengenakan kostum khas orang Sunda.
Bukan hanya karena alasan laku semata jika Oni lebih senang melawak dengan menggunakan kostum dan gaya orang Sunda, namun lebih jauh lagi ingin mempopulerkan budaya Sunda. Kalau akhirnya, hal itu membuatnya menjadi unik, Oni menganggapnya sebagai keberuntungan.
Oni menuturkan, alasan lain mengapa dirinya mempertahankan penampilan seperti Kang Ibing, karena dirinya pernah diminta oleh Kang Ibing untuk meneruskan dan merawat kebudayaan Sunda, khususnya melawak. "Saya merasa bangga lah ada penerus saya, kamu harus lebih maju dan terusin. Pokoknya kamu harus maju," ungkapnya menirukan pesan Kang Ibing.
Bagaimana pun, lanjut Oni, Kang Ibing akan tetap menjadi acuan dan inspirasinya dalam melawak agar lebih maju lagi. Kata-katanya akan tetap dipegang sebagai kunci kemajuan.
"Beliau sempat berpesan, hidup adalah perjuangan, usaha adalah kewajiban, dan hasil adalah Allah yang menentukan. Kata beliau, Oni terus belajar," ujarnya.
Tak hanya mempopulerkan budaya dan seni Sunda di tanah Parahyangan, Oni juga punya keinginan ingin membawanya ke Ibukota. Namun diakuinya, hal itu tidak mudah. Tapi belum tahu seperti apa konsepnya, baru punya keinginan dan mudah-mudahan ini akan membuka hati para pemimpin kita untuk lebih menghargai karya para budayawan dan seniman" harapnya.
SIAPA yang tidak kenal dengan Oni SOS, komedian peniru gaya Kang Ibing (almarhum)? Karakter Kang Ibing yang dikenal sangat cerdas dan mendidik, jauh dari kata jorok dan porno, ternyata menjadi inspirasi bagi pria yang kini tidak hanya dikenal jago ngabodor ini, tapi juga kerap berdakwah.
Oni SOS adalah salah satu pelawak muda yang sering meniru gaya lawakan Kang Ibing. Sebagai sesama pelawak Sunda, Oni kerap memerankan tokoh Kabayan, tokoh yang juga membuat Kang Ibing populer dikenal orang.
"Saya menganggap lawakan beliau penuh dengan filsafat serta mengandung arti dan sebagai panutan," ungkap Oni saat ditemui ketika sedang menjadi presenter di Gedung Majestic, Jln. Braga beberapa waktu lalu.
Saat disinggung kemungkinan mengubah gaya lawakannya yang meniru Kang Ibing, Oni mengatakan, tidak akan melakukannya. Apalagi gaya tersebut sudah ditampilkannya sejak pertama muncul di depan publik.
"Belum, memang lakunya begini. Sudah pernah mencoba dengan gaya lain, tapi tetap beda. Saya masih laku dengan gaya Kang Ibing," akunya.
Oni mengaku sempat mengubah gaya lawakannya dengan menggunakan kostum banci, tapi ternyata tidak membawa perkembangan. Akhirnya kembali lagi mengenakan kostum khas orang Sunda.
Bukan hanya karena alasan laku semata jika Oni lebih senang melawak dengan menggunakan kostum dan gaya orang Sunda, namun lebih jauh lagi ingin mempopulerkan budaya Sunda. Kalau akhirnya, hal itu membuatnya menjadi unik, Oni menganggapnya sebagai keberuntungan.
Oni menuturkan, alasan lain mengapa dirinya mempertahankan penampilan seperti Kang Ibing, karena dirinya pernah diminta oleh Kang Ibing untuk meneruskan dan merawat kebudayaan Sunda, khususnya melawak. "Saya merasa bangga lah ada penerus saya, kamu harus lebih maju dan terusin. Pokoknya kamu harus maju," ungkapnya menirukan pesan Kang Ibing.
Bagaimana pun, lanjut Oni, Kang Ibing akan tetap menjadi acuan dan inspirasinya dalam melawak agar lebih maju lagi. Kata-katanya akan tetap dipegang sebagai kunci kemajuan.
"Beliau sempat berpesan, hidup adalah perjuangan, usaha adalah kewajiban, dan hasil adalah Allah yang menentukan. Kata beliau, Oni terus belajar," ujarnya.
Tak hanya mempopulerkan budaya dan seni Sunda di tanah Parahyangan, Oni juga punya keinginan ingin membawanya ke Ibukota. Namun diakuinya, hal itu tidak mudah. Tapi belum tahu seperti apa konsepnya, baru punya keinginan dan mudah-mudahan ini akan membuka hati para pemimpin kita untuk lebih menghargai karya para budayawan dan seniman" harapnya.
Quote:
Menurut agan sista setuju gak klo Oni ini jadi next amunisi personil OVJ, yang nantinya diharapkan bakalan menambah kelucuan dan sekaligus sebagai tokoh yg karakternya kental dengan budaya walaupun memang alur konsep OVJ suka berubah-ubah. 

Nih gaaan penampakan Oni pas lagi di Pas Mantap...aseli keren abis
yg egk bisa wafer rugi deh

Quote:
Spoiler for Pas Mantab I:

Quote:
Spoiler for Pas Mantab II:

Quote:
Spoiler for Pas Mantab III:

Hanya niat untuk berbagi saja setelah menjadi silence reader adict. Semoga agan sista ada yg baik ngasih yg seger


0
20.1K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan