- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah Singkat Levi's Jeans


TS
Hydeki Ryuga
Sejarah Singkat Levi's Jeans
Quote:
Spoiler for jangan lupa:

BTW ane spoiler gan biar ga ribet agan nya 

Quote:
Spoiler for Cekidot:
Pada tahun 1850-an pemuda berumur 21 tahun bernama Levi Strauss tiba di San Francisco, Amerika, dari Bavaria, Eropa, untuk mencoba peruntungannya, ia tidak menyadari bahwa dia sedang mulai membuat sebuah sejarah yang menjadi sumbangan terbesar Amerika untuk dunia mode sampai sekarang.
Strauss mencoba menjual tenda-tenda kanvas kepada para penggali tambang emas. Masa itu, Amerika memang sedang terkena demam emas. Bukannya tertarik pada tawaran Strauss, para penambang itu malah minta dibawakan celana panjang. Nama Levi's pun lahir ketika para penambang yang ketagihan celana Levi, mencari celana si Levi yang terbuat dari jeans. Di Amerika, kata Levi's bersinonim dengan jeans jeans.
Kata jeans yang kini lekat dengan jeans berasal dari peng-amerika-an kata bahasa Perancis Genes yang berarti Genoa, yaitu kota yang memproduksi celana jeans di Italia, yang sebetulnya berasal dari Nimes di Perancis. Sedangkan istilah blue jeans muncul ketika Levi mencelupkan jeansnya dengan warna indigo.
Telah lebih seabad setelah Levi memopulerkan celana jeans. Kini jeans tetap digemari bahkan naik kelas karena menjadi produk perancang terkenal dunia. Bahkan jeans menjadi produk para perancang yang bekerja di Paris, kota yang mengutamakan keanggunan. Tentu saja jeans mengalami masa-masa jatuh-bangun sebelum dia mendapatkan posisinya seperti saat ini.
Ada masa dia identik sebagai pakaian untuk pekerja kasar yang bekerja di lapangan, karena memang jeans yang semula terbuat dari katun ini memiliki ketahanan luar biasa menghadapi lingkungan yang keras.
Secara generik, jeans adalah tenunan benang katun. Semula warna benangnya hanyalah putih dan biru yang asal-usulnya berasal dari sebuah kota di Perancis: Nimes yang menjadi asal kata jeans yaitu serge de Nimes.
Pada tahun 1940-an jeans sebenarnya sudah diolah menjadi produk mode dalam bentuk gaun, rok, jaket, dan celana panjang. jeans kemudian mencapai puncak popularitasnya pada tahun 1970-an ketika jeans diproduksi massal.
Pada era tahun 1970-an ketika Barat dilanda "endemi" hippie, jeans menjadi salah satu atribut yang melekat pada mereka, menjadi simbol pemberontakan terhadap kemapanan. Tidak jarang "para pemberontak" itu sengaja mengoyak-ngoyak celana jeans mereka untuk mempertegas penolakan mereka pada kemapanan.
Mereka yang menganggap diri pengikut mode, pernah tidak tertarik pada jeans. jeans lalu berkembang lebih pesat sebagai baju untuk para pekerja kerah biru di Amerika. jeans bahkan kemudian identik dengan pakaian kerja para koboi ketika menggembala sapi mereka dari atas kuda mereka.
Perputaran roda mode akhirnya sampai pada suatu masa di mana ide dipungut dari mana saja, dari waktu kapan saja, lalu dirakit menjadi sebuah bentuk baru untuk orang masa kini. Percampuran atau eklektisisme ini mewarnai kehidupan masyarakat pascatahun 1970-an, tetapi sangat terasa pada dunia mode era 1990-an dan terus terjadi sampai kini.
Sebelum perancang memungut jeans dari lemari pakaian kelas pekerja dan menjadikannya gemerlap sebagai produk perancang, para perancang telah lebih dulu mengambil gaya berbusana kelompok-kelompok tertentu seperti komunitas punk, komunitas peselancar, komunitas gaya gotik, dan sebagainya.
Kebangkitan jeans sebagai produk perancang paling mencolok terjadi ketika pada tahun 1990-an Tom Ford dari rumah mode Gucci mengangkat jeans sebagai fashion statement-nya.
Ford yang ketika itu menjadi perancang yang dikagumi karena kejeniusan rancangannya berhasil mengangkat pamor Gucci, menawarkan celana jeans berwarna pudar yang koyak di banyak tempat. Tentu bukan Ford bila tidak membuat jeans tersebut gemerlap, sehingga ia menambahkan hiasan bulu-bulu di bagian depan bawah celananya, menyulamkan mutiara dan payet sehingga jeans tersebut pantas menyandang nama Gucci.
Madonna ikut mempulerkan kembalinya jeans melalui tur dunianya awal tahun ini yang memakai tema koboi sebagai tema pakaian. Begitu pula penyanyi kondang seperti Britney Spears dan Shakira, mereka terlihat beberapa kali menggunakan jeans dalam klip video musik mereka.
Bukan hanya Ford yang melihat peluang kembalinya jeans seiring dengan perubahan suasana hati ke arah gaya yang lebih kasual terutama di kalangan kerah putih yang bekerja di bidang teknologi informasi di Amerika. Perancang lain pun berlomba-lomba mendesain ulang jeans. Versace, Roberto Cavalli, Calvin Klein, Dolce dan Gabbana, dan Christian Dior, hanyalah beberapa nama besar di bisnis mode yang mencoba mengambil manfaat dari kembalinya jeans. Bahkan John Galliano yang bekerja untuk rumah mode Christian Dior masih menggunakan jeans dalam salah satu rancangan adibusana untuk musim gugur dan dingin 2002/2003.
Jeans telah bertahan selama dua kali pergantian abad.
Para perancang Indonesia juga tidak imun dengan perkembangan ini. Mereka menggunakan jeans di dalam rancangan mereka. Mulai dari duet Era Soekamto dan Ichwan untuk label mereka Urban Crew yang ditujukan bagi mereka yang muda usia, sampai Ronald Very Gaghana. Carmanita pun memakai jeans dalam rancangan tahun 2002-nya, sementara rumah mode Christian Dior sudah beberapa kali mengeluarkan jeans untuk label siap pakai.
Ronald V Gaghana menawarkan cara penggunaan jeans yang berbeda. Dia memadukannya dengan gaya romantis. Jaket jeans berwarna coklat pasir itu dikoyak-koyak, tetapi dipadukan dengan rok sutera sifon yang lembut. Lalu masih dilunakkan lagi dengan penggunaan kalung mutiara yang memberi kesan mewah dan anggun. Itulah gaya eklektik yang menurut para pemikir postmodernisme menjadi salah satu ciri masyarakat pada era kapitalisme lanjut ini.
Dalam dunia nyata, di sini jeans juga kembali ikut naik daun. Variasi model sangat beragam, mulai dari warna yang beragam, bergaya klasik, yang berpayet, hingga yang dibuat warnanya pudar sebagian dengan kontras yang tajam. Modelnya pun terus berganti-baggy, melebar di ujung pipa bawah, ketat membalut kaki, sebagai celana panjang, celana tiga perempat, hingga hotpants. Yang sekarang sedang digemari adalah hipster, celana jeans yang dikenakan di pinggul. Apa pun variasi yang dilakukan, namun jeans dalam warna biru indigo selalu diasosiasikan sebagai pakaian kasual.
Bukan hanya penampilan, kenyamanan mengenakannya pun bertambah dengan ditemukannya serat Lycra. Harga pun relatif terjangkau, mulai dari Rp 120.000 per celana, sementara celana jeans dari perancang internasional di toko resmi harganya mulai dari 200 dollar AS. Dengan kata lain, jeans sebagai produk generik bisa disebut sebagai pakaian yang paling egaliter karena semua orang mau memakai dan bisa memakai. Namun, ketika di dalamnya sudah masuk campur tangan para perancang, maka diferensiasi harga dan status pun terjadi. Itulah kekuatan sebuah citra produk. Dia akan mengontrol penontonnya mengikuti aturan-aturan yang dia tentukan.
Spoiler for image:

Strauss mencoba menjual tenda-tenda kanvas kepada para penggali tambang emas. Masa itu, Amerika memang sedang terkena demam emas. Bukannya tertarik pada tawaran Strauss, para penambang itu malah minta dibawakan celana panjang. Nama Levi's pun lahir ketika para penambang yang ketagihan celana Levi, mencari celana si Levi yang terbuat dari jeans. Di Amerika, kata Levi's bersinonim dengan jeans jeans.
Spoiler for image:

Kata jeans yang kini lekat dengan jeans berasal dari peng-amerika-an kata bahasa Perancis Genes yang berarti Genoa, yaitu kota yang memproduksi celana jeans di Italia, yang sebetulnya berasal dari Nimes di Perancis. Sedangkan istilah blue jeans muncul ketika Levi mencelupkan jeansnya dengan warna indigo.
Spoiler for image:

Telah lebih seabad setelah Levi memopulerkan celana jeans. Kini jeans tetap digemari bahkan naik kelas karena menjadi produk perancang terkenal dunia. Bahkan jeans menjadi produk para perancang yang bekerja di Paris, kota yang mengutamakan keanggunan. Tentu saja jeans mengalami masa-masa jatuh-bangun sebelum dia mendapatkan posisinya seperti saat ini.
Ada masa dia identik sebagai pakaian untuk pekerja kasar yang bekerja di lapangan, karena memang jeans yang semula terbuat dari katun ini memiliki ketahanan luar biasa menghadapi lingkungan yang keras.
Secara generik, jeans adalah tenunan benang katun. Semula warna benangnya hanyalah putih dan biru yang asal-usulnya berasal dari sebuah kota di Perancis: Nimes yang menjadi asal kata jeans yaitu serge de Nimes.
Spoiler for image:

Pada tahun 1940-an jeans sebenarnya sudah diolah menjadi produk mode dalam bentuk gaun, rok, jaket, dan celana panjang. jeans kemudian mencapai puncak popularitasnya pada tahun 1970-an ketika jeans diproduksi massal.
Pada era tahun 1970-an ketika Barat dilanda "endemi" hippie, jeans menjadi salah satu atribut yang melekat pada mereka, menjadi simbol pemberontakan terhadap kemapanan. Tidak jarang "para pemberontak" itu sengaja mengoyak-ngoyak celana jeans mereka untuk mempertegas penolakan mereka pada kemapanan.
Spoiler for image:

Mereka yang menganggap diri pengikut mode, pernah tidak tertarik pada jeans. jeans lalu berkembang lebih pesat sebagai baju untuk para pekerja kerah biru di Amerika. jeans bahkan kemudian identik dengan pakaian kerja para koboi ketika menggembala sapi mereka dari atas kuda mereka.
Perputaran roda mode akhirnya sampai pada suatu masa di mana ide dipungut dari mana saja, dari waktu kapan saja, lalu dirakit menjadi sebuah bentuk baru untuk orang masa kini. Percampuran atau eklektisisme ini mewarnai kehidupan masyarakat pascatahun 1970-an, tetapi sangat terasa pada dunia mode era 1990-an dan terus terjadi sampai kini.
Spoiler for image:

Sebelum perancang memungut jeans dari lemari pakaian kelas pekerja dan menjadikannya gemerlap sebagai produk perancang, para perancang telah lebih dulu mengambil gaya berbusana kelompok-kelompok tertentu seperti komunitas punk, komunitas peselancar, komunitas gaya gotik, dan sebagainya.
Kebangkitan jeans sebagai produk perancang paling mencolok terjadi ketika pada tahun 1990-an Tom Ford dari rumah mode Gucci mengangkat jeans sebagai fashion statement-nya.
Ford yang ketika itu menjadi perancang yang dikagumi karena kejeniusan rancangannya berhasil mengangkat pamor Gucci, menawarkan celana jeans berwarna pudar yang koyak di banyak tempat. Tentu bukan Ford bila tidak membuat jeans tersebut gemerlap, sehingga ia menambahkan hiasan bulu-bulu di bagian depan bawah celananya, menyulamkan mutiara dan payet sehingga jeans tersebut pantas menyandang nama Gucci.
Madonna ikut mempulerkan kembalinya jeans melalui tur dunianya awal tahun ini yang memakai tema koboi sebagai tema pakaian. Begitu pula penyanyi kondang seperti Britney Spears dan Shakira, mereka terlihat beberapa kali menggunakan jeans dalam klip video musik mereka.
Spoiler for image:

Bukan hanya Ford yang melihat peluang kembalinya jeans seiring dengan perubahan suasana hati ke arah gaya yang lebih kasual terutama di kalangan kerah putih yang bekerja di bidang teknologi informasi di Amerika. Perancang lain pun berlomba-lomba mendesain ulang jeans. Versace, Roberto Cavalli, Calvin Klein, Dolce dan Gabbana, dan Christian Dior, hanyalah beberapa nama besar di bisnis mode yang mencoba mengambil manfaat dari kembalinya jeans. Bahkan John Galliano yang bekerja untuk rumah mode Christian Dior masih menggunakan jeans dalam salah satu rancangan adibusana untuk musim gugur dan dingin 2002/2003.
Spoiler for image:

Jeans telah bertahan selama dua kali pergantian abad.
Para perancang Indonesia juga tidak imun dengan perkembangan ini. Mereka menggunakan jeans di dalam rancangan mereka. Mulai dari duet Era Soekamto dan Ichwan untuk label mereka Urban Crew yang ditujukan bagi mereka yang muda usia, sampai Ronald Very Gaghana. Carmanita pun memakai jeans dalam rancangan tahun 2002-nya, sementara rumah mode Christian Dior sudah beberapa kali mengeluarkan jeans untuk label siap pakai.
Ronald V Gaghana menawarkan cara penggunaan jeans yang berbeda. Dia memadukannya dengan gaya romantis. Jaket jeans berwarna coklat pasir itu dikoyak-koyak, tetapi dipadukan dengan rok sutera sifon yang lembut. Lalu masih dilunakkan lagi dengan penggunaan kalung mutiara yang memberi kesan mewah dan anggun. Itulah gaya eklektik yang menurut para pemikir postmodernisme menjadi salah satu ciri masyarakat pada era kapitalisme lanjut ini.
Spoiler for image:

Dalam dunia nyata, di sini jeans juga kembali ikut naik daun. Variasi model sangat beragam, mulai dari warna yang beragam, bergaya klasik, yang berpayet, hingga yang dibuat warnanya pudar sebagian dengan kontras yang tajam. Modelnya pun terus berganti-baggy, melebar di ujung pipa bawah, ketat membalut kaki, sebagai celana panjang, celana tiga perempat, hingga hotpants. Yang sekarang sedang digemari adalah hipster, celana jeans yang dikenakan di pinggul. Apa pun variasi yang dilakukan, namun jeans dalam warna biru indigo selalu diasosiasikan sebagai pakaian kasual.
Bukan hanya penampilan, kenyamanan mengenakannya pun bertambah dengan ditemukannya serat Lycra. Harga pun relatif terjangkau, mulai dari Rp 120.000 per celana, sementara celana jeans dari perancang internasional di toko resmi harganya mulai dari 200 dollar AS. Dengan kata lain, jeans sebagai produk generik bisa disebut sebagai pakaian yang paling egaliter karena semua orang mau memakai dan bisa memakai. Namun, ketika di dalamnya sudah masuk campur tangan para perancang, maka diferensiasi harga dan status pun terjadi. Itulah kekuatan sebuah citra produk. Dia akan mengontrol penontonnya mengikuti aturan-aturan yang dia tentukan.
Jangan lupa meninggalkan komen ya gan 
Ane juga mengharapkan rate + ijo" nya gan
"Happiness only Real when Shared"

Ane juga mengharapkan rate + ijo" nya gan

"Happiness only Real when Shared"

Quote:
Spoiler for jangan lupa:
Diubah oleh Hydeki Ryuga 22-07-2013 06:03
0
4.4K
Kutip
26
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan