Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bedirisendiriAvatar border
TS
bedirisendiri
Kerak Telor Menteng, asli dan langka


Semua berawal dari kebiasaanku untuk mampir untuk sholat Maghrib ataupun Isya berjamaah di Masjid Al Hakim jl. H.O.S Cokroaminoto atau yang biasa kita sebut Menteng yang letaknya berseberangan dengan Keris Gallery Department Store dan Hotel Ibis Menteng, setiap kali pulang dari kantor, dalam perjalanan pulang ke rumah, terutama jika terjebak macet di jalan.

Ada hal yang menarik, setiap kali aku berjalan dari parkiran kendaraan di sebelah Dunkin Donuts menuju masjid Al-Hakim.

Ya, sebagaimana yang kita lihat dalam gambar di atas, ada seorang penjaja kerak telor pikulan yang mangkal di depan spermarket Hero, yang letaknya berada di antara Dunkin Donuts dan Masjid Al-Hakim.

Apa sih yang istimewa dari kerak telor ini? Cari aja di PRJ tiap bulan Juni, banyak…..

Eits, nanti dulu

Kalimat itu tidak berlaku bagi saya yang sejak usia balita sudah diperkenalkan oleh almarhum ayah, kepada Kerak Telor si Engkong di depan warung nasi uduk Kebon Kacang, setiap kali kami sekeluarga makan nasi uduk di sana.

Dari kerak telor si Engkong lah, saya merasakan bahwa kerak telor khas Betawi yang enak itu :

1) Ujung nya garing, namun tengahnya empuk, beras ketannya terasa padat berisi namun tidak keras

2) Telor bebek nya terasa, dan mampu membuat garing ujung kerak telor jika digoreng tanpa minyak menggunakan arang

3) Rasa pedas didapat dari memasukkan potongan cabe rawit ke dalam adonan kerak telor sebelum dimasak, diaduk rata bersama kerak telornya. Sementara sebagian besar kerak telor di Jakarta ini memasukkan lada dan merica saja, bahkan ada yang nekat menambahkan sambal botol untuk menambah rasa pedas pada adonannya. Hasilnya akan terasa beda, tetap lebih mantap dan asli cabe rawit.

4) ini yang mungkin agak konyol tapi nyata, topping serundeng dan ebi nya Kerak Telor si Engkong terkenal banyak….kalo pelit, berarti saya anggap itu yang jual Betawi palsu…hahahaha.

Sejak akhir tahun 90-an bersamaan dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, si Engkong pun raib entah kemana. Ada yang bilang beliau telah wafat, di jalanan namun tanpa membawa KTP sehingga jenazahnya sulit diidentifikasi dan tidak pernah dikembalikan kepada keluarga.

Kini di jalan Kebon Kacang, yang menggantikannya menjual kerak telor adalah anak perempuannya.

Hebatnya beberapa kali saya mencoba kerak telor di berbagai pelosok Jakarta, termasuk yang PRJ, satu….saya kecewa, karena kualitas maupun rasanya tidak ada yang mampu menyamai Kerak Telor ala si Engkong, kecuali buatan si Mpok di Kebon Kacang yang nota bene adalah anak kandung nya.

Dua, ternyata sebagian besar pedagang yang kerak telornya pernah saya beli, enak gak enak, hampir semua mengenal si Engkong sebagai legenda di antara para penjaja kerak telor Betawi. Boleh dibilang, ke Betawi-an si penjaja kerak telor diragukan, jika mereka tak mengenal Engkong Penjual Kerak Telor Betawi di jalan Kebon Kacang.

Kembali kepada penjaja kerak telor di Menteng.

Namanya Babe Abdurrahman. Saya memanggilnya si “Babeh”. Beliau pun mengenal legenda Engkong penjual kerak telor Kebon Kacang. Dan dari semua pedagang kerak telor yang pernah saya coba di berbagai pelosok Jakarta ini, maka kerak telor bikinan si Babe inilah yang paling dekat rasanya dengan buatan si Engkong.

Malah menurut saya, lebih besar topping nya daripada buatan anak si Engkong di Kebon Kacang, namun rasanya tidak berbeda jauh.

Jujur saja, saya pernah membeli kerak telor di PRJ yang harganya Rp. 15.000/porsi namun rasanya keras bagai krupuk rengginang. Bikin gigi rasanya mau copot !

