Pendakian ini terbilang sangat mendadak. betapa tidak, hari itu, jumat (5/4/2013) jam 9.30 wib di sebuah Perguruan Tinggi dekat monumen perjuangan Jln. Dipatiukur Bandung, ane selesai kuliah. udah ga ada kerjaan lagi... so, ane mikir mo liburan kemana?

aha, jadilah Bukittunggul jadi tujuan liburan akhir pekan kali ini. ane segera pulang ke kosan, mempersiapkan segala perlengkapan, seperti tas, raincover, kompor, nesting, bahan makanan, survival kit, kompas, pakaian, dan lainnya. ane pun berangkat.

ane akan naik dari Kampung Pojok, Desa Suntenjaya, Lembang. ini rute angkutan yg ane naiki, dari DU (Dipatiukur, Bandung).

- monumen - sabuga (Rp 1000)
- sabuga - UPI, ledeng (Rp 2000)
- UPI - lembang (Rp 4000)
- lembang - patrol, Suntenjaya (Rp 5000)
- patrol - kpg pojok (Rp 10000) pake ojeg. jaraknya sekitar 3 Km

di kampung pojok, ane segera menemui pak RW setempat untuk ngasih tau niat ane untuk naik Bukittunggul. setelah beramah tamah sejenak, ane segera menuju gerbang pendakian. sekedar info, desa Suntenjaya sudah menjadi tempat main ane sejak 3 tahun yg lalu, jadi ane sudah lumayan hafal dan akrab dgn wilayahnya.

Sore itu, jam 15.20 WIB ane mulai pendakian dari rumah pak RW. ane menyusuri jalan tanah yg becek dan terkadang digenangi air hujan, di bawah rindangnya pohon cemara dan rinai kabut bukittunggul. setelah berjalan sekitar 500 meter, akan ditemui persimpangan, ane ambil jalan ke kiri. (kalau ke kanan menuju kebun kina). lalu akan menyusuri jalan tanah liat yg sangat becek berkelok-kelok, zig-zag.

lalu akan ditemui lagi persimpangan, ane ambil ke kanan, karena inilah jalur menuju puncak. pendakian ini terasa mengasikkan, dengan kabut tipis dan rinai hujan yg mengguyur, badan terasa lebih segar. hehe. ane jalan dengan kecepatan relatif cepat. terkadang di jalur yg agak datar, ane sedikit lari-lari kijang...

setelah 1 jam berjalan menyusuri punggungan bukit berkemiringan sekitar 30 derajat, kita akan menemui Trek lumayan terjal, 45-70 derajat, seperti trek Manglayang. tapi bedanya disini gak ada trek batuannya. dominan tanah. jadi, kalau di musim hujan seperti saat ane naik, wooow, trek nya lumayan licin. kalau kita membawa carrier yg besar, maka ini akan lebih menyulitkan, apalagi dengan kerimbunan hutan yg sangat lebat.

dengan langkah yg konstan, ketinggian pun semakin naik. pukul 16.45 suhu sudah menurun, ini karena hari yg sudah mendekati malam dan juga bertambahnya ketinggian dgn disertai semakin lebatnya hutan hujan tropis. pukul 17.05 ane sampai di daerah yg relatif datar, walaupun belum puncak. puncak bukittunggul masih sekitar 10 menit lagi. disini ane melihat banyak bekas tempat berkemah para pendaki, bekas api unggun, dan sampah. sungguh sayang...

pukul 17.20 ane sampai di titik tertinggi gunung Bukittunggul, titik 2208 mdpl. ane segera mencari kayu utk membuat api unggun, kayu ane ambil dari sisa-sisa perapian pendaki terdahulu. kemudian ane segera mendirikan bivak dari Hypotermia Blanket. hari sudah semakin gelap, dan hujan kecil mulai mengguyur. di bivak ane segera menggodok air dan membuat kopi. lalu makan nasi bungkus... hmm terasa nikmat sekali. melepas lelah dgn lauk ikan asin, sambal dan lalapan.

untuk hiburan di dalam kesendirian di rimba belantara yg sedang diguyur hujan ini ane nyetel radio. FYI disini sinyal radio sangat bagus, hampir semua stasiun radio Bandung dan sekitarnya bisa disetel. beda dengan sinyal HP yang hilang timbul. (Ane pake Simp*t*)

terkadang kebosanan muncul juga, karena malam yg terasa begitu panjang. sekitar pukul 11 malam, hujan turun dengan sangat lebat. bisa ditebak, bivak ane terkena imbasnya. angin membuat butiran-butiran hujan menghampiri bagian dalam bivak. Praktis, sebagian pakaian ane basah. tapi untungnya gak basah total, basahnya hanya sampai lutut. utk mengurangi dingin, ane kembali menghidupkan kompor dan masak indomie rebus. dan tentunya membuat kopi. hujan masih belum bosan turun, dan suara radio dahlia FM pun masih belum bosan utk berhenti berdendang.

pukul 03.30 hujan sudah mulai reda, ane segera ke luar bivak, mengambil potongan-potongan kayu yg ane kumpulkan kemarin sore, lalu menyusun sejajar di dalam bivak. kemudian ane mengambil dedaunan di sekitar bivak dan menarok diatas kayu-kayu yg telah disusun. ini bertujuan untuk menghindari genangan air sekitar setengah cm di dalam bivak. lalu ane segera merebahkan diri dan mulai bergelung dalam sarung sampai pagi menjelang...

Pukul 6 pagi ane bangun, keluar bivak dan melihat embun masih pekat yg menyebabkan jarak pandang hanya sekitar 200 meter saja. terdengar kicauan unggas yg bersahutan dan juga bunyi kera yg melompat dari satu dahan ke dahan pohon lainnya. Ane lalu jalan-jalan di sekitar puncak sekedar orintasi wilayah. ane berjalan ke arah Timur (110 derajat di kompas ane). sepertinya ini jalur naik dari tempat lain, tapi ane gak tau dari mana. apa mungkin dari pabrik kina...? ane terus menyusuri jalan setapak yg semakin menurun. setelah berjalan lebih kurang 300 m, ane berhenti karena jalan yg sudah tidak jelas lagi.

kemudian ane segera ke puncak, dan jalan-jalan lagi ke arah jalur naik ane kemarin. di dataran puncak, jika menghadap jalan naik, akan ada persimpangan. yg satu di arah 240 derajat (jalur naik ane- kpg pojok) dan satu lagi di arah 300 derajat. penasaran, ane menyusuri jalur 300 sekitar 200 meter. lalu jalanan mulai curam dan terjal. ane berasumsi ini adalah jalur naik yg lainya.

pukul 8.40 pagi, setelah puas berfoto-foto dan membakar sampah plastik yg banyak berserakan di puncak, ane segera turun gunung. jam 10.20 ane sampai di kampung pojok. dan kembali melapor pada pak RW. sekitar 30 menit berjalan menyusuri jalanan kampung, ane sampai di jalan raya kampung patrol. segera ke mushalla membersihkan badan, dan menuju tempat mangkal angkot cibodas-lembang tuk pulang. pukul 16.30 ane telah sampai di kosan, Dipatiukur, Bandung.

Original Posted By Salam Rimba