- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Surabaya: Resonansi Perubahan Jawa Timur
TS
jahir
Surabaya: Resonansi Perubahan Jawa Timur
Quote:
Menyoal Surabaya, otak kita langsung tertuju pada satu sosok Bambang Dwi Hartano, tokoh yang akrab disapa Bambang DH tersebut selalu menjadi perbincangan warga kota Surabaya di manapun dan kapan pun, dari obrolan warung kopi hingga perbincangan di forum-forum seminar. Fenomena demikian terjadi lantaran keberhasilan Bambang DH menyulap wajah kota Surabaya dan membangun sistem yang on the track di lingkungan birokrasi Surabaya.
Surabaya sebagai kota pahlawan dan sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur memiliki letak geografi yang strategis. Surabaya Mempunyai peran penting dalam kemajuan jawa timur, sebagai pusat perputaran perekonomian Jawa timur. Surabaya juga menjadi ikon kota/kabupaten se-Jawa Timur.
Namun di akhir perubahan masa orde baru 1997, Surabaya mengalami kemunduran yang sangat drastis. Sistem pemerintahan menjadi carut marut tidak terkontrol, perusahaan-perusahaan swasta mengalami kemunduran dan kerugaian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya.
Keadaan seperti ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi perusahaan mengalami kerugaian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang mengambil tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK. Hal ini menjadi tantangan bagi wali kota Surabaya. Karena Surabaya menjadi kiblat kota/kabupaten se-Jawa Timur, seharusnya menjadi kota panutan.
Butuh tenaga ekstra untuk mengembalikan stabilitas daerah. Perjuangan pembangunan Surabaya tidak terhenti, melihat kondisi problem daerah yang tidak stabil, Bambang Dwi Hartanto (Bambang DH) muncul sebagai salah satu tokoh perubahan di awal 2000-an, meskipun seorang mantan guru, sarjana dan master matematika, dia tergugah untuk ikut andil dalam memperbaiki Surabaya.
Pertama, Bambang D.H. men-desain pemerintahan kota yang akuntabel. Akuntabilitas menjadi kunci pembuka awal untuk menjawab situasi jaman saat itu yang serba riuh, dengan tingkat kepercayaan rakyat yang merosot di titik terendah, akibat watak dan perilaku birokrasi di masa lalu. Ketidakpercayaan rakyat "bisakah diwujudkan perubahan kota yang lebih baik dari rezim Orde Baru?"- harus dijawab tekun dan pasti, melalui pemerintahan yang bisa dipertanggung-jawabkan secara terbuka, baik dari segi anggaran, kinerja pembangunan, etik moral dan politik.
Kedua, akuntabilitas melahirkan kunci berikutnya, yakni transparansi. Ia Memulai itu dengan reformasi birokrasi, yang salah satunya, menempatkan pejabat-pejabat Pemkot berbasis profesional, sedapat mungkin memenuhi prinsip the right man and the right place. Juga, mengubah lelang proyek menjadi teruka lewat internet (e-procurement) hingga kemudian penerapan e-budgeting untuk anggaran pemerintahan.
Ketiga, pondasi akuntabilitas dan transparansi membuka kunci berikutnya membuka kunci berikutnya yakni trust, atau bangkitnya kepercayaan publik. Bambang D.H. memang terobsesi untuk memulihkan kepercayaan rakyat. Bahwa keuangan negara dipergunakan untuk kepentingan yang benar, tepat dan baik. Indikasi dari membaiknya kepercayaan publik saat itu dia rasakan setiap kali turun ke masyarakat. "Serangan" dan sinisme terhadap pemerintah kota berangsur-angsur berkurang.
Keempat, akuntabilitas, transparansi dan trust pada akhirnya melahirkan partisipasi. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kota bisa dilihat dari berkembangnya gotong-royong warga dalam membenahi kampung, menjamurnya kelompok-kelompok kebersihan, green and clean, sekolah-sekolah PAUD, juga sektor keamanan dan ketertiban melalui FKPM. Maka, terjadilah sinergi yang produktif pembangunan kota antara pemerintahan lokal dan rakyatnya.
Dengan konsep yang diterapkan, bambang menuai hasil yang positif, perubahan terjadi di jawa timur lebih khususnya Surabaya. Dampak perubahan bisa dinikmati oleh masyarakat jawa timur. (Fbr) http://www.jempolcenter.com/view/262...awa-timur.html
Surabaya sebagai kota pahlawan dan sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur memiliki letak geografi yang strategis. Surabaya Mempunyai peran penting dalam kemajuan jawa timur, sebagai pusat perputaran perekonomian Jawa timur. Surabaya juga menjadi ikon kota/kabupaten se-Jawa Timur.
Namun di akhir perubahan masa orde baru 1997, Surabaya mengalami kemunduran yang sangat drastis. Sistem pemerintahan menjadi carut marut tidak terkontrol, perusahaan-perusahaan swasta mengalami kemunduran dan kerugaian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya.
Keadaan seperti ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi perusahaan mengalami kerugaian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang mengambil tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK. Hal ini menjadi tantangan bagi wali kota Surabaya. Karena Surabaya menjadi kiblat kota/kabupaten se-Jawa Timur, seharusnya menjadi kota panutan.
Butuh tenaga ekstra untuk mengembalikan stabilitas daerah. Perjuangan pembangunan Surabaya tidak terhenti, melihat kondisi problem daerah yang tidak stabil, Bambang Dwi Hartanto (Bambang DH) muncul sebagai salah satu tokoh perubahan di awal 2000-an, meskipun seorang mantan guru, sarjana dan master matematika, dia tergugah untuk ikut andil dalam memperbaiki Surabaya.
Pertama, Bambang D.H. men-desain pemerintahan kota yang akuntabel. Akuntabilitas menjadi kunci pembuka awal untuk menjawab situasi jaman saat itu yang serba riuh, dengan tingkat kepercayaan rakyat yang merosot di titik terendah, akibat watak dan perilaku birokrasi di masa lalu. Ketidakpercayaan rakyat "bisakah diwujudkan perubahan kota yang lebih baik dari rezim Orde Baru?"- harus dijawab tekun dan pasti, melalui pemerintahan yang bisa dipertanggung-jawabkan secara terbuka, baik dari segi anggaran, kinerja pembangunan, etik moral dan politik.
Kedua, akuntabilitas melahirkan kunci berikutnya, yakni transparansi. Ia Memulai itu dengan reformasi birokrasi, yang salah satunya, menempatkan pejabat-pejabat Pemkot berbasis profesional, sedapat mungkin memenuhi prinsip the right man and the right place. Juga, mengubah lelang proyek menjadi teruka lewat internet (e-procurement) hingga kemudian penerapan e-budgeting untuk anggaran pemerintahan.
Ketiga, pondasi akuntabilitas dan transparansi membuka kunci berikutnya membuka kunci berikutnya yakni trust, atau bangkitnya kepercayaan publik. Bambang D.H. memang terobsesi untuk memulihkan kepercayaan rakyat. Bahwa keuangan negara dipergunakan untuk kepentingan yang benar, tepat dan baik. Indikasi dari membaiknya kepercayaan publik saat itu dia rasakan setiap kali turun ke masyarakat. "Serangan" dan sinisme terhadap pemerintah kota berangsur-angsur berkurang.
Keempat, akuntabilitas, transparansi dan trust pada akhirnya melahirkan partisipasi. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kota bisa dilihat dari berkembangnya gotong-royong warga dalam membenahi kampung, menjamurnya kelompok-kelompok kebersihan, green and clean, sekolah-sekolah PAUD, juga sektor keamanan dan ketertiban melalui FKPM. Maka, terjadilah sinergi yang produktif pembangunan kota antara pemerintahan lokal dan rakyatnya.
Dengan konsep yang diterapkan, bambang menuai hasil yang positif, perubahan terjadi di jawa timur lebih khususnya Surabaya. Dampak perubahan bisa dinikmati oleh masyarakat jawa timur. (Fbr) http://www.jempolcenter.com/view/262...awa-timur.html
0
1.3K
Kutip
8
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan