- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tradisi Suku Asli Lamalaera Berburu Paus


TS
chandrap
Tradisi Suku Asli Lamalaera Berburu Paus
Mohon dibantu
dulu Gan

Quote:
Organisasi International Fund for Animal Welfare – IFAW pasti sangat tidak suka melihat tradisi ini. Tapi bagi penduduk asli Lamalera, di selatan pulau Lembata propinsi Nusa Tenggara Timur masih menjalani cara berburu dari tradisi asli selama ratusan tahun lalu. Para penduduk asli Lamalera terkenal dengan keahlian berburu ikan paus untuk memenuhi kebutuhan pangan desanya. Diantara ikan paus, Lamalera sangat menyukai berburu paus sperma.
Kebiasaan memburu paus sudah dimulai sejak abad ke-17 atau mungkin ke-16. Catatan Portugis menyebutkan adanya masyarakat di Lembata yang mencari paus dengan cara tradisional. Di Lamalera ada 15 klan keluarga dengan tradisi ini, lengkap dengan rumah adat, rumah perahu atau najeng, dan tale leo atau tali penangkap paus.
kan Paus Sperma adalah buruan satu-satunya yang dijalankan masyarakat Lamalera. Ikan paus biru (Balaenoptera musculus) pun sering berlalu di hadapan mereka sebagai mamalia air terbesar yang ada (cetacean). Namun paus itu tak pernah diburu, karena selain untuk menjaga kelestarian satwa laut besar ini, tradisi menyebutkan bahwa Lamalera dan Lembata pada umumnya pernah diselamatkan paus biru dulu kala.Pantangan lain bagi mereka selain membunuh ikan paus biru, ialah membunuh paus sperma betina yang sedang hamil, anak paus, dan paus yang sedang dalam suasana kimpoi.
Namun karena sekarang paus sperma sulit ditemukan karena mulai langka, mereka beralih berburu hiu dan lumba-lumba untuk mencukupi kebutuhan desa. Penduduk Lamalera sangat dikenal dengan cara berburu ikan paus dengan tradisional, menggunakan tombak, otot dan kerjasama, namun mungkin dengan berburu hewan yang lebih kecil, beban mereka tidak seberat berburu paus.
Kadang-kadang nelayan harus berjuang sampai enam jam dalam menangkap ikan paus. Ini mungkin tampak kejam, tetapi jika ditelaah jauh lebih manusiawi dari armada penangkapan ikan paus Jepang, yang menggunakan perahu besar dan tombak granat melampiaskan pembantaian pada skala industri. Secara tradisi, ikan paus yang didapat dikonsumsi untuk masyarakat desa dan tidak melebihi dari kebutuhan hidup secara keseluruhan secara sosial. Terkadang jumlah paus yang ditangkap berfluktuasi sesuai ketersediaan dan keperluan masyarakatnya.
Gambar-gambar ini diambil selama berburu di salah satu tempat terakhir di bumi di mana orang masih menggunakan metode tradisional untuk ikan. Para nelayan yang terampil berlayar hingga 14 orang untuk berburu ikan paus. Satu orang bertugas sebagai penembak memegang ’Kefa’ -. Tombak bambu dengan pisau besi dan pisau. Dia kemudian melompat dari perahu, menusuk hewan dengan Kefa.
Kebiasaan memburu paus sudah dimulai sejak abad ke-17 atau mungkin ke-16. Catatan Portugis menyebutkan adanya masyarakat di Lembata yang mencari paus dengan cara tradisional. Di Lamalera ada 15 klan keluarga dengan tradisi ini, lengkap dengan rumah adat, rumah perahu atau najeng, dan tale leo atau tali penangkap paus.
kan Paus Sperma adalah buruan satu-satunya yang dijalankan masyarakat Lamalera. Ikan paus biru (Balaenoptera musculus) pun sering berlalu di hadapan mereka sebagai mamalia air terbesar yang ada (cetacean). Namun paus itu tak pernah diburu, karena selain untuk menjaga kelestarian satwa laut besar ini, tradisi menyebutkan bahwa Lamalera dan Lembata pada umumnya pernah diselamatkan paus biru dulu kala.Pantangan lain bagi mereka selain membunuh ikan paus biru, ialah membunuh paus sperma betina yang sedang hamil, anak paus, dan paus yang sedang dalam suasana kimpoi.
Namun karena sekarang paus sperma sulit ditemukan karena mulai langka, mereka beralih berburu hiu dan lumba-lumba untuk mencukupi kebutuhan desa. Penduduk Lamalera sangat dikenal dengan cara berburu ikan paus dengan tradisional, menggunakan tombak, otot dan kerjasama, namun mungkin dengan berburu hewan yang lebih kecil, beban mereka tidak seberat berburu paus.
Kadang-kadang nelayan harus berjuang sampai enam jam dalam menangkap ikan paus. Ini mungkin tampak kejam, tetapi jika ditelaah jauh lebih manusiawi dari armada penangkapan ikan paus Jepang, yang menggunakan perahu besar dan tombak granat melampiaskan pembantaian pada skala industri. Secara tradisi, ikan paus yang didapat dikonsumsi untuk masyarakat desa dan tidak melebihi dari kebutuhan hidup secara keseluruhan secara sosial. Terkadang jumlah paus yang ditangkap berfluktuasi sesuai ketersediaan dan keperluan masyarakatnya.
Gambar-gambar ini diambil selama berburu di salah satu tempat terakhir di bumi di mana orang masih menggunakan metode tradisional untuk ikan. Para nelayan yang terampil berlayar hingga 14 orang untuk berburu ikan paus. Satu orang bertugas sebagai penembak memegang ’Kefa’ -. Tombak bambu dengan pisau besi dan pisau. Dia kemudian melompat dari perahu, menusuk hewan dengan Kefa.
Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Quote:
Spoiler for Pic:

Kalau berkenan gan 

Diubah oleh chandrap 04-08-2013 15:20
0
4.3K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan