Kaskus

Entertainment

murah.meriahAvatar border
TS
murah.meriah
Perang Bani Nadhir
Orang-orang Yahudi identik dengan sifat dengki dan bencinya terhadap Islam, hanya saja pada waktu itu mereka bukanlah kelompok yang biasa berperang dengan senjata. Namun, mereka memiliki tabiat yang picik, suka berkhianat, dan bersekongkol. Terlebih setelah mereka mengetahui kekalahan kaum muslimin pada Perang Uhud. Mereka kembali aktif berhubungan dengan orang-orang munafik dan musyrikin Mekkah secara diam-diam. Sampai akhirnya mereka bersekongkol untuk membunuh Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

Awalnya, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam pergi bersama para sahabatnya untuk menemui orang-orang Yahudi bani Nadhir. Tujuannya kali ini adalah untuk meminta bantuan dalam penyebaran uang tebusan atas dua orang bani Ka'ab yang dibunuh oleh Amr bin Umayyah di Qarqarah. Orang-orang Yahudi itu berkata, "Baiklah, akan kami lakukan. Duduklah di sini, kami akan menyelesaikannya."

Orang-orang Yahudi pun bersekongkol untuk membunuh Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Salah seorang dari mereka mengusulkan untuk menjatuhkan peti besi ke kepala Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dari atap. Amr bin Jahsy langsung menyambutnya dengan mengajukan diri sebagai eksekutor. Namun, Sallam bin Misykam memperingatkan mereka untuk tidak melakukannya karena nantinya akan ada yang memberitahu Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam tentang rencana mereka. Lagipula saat itu orang-orang Yahudi sedang dalam perjanjian dengan kaum Muslimin. Sayangnya, mereka tidak mendengarkan peringatan Sallam.

Kemudian Jibril turun dan memberitahukan kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam tentang apa yang orang-orang Yahudi rencanakan. Mendengarnya, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bergegas pulang ke Madinah tanpa memberitahukan para sahabat yang pergi dengannya. Setelah beberapa saat, barulah para sahabat menyusul beliau ke Madinah. Mereka menanyakan perihal kepergian Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang tiba-tiba. Lalu Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam memberitahu mereka tentang apa yang tengah direncanakan oleh orang-orang Yahudi.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam segera mengirim Muhammad bin Maslamah kepada bani Nadhir, dia berkata kepada mereka, “Keluarlah dari Madinah, jangan hidup bertetangga dengan kami. Aku beri waktu sepuluh hari. Jika setelah itu kalian masih aku temukan, maka aku akan memenggal leher kalian.” Tidak ada pilihan lain bagi bani Nadhir selain keluar dari Madinah. Namun, sebelum mereka berangkat, muncul Abdullah bin Ubay yang menguatkan mereka agar tidak pergi dan menjanjikan kepada mereka bala bantuan dari bani Quraidzah dan bani Gathafan untuk menyerang kaum Muslimin.

Iming-iming tersebut berhasil mengembalikan kepercayaan diri bani Nadhir. Mereka sepakat untuk mengadakan perlawanan. Pemimpin mereka, Huyayy bin Al Akhtab sangat bersemangat menanggapi perkataan Abdullah bin Ubay tersebut. Dia pun mengutus seseorang kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam untuk menyampaikan penolakan mereka atas perintah meninggalkan Madinah.

Pada posisi kaum muslimin, iming-iming itu tentu membuat mereka berada dalam situasi yang rawan. Namun, mengingat pengkhianatan yang telah dilakukan bani Nadhir membuat kaum muslimin tidak goyah semangatnya, mereka pun sepakat untuk menyerang bani Nadhir.

Ibnu Ummi Maktum ditunjuk sebagai wakil Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam di Madinah. Ali bin Abi Thalib diamanahkan untuk membawa bendera. Sesampainya di wilayah bani Nadhir, kaum muslimin langsung mengepung mereka. Orang-orang bani Nadhir lantas berlindung di dalam benteng mereka sambil menyerang dengan lemparan batu dan anak panah. Karena merasa terhambat oleh kebun kurma dan ladang-ladang milik bani Nadhir, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam memerintahkan untuk menebang dan membakar pohon-pohon tersebut. Mengenai hal ini, Allah ta’ala berfirman:

“Apa saja yang kalian tebang dari pohon kurma milik orang-orang kafir atau yang kalian biarkan tumbuh berdiri di atas akarnya, adalah dengan izin Allah.” (QS. Al Hasyr: 5)

Dalam peperangan itu, rupanya sekutu Yahudi yang di awal dijanjikan oleh Abdullah bin Ubay ingkar janji. Allah subhanau wata’ala memberikan perumpamaan atas mereka:

“Layaknya setan, Dia berkata kepada manusia, kufurlah. Maka ketika manusia itu kufur, setan berkata, aku berlepas diri dari urusanmu sekarang.” (QS. Al Hasyr: 16)

Dengan demikian, pertempuran ini tidak berlangsung lama dengan dimenangkan oleh kaum muslimin. Bani Nadhir mengirim utusan untuk menemui Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan berkata, “Kami akan meninggalkan Madinah.” Beliau memperbolehkan bani Nadhir keluar dari Madinah hanya dengan membawa diri mereka dan keluarganya ditambah harta yang hanya dapat diangkut oleh seekor unta.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam merampas seluruh senjata, menguasai wilayah dan harta benda mereka yang tertinggal. Semua harta benda serta tempat tinggal bani Nadhir menjadi milik beliau. Kemudian diberikan kepada siapa saja yang beliau kehendaki, bahkan lebih dari seperlimanya. Dibaginya terutama bagi kaum Muhajirin yang awal. Kemudian sebagiannya kepada Abu Dujanah dan Sahal bin Hunaif dari Anshar karena keduanya sangatlah miskin. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengambil harta tersebut untuk nafkah keluarga selama setahun, sedangkan senjata dan peralatan perang lainnya digunakan untuk perang di jalan Allah ta’ala.

Perang melawan bani Nadhir ini terjadi pada bulan Rabi’ul Awal tahun 4H, bertepatan dengan bulan Agustus tahun 625 M. Allah ta’ala menurunkan surah Al Hasyr secara menyeluruh membahas tentang perang ini. Ibnu ‘Abbas mengatakan tentang surah Al Hasyr, “Ini adalah surah An Nadhir.”



Sumber: Shahih Sirah Nabawiyah, oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al MubarakfuryPerang Bani Nadhir
0
1.8K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan