Jakarta - Pemerintah menilai kemacetan yang terjadi ketika arus lebaran adalah hal klasik dan wajar. Itu bukan karena kesalahan jalan, namun kuota kendaraan yang melewati jalan tidak dalam taraf normal.

Wakil Kepala Korlantas Polri (Wakorlantas) Brigjen Polisi Agung Budi Marioto menyatakan, ada 2.215 titik kemacetan yang diperkirakan selama arus mudik lebaran. Itu biasanya terdapat pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), rumah makan, masjid, serta pasar tumpah.

"Ada 2.215 titik kemacetan, itu sebanyak 1.162 SPBU merupakan titik utama karena orang beristirahat. Kemudian rumah makan, yang kalau saat arus mudik itu siang sepi dan maghrib macet karena buka puasa. Masjid yang kebanyakan istirahat dan parkir mobil sampai ke badan jalan. Lalu pasar tumpah," ujar Agung usai rapat koordinasi dengan Kementerian PU dan Kemenhub soal persiapan arus mudik lebaran di Gedung Kemenhub, Jakarta, Rabu (26/6/2013)

Sementara itu, Menteri Perhubungan EE Mangindaan menyatakan, titik-titik macet itu merupakan persoalan klasik. Karena selalu terjadi setiap tahunnya. Menurutnya, yang dapat dilakukan adalah meminimalisir terjadinya kemacetan yang panjang.

"Sebenarnya memang klasik terjadi kemacetan. Dari tahun ke tahun kan selalu begitu," ungkapnya di kesempatan yang sama.

Menteri PU Djoko Kirmanto membantah kemacetan merupakan akibat dari kurangnya kapasitas jalan. Sebab, jalan ketika didesain menggunakan kapasitas kendaraan secara normal. Sementara ketika arus lebaran, kendaraan yang lewat di atas normal.

"Kemacetan di hari raya pasti terjadi. Jangan salahkan jalan. Karena Jalan didesain itu dalam keadaan normal. Artinya sesuai dengan kendaraan bias yang melewati. Nah hari raya itu adalah kondisi luar biasa. Jadi kalau masalah lebaran macet itu pasti," sebut Djoko.

"Justru yang ingin kita harapkan adalah supaya tidak terjadinya kecelakaan. Itu kan yang tidak kita inginkan," tegasnya.

inget, jangan nyalahin siapa-siapa. .

inget lagi puasa, belajar sabar dan memaafkan.