Besok 17 Agustus 2013, 68 tahun kemerdekaan Indonesia. Tadi pagi Presiden RI berpidato di gedung DPR. Tepuk tangan hadirin tidak henti hentinya. Tepuk tangan terutama datang dari balkon, disana duduk rapi para tauladan. Entah direkayasa atau tidak rasanya aneh tepuk tangan itu terkadang tidak kontekstual. Apakah para teladan nasional itu di anjurkan tepok tangan oleh koordinator lapangan awak tidak paham. Pak BJ Habibie, Pak Hamzah Haz dan Bapak Jusuf Kalla hanya tersenyum simpul sembari manggut manggut kepala.. Anggota DPR terutama dari partai berseberangan nampaknya enggan tepok tangan, hanya beberapa Anggora DPR dari Fraksi Partai Demokrat yang melotot ketika disorot kamera televisi.

SBY pidato normatif, menjelaskan hasil pembangunan, apa apa yang telah dicapai dan apa apa yang belum dilaksanakan. Katanya angka kemiskinan berubah, itu saja yang awak tangkap. Apakah angka kemiskinan itu bertambah atau berkurang biarlah BPS yang menjelaskan dari sisi statistik akademik sesuai dengan pesanan pemerintah. Fakta di lapangan terutama di lampu merah masih saja banyak anak bangsa yang meminta minta. Kalau dibilang mereka malas silahkan saja tetapi dimana keberadaan pemerintah ketika saudara saudara kita itu tetap berkutat di daerah kumuh.

Tepuk tangan terdengar lagi. Sepertinya tepuk tangan itu penyakit menular, dimulai dari satu tepok kemudian menular bak wabah ke tepokan orang disebelah. Awak yang menonton siaran langsung di depan TV dari awal sampai akhir tidak ikutan bertepuk tangan. Tepuk tangan bisa diartikan bahwa si pembicara menjelaskan tentang sesuatu yang menyenangkan pendengar. Atau di pendengar merasa geli melihat pembicara melawak. Rasanya SBYtidak melucu di podium sana, Beliau serius. Awak tak paham sekali lagi motif dari tepuk tangan berkali kali menggema. Sudahlah jangan dibahas lagi tepuk tangan itu kata tetangga. Tepuk tangan koq dilarang, silahkan saja bertepuk tangan pramuka di hari ulang tahun praja muda karana beberapi hari lalu. Tepuk Pramuka,..plok plok plok., plok plok plok,…

Enam Puluh Delapan Tahun Merdeka. Harga daging masih mahal. Harga sembilan bahan pokok terjangkau oleh kaum menengah keatas sementara bagi rakyat miskin harga sembako terjangkau juga tetapi hanya sebatas pandangan mata. Sistem ekonomi yang diterapkan pemerintah belum juga berhasil mengangkat harkat derajat rakyat kecil. Memang belum ada rakyat mati kelaparan, namun asupan kualitas gizi rakyat kecil dari hari kehari semakin menurun. Terlebih bagi anak anak yang dilahirkan pada komunitas dhuafa, mereka sedang menungu lambaian tangan pemerintah. Lambaian tangan selamat berpisah dari dunia fana.

Tepok tangan terdengar lagi. Oh ternyata tepok tangan ini lebih menggelora karena ada kabar berita, gaji pegawai negeri tahun depan akan dinaikan. Syukurlah paling tidak poosisi berimbang dalam status ekonomi dan penghasilan. Namun tetap saja dalam status setiap bukan gali lobang tutup lobang tidak bisa menympan uang di bank. Bagi rakyat ynag tidak makan gaji silahkan saja makan nasi kucing. Nah inilah tepok tangan yang memecah gendang telinga, gemuruh sekali tepok tangan itu seolah atap gedung bundar retak akan pecah. Seluruh hadirin tepok tangan sambil berdiri, kata orang bule there are standing applaus. Apa yang terjadi ? Kiranya peserta sidang istimewa DPR bergembira ria sehubungan Presiden telah selesai bicara,…..

********

Salam salaman

PenasehatpenakwanpenasaraN

Behape, 16 Agustus 2013

[TD]