Nah kerak telor buatan babe Durrahman ini, empuk, manthab terasa telor bebek maupun ebi nya.

Harganya? Hingga hari ini masih Rp. 12.000,- saja per porsi tuh, masih lebih murah tapi jauh lebih berkualitas daripada kerak telor Rp. 15.000 yang saya beli di PRJ tahun 2009….

Almarhum ayah ku pun tahun lalu sempat aku bawakan kerak telor si Babeh, sebagai penyegar memori masa lalu beliau, dan beliau cukup menyukai nya, walaupun ketika itu ayah telah menderita setengah lumpuh akibat stroke.

Yang menarik adalah setiap hari Babe Durrahman berjualan dari jam 17.00 sore hingga dagangannya habis atau hingga pukul 22.00 maksimal, namun beliau harus berangkat dari rumahnya di daerah Ragunan untuk mencari nafkah tiap malam di daerah Menteng. Memang sehari-hari nya Babe naik angkutan umum Kopaja, pikulannya dititipkan di warung dekat nya berjualan, setiap kali dia pulang ke rumah.

Namun harus diingat, bagaimana beratnya perjuangan Babeh, ketika pertama kali datang ke Menteng, menenteng pikulannya dari Ragunan, yang tentunya tak mungkin naik bus kota. Ia harus menunggu dengan sabar, mencari pick-up omprengan yang bersedia ditumpangi olehnya.

Walaupun Babeh membayar, tetap saja cukup sulit mencari kendaraan yang mau membawanya dari Ragunan ke Menteng, apalagi ketika itu hampir tiap hari ia melakukannya sekitar akhir tahun 1990-an, karena belum ada yang dikenal untuk dititipi pikulannya.

Namun kini, namanya sudah mulai banyak yang mengenal. Termasuk ia pun mendapatkan diriku, seorang penikmat kerak telor sejati (bayangkan, bukan anak Betawi, tapi aku sudah kecanduan kerak telor sejak usia 6 tahun !)

Dampak dari tenarnya nama si Babeh sebagai penjual kerak telor berasa orisinal, adalah sering nya beliau diundang untuk meramaikan acara Festival Kuliner Betawi di hotel-hotel bintang lima di jalan Thamrin, seperti Sari Pan Pacific, Nikko. Hotel Indonesia dan Mandarin.

Dan seperti yang sudah kita duga, walau naik pamor, mengisi acara di hotel, tetap saja si Babeh harus berjuang mencari mobil pick-up yang akan mengangkut pikulan Kerak Telor nya dari dan kembali ke Menteng.

Sikap si Babeh yang tetap bersahaja, menjadikannya seringkali sebagai teman ngobrolku untuk melepas penat sambil menunggu macet Jakarta berakhir.

Terkadang aku mengorbankan waktu untuk segera berjumpa anak istri di rumah, demi menikmati terlebih dahulu Kerak Telor buatan Babeh, sambil duduk-duduk di pinggiran jl. HOS Cokroaminoto Menteng Jakarta Pusat.

Biasanya obrolan kami akan dipotong oleh panggilan adzan Isya dari masjid Al Hakim yang mengharuskan aku dan Babeh bersama-sama berjalan ke masjid untuk menunaikan sholat berjamaah, lalu setelah itu obrolan dilanjutkan, bila perlu kerak telor yang sudah dimakan sebelum Isya, kutambah lagi satu porsi….hahaha….

Pokoknya kerak telor Babe Durrahman tidak diragukan lagi keasliannya, dan kualitas seperti yang beliau buat sekali lagi, saat ini sudah cukup langka di kota Jakarta yang semakin heterogen ini. Pedagang kerak telor pun, ada yang bukan orang Betawi, dan rasanya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Bukti sahih lain mengenai pengakuan akan kualitas Kerak Telor buatan Babeh Durrahman adalah para Chef Kepala dan manajer hotel-hotel bintang lima terkemuka di atas, yang selalu merekomendasikan Babeh untuk mengisi stan Kerak Telor setiap kali mereka menyelenggarakan Festival Kuliner Betawi.

Ajiiiiiiibbb !

Sumber

Agan yang udah coba :
Quote:
Diubah oleh bedirisendiri 24-07-2013 17:12
0
6.6K
60
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan