koko.liemAvatar border
TS
koko.liem
Kisah Mualaf: Dibujuk Keluarga dan Teman agar Murtad, Mustafa Tetap Teguh Dalam Islam
Minggu, 04/08/2013 11:56 WIB
Kisah Mualaf
Dibujuk Keluarga dan Teman agar Murtad, Mustafa Tetap Teguh Dalam Islam

Midi Hardiani - detikRamadan


Jakarta - Hidayah bisa datang kapanpun dan kepada siapapun. Kadang, keputusan menjadi muslim bukanlah hal yang mudah bagi mereka yang tak lahir dalam iman Islam.

Demikian halnya dengan Emiliano Ruas, seorang pemuda berusia 20 tahun asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pria yang kini bernama Mustafa Zayidin ini sudah dua bulan tinggal di Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba' Center Ciputat.

"Masuk Islam dari SMA tapi tinggal di pesantren mualaf ini baru dua bulan, ceritanya panjang," ungkapnya dengan ramah saat dikunjungi detikramadan di Pesantren An-Naba' Center, Jalan Cendrawasih, Ciputat, Tangerang, Jumat (3/8/2013) lalu.

Mustafa menceritakan kisahnya mengenal Islam dengan sebuah ketidaksengajaan yang berbuntut panjang dan penuh liku saat ia masih berusia 11 tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Mustafa memiliki paman yang sudah terlebih dahulu masuk Islam. Pada tahun 2004 sang paman datang ke kampungnya untuk mengajar. Pamannya itu mengajak Mustafa dan beberapa temannya untuk menuntut ilmu di pulau Jawa. Sang paman menceritakan bahwa tempat yang ia tawarkan adalah sebuah pondok pesantren dan secara tidak langsung mereka akan banyak belajar mengenai Islam.

Mustafa kecil saat itu tak begitu faham dengan agama. Berbekal keinginannya untuk merantau dia pun meminta izin kepada orangtua, orangtuanya memberikan izin. Saat itu, orangtua Mustafa berharap anaknya akan kembali ke agama awalnya setelah pendidikannya di Jawa selesai.

"Iya dulu orangtua mengizinkan, bilang sama saya sudah kamu ikut saja nanti setelah mendapat ilmu kamu pindah agama lagi," ujarnya menceritakan saat ia berangkat ke Jawa.

Mustafa berangkat seorang diri, beberapa teman sekampungnya pun juga pergi ke Jawa untuk mendapat pendidikan. Mereka pun menyiapkan beberapa nama Islam. Nama Mustafa didapat dari seorang temannya.

"Saya punya nama untuk kamu bagaimana kalau Mustafa saja itu nama Islam," tutur Mustafa menirukan temannya sambil tertawa kecil saat menceritakan sejarah namanya.

Setelah sampai di sebuah pondok pesantren di Jawa, mustafa dan teman-temannya mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam. Akhirnya selama di pesantren SMP dan SMA Mustafa belajar banyak mengenai agama Islam. Ia yang awalnya tak mengerti apa-apa akhirnya mulai berpikir dan merasakan kedamaian dalam Islam.

"Saya diceritakan sama ustaz kisah sahabat nabi yang membuat berhala dari roti, di perjalanan ia memakan roti itu, akhirnya saya terus berpikir bahwa di atas pencipta masih ada pencipta," kata Mustafa.

Mustafa pun semakin mantap untuk beragama Islam dan menjadi mualaf, namun banyak rintangan yang harus ia hadapi. Saat gempa dan tsunami menimpa Aceh, keluarga Mustafa khawatir akan keberadaannya di daerah Jawa dan memaksanya untuk pulang.

"Tapi saya nggak mau, teman-teman saya yang lain pulang dan mereka murtad kembali ke agama mereka. Saya diskusi juga dengan ustaz saya dan saya bilang dengan tegas saya nggak mau pulang," ungkapnya dengan berapi-api menceritakan kisahnya.

Mendengar keputusannya tersebut keluarga tentu marah besar dan teman-temannya di kampung membujuknya untuk pulang dan kembali ke agamanya. Namun Mustafa pun tetap pada pendiriannya dan tak mau menjadi murtad.

"Saya tak mau pulang, saya takut lingkungan di sana akan membuat iman saya lemah karena saya masih belajar Islam," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Baru setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk pulang menemui keluarganya. Dan ia bersyukur keluarganya telah memberikan kebebasan untuknya karena ia sudah dewasa. Sedangkan beberapa temannya masih banyak yang membujuknya untuk meninggalkan Islam, Mustafa pun tetap teguh pada imannya.

"Teman-teman banyak yang bujuk saya, ngapain sih kamu masuk Islam. Sudah kembali saja ke agamamu yang dulu. Islam itu banyak aturannya nggak boleh makan babi lah, apa lah Tuhan menciptakan daging itu untuk kita makan. Saya pun menjawab Islam melakukan itu karena banyak alasan kesehatan juga dan saya lebih memahami itu," ungkapnya.

Kini di sela-sela kesibukannya yang akan mempersiapkan diri untuk memasuki bangku kuliah, Mustafa menyampaikan harapannya agar ia dapat mempertahankan aqidahnya dan lebih mendalami Islam sehingga dapat berdakwah.

"Harapan saya terlebih dahulu memperbaiki diri saya pribadi dan saya minta kepada Allah agar saya diberi kekuatan aqidah untuk terus menjadi muslim. Lalu saya ingin mengajak orangtua saya terlebih dahulu untuk menjadi muslim seperti saya, tentu itu berat namun saya berusaha sedikit demi sedikit," tutupnya.


[url]http://ramadan.detik..com/read/2013/08/04/114944/2323961/631/dibujuk-keluarga-dan-teman-agar-murtad-mustafa-tetap-teguh-dalam-islam[/url]

koko terharu emoticon-Turut Berduka

0
5.4K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan