Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ihya_uAvatar border
TS
ihya_u
Bertahun-tahun menjadi perusahaan paling inovatif, BlackBerry Jatuh. Kenapa?
Harga saham BlackBerry mencapai puncak tertinggi pada Agustus 2007, di posisi US$236.
Tujuh bulan sebelumnya, di bulan Januari, Apple memperkenalkan iPhone generasi pertama di
Moscone Center, San Fransisco. Ketika itu, para komisaris BlackBerry, yang masih bernama
Research in Motion, memutuskan untuk membiarkan Apple untuk fokus ke pasar pemakai
smartphone, sementara mereka terus menjual BlackBerry ke konsumen bisnis dan pemerintah
yang membeli perangkat untuk pekerjanya. CEO RIM ketika itu, Jim Balsillie dengan sangat
percaya diri mengatakan, peluncuran iPhone terhadap Industri tak akan menghasilkan
perubahan besar.

Enam tahun kemudian, saham BlackBerry hanya bernilai US$10, sehingga akhirnya mereka
mengumumkan opsi untuk menjual perusahaan. Pembeli BlackBerry akan mendapatkan
setumpuk paten, dan teknologi keamanan BlackBerry yang masih termasuk terbaik hingga saat
ini.

Mengapa BlackBerry --didirikan Mike Lazaridis dan Douglas Fregin pada 1984, dan selama
bertahun-tahun menjadi perusahaan paling inovatif-- bisa jatuh seperti sekarang?

Banyak ahli sependapat, BlackBerry jatuh karena gagal mengantisipasi bahwa iPhone bisa
merugikan mereka. Kemudian mengabaikan ancaman dari kompetitor yang menjual perangkat
murah di Asia. Dan, yang terbaru, BlackBerry gagal bersaing di pasar smartphone kelas high-
end, dengan meluncurkan BlackBerry 10.

BlackBerry, tentu saja, bukan satu-satunya perusahaan yang membuat kesalahan dengan
mengabaikan iPhone dan revolusi yang dibuatnya: para insinyur di Nokia, yang, bertahun-
tahun sebelumnya, sudah membuat smartphone tipis, menyingkirkan iPhone, salah satunya
karena, ia gagal melalui tes di mana ponsel tersebut dijatuhkan dari jarak 1,5 meter ke beton
secara berulang-ulang, kata Wall Street Journal tahun lalu.

CEO Microsoft Steve Ballmer bahkan mentertawakan iPhone. "Ini tak menarik untuk
konsumen bisnis karena ia tak mempunyai keyboard," katanya. Nokia dan Microsoft, yang
sekarang bermitra dalam membuat smartphone, seperti BlackBerry juga, akhirnya mendapati
diri mereka terpuruk dalam pangsa pasar.

Pada awal tahun 2009, harga saham BlackBerry telah anjlok ke angka kurang dari US$50, dari
posisi tertingginya US$236 pada Agustus 2007. "Konsumerisasi" bisnis teknologi sudah
berlangsung, dan perusahaan tersebut gagal mengantisipasinya: ketika pengguna BlackBerry
kembali ke rumah dan melepaskan dasi kerjanya, mereka mengambil iPhone, yang jauh lebih
menyenangkan untuk digunakan. Tak lama sesudah itu, mereka ingin menggunakan iPhone di
tempat kerja. Secara perlahan, perusahaan-perusahaan menyadari bahwa karyawan mereka
akan lebih gembira dan lebih produktif dengan membeli perangkat pilihan mereka, dan
perusahaan sendiri, terhindar dair biaya menyediakan ponsel untuk karyawan mereka, alias
menghemat uang.

Ketika BlackBerry menyadari mereka perlu menjangkau konsumen secara langsung, semuanya
sudah terlambat. Pada November, 2008, BlackBerry meluncurkan ponsel layar sentuh,
BlackBerry Storm, yang dianggap biasa-biasa saja. BlackBerry lalu mengalihkan fokus mereka
ke Asia dan Amerika Latin, di mana pasar smartphone sedang meledak. Selama beberapa
bulan, strategi ini tampaknya berhasil. Di Indonesia, di mana BlackBerry membuat strategi
khusus, BlackBerry menguasai 47 persen pangsa pasar pada paruh pertama tahun 2011, naik
dari hanya sembilan persen pada paruh pertama 2009, menurut perusahaan riset Canalys.
Namun, kejayaan ini tak berlangsung lama karena BlackBerry dikepung oleh perusahaan-
perusahaan Asia dengan produk-produk murah mereka.

BlackBerry mencoba bertahan, termasuk dengan membeli QNX Software Systems, yang sistem
operasinya banyak dipakai perangkat medis dan komputerisasi mobil. Tetapi, langkah ini juga
tak membuahkan hasil karena nyatanya, pada tahun 2011, tablet PlayBook yang menggunakan
QNX, gagal meraih konsumen secara signifikan.

BlackBerry kemudian menunjuk CEO baru, Thorsten Heins pada awal tahun 2012. BlackBerry
Q10 dan Z10 yang sangat diharapkan Heins sebagai penyelamat sekali lagi, gagal memenuhi
harapan. Pada kuartal kedua 2013, BlackBerry hanya mengirimkan 6,8 juta smartphone,
sekitar seperlima dari jumlah yang dijual Apple pada periode yang sama.

sumber:
chip.co.id/news/blackberry-gadget-corporate/7506/mengapa_blackberry_runtuh
0
4.6K
55
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan