Cerita mengenai anak kebutuhan khusus yang dikurung di kamar atau bahkan dipasung sudah menjadi rahasia umum di Indonesia. Keluarga masih beranggapan bahwa anak kebutuhan khusus hanya akan menjadi pembicaraan atau gossip para tetangga, atau dianggap memalukan nama keluarga. Sehingga anak dikurung di dalam kamar agar tidak menampakkan diri keluar rumah.

Mengurung anak berkebutuhan khusus tidak mendatangkan manfaat apa-apa baik untuk keluarga maupun perkembangan anak itu sendiri. Pola pikir yang ada sebaiknya diubah, yaitu mulai mengoptimalkan kemampuan anak melalui penanganan yang tepat. Anak perlu menjalani pemeriksaan proffessional oleh Psikolog, Dokter, atau ahli perkembangan anak lainnya agar anak mendapatkan penanganan yang tepat .

Anak berkebutuhan khusus pun adalah manusia yang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai. Dimana pendidikan untuk mereka dapat berupa sekolah inklusi, sekolah khusus atau terapi. Orangtua tidak perlu malu ketika pergi mengantarkan anak ke tempat terapi, ke sekolah, atau ke psikolog. Karena lebih cepat anak memperoleh penanganan yang tepat, maka kondisi anak bisa semakin membaik.

Saya menyaksikan sendiri, anak-anak yang diambil untuk diasuh di penampungan milik Kementrian Sosial RI, sebagian sudah besar dan mereka dikurung atau dipasung di daerah asalnya. Mereka yang sudah melewati usia 5 tahun menjadi lebih sulit untuk dibentuk karena plastisitas otak sudah tidak sebaik saat anak berusia di bawah 5 tahun. Dengan kondisi seperti ini, untuk belajar tingkah laku adaptif pun sulit sehingga hidupnya menjadi lebih banyak tergantung dengan orang lain.

Anak yang cepat mendapat penanganan, ada yang bahkan bisa menyamai standar kemampuan anak-anak pada umumnya. Bahkan bisa bersekolah di sekolah umum. Tentu hal ini membutuhkan keterbukaan dari orangtua untuk membawa anak-anaknya memperoleh pemeriksaan dan pendidikan yang tepat. Sama seperti prinsip konseling orang dewasa, tanpa adanya keterbukaan , bantuan akan sulit untuk diberikan.