- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Rocker-rocker yang akhirnya menjadi Da,i


TS
gtrferi
Rocker-rocker yang akhirnya menjadi Da,i
wellcome to my tread
Quote:
agan/sista mungkin sebagian ada yang ingat ama rocker ini, setelah lama bergelut dalam dunia hingar bingar musik rock, dan dalam perjalanan hidup mereka akhirnya mendapat suatu hidayah
ini hanya beberapa yang bisa ane tampilkan
ini hanya beberapa yang bisa ane tampilkan
Quote:
Harry Moekti
Nama Harry Moekti memang tak asing didengar para pencinta musik di Tanah Air era 80 hingga 90-an. Penyanyi berjuluk "Si Kutu Loncat" ini cukup diperhitungkan di blantika musik rock di Indonesia. Kualitas vokal sedikit serak dan aksi enerjik di atas panggung seakan mampu menyihir para penggemarnya.
Berawal dari hobi bermusik semasa sekolah menengah atas, Harry Moekti telah merintis karier di dunia musik dengan membentuk sebuah grup band. Angan-angan untuk eksis dan unjuk kemampuan di ingar-bingar panggung musik mendorongnya menjajal peruntungan di Ibu Kota. Bintang terang mulai menghampiri, saat ia bergabung sebagai vokalis grup band Makara di tahun 1984.
Setahun kemudian, album solonya berjudul Kegelapan mulai memasuki pasaran dan diterima khalayak luas pencinta musik di Indonesia. Tak lama kemudian, disusul dengan album bertajuk Ada Kamu yang membawanya ke puncak ketenaran. Rupiah mengalir deras, kocek semakin tebal dan popularitas di tangan membuat seorang Harry Moekti limbung. Ia bahkan sempat bertanya-tanya tentang jalan hidupnya.
Mantan rocker bertubuh mungil ini pun akhirnya melalui masa-masa suram. Hasil keringat merintis karier di dunia tarik suara pun habis tidak berbekas.
Hanya keledai yang terperosok ke dalam lubang yang sama. Pepatah inilah yang menjadi pegangan Harry Moekti untuk tak lagi mengulang kesalahan serupa. Harry Moekti yang baru tersadar dari mimpi panjang kembali bangkit. Ia memutuskan meninggalkan dunia tarik suara dan memilih menekuni dunia religi, sekaligus membangun kehidupan yang baru.
Aktivitas pelantun lagu Hanya Satu Kata, Ada Kamu, dan Lintas Melawai yang meledak di era 80-an, kini jauh dari ingar-bingar musik. Ia justru rajin berkeliling daerah hingga bertandang ke sejumlah negara tetangga untuk memberikan taushiyah sekaligus tiada henti mendengungkan asma Allah: subhanahu wa ta'aala.
Gaya dakwah mantan rocker yang kini berjuluk Ustad Kiai Haji M. Khoir Harry Moekti itu memang memikat jemaah peserta pengajian. Tak sedikit kaum hawa yang memenuhi taushiyah bila mantan penyanyi ini yang memberikan sedikit pengetahuannya. Tak mengherankan, bila sesekali ada perasaan lain di hati belahan hati sang dai atau istrinya, Siti Nurjanah.
Harry Moekti merasa kehidupan duniawi yang sekarang dijalaninya telah lengkap. Ini setelah kembali membangun bahtera pernikahan keduanya dengan Siti Nurjanah. Rumah sederhana di kawasan Pasir Kuda, Ciawi, Bogor, yang mereka huni makin hangat dengan celoteh dan tingkah tiga buah hatinya.
Memang, kini keseharian dai yang selalu tampil enerjik ini padat dengan kegiatan taushiyah. Semangat berbagi secuil pengetahuan tentang agama didukung dorongan keluarga dan buah hatinya membuat Harry Moekti total menggeluti dunia syiar Islam.
Spoiler for harry moekti:
Quote:
Quote:
Irvan Sembiring
SIAPA mengira bahwa dibalik gamis putih, dan sorban tebal yang selalu melilit di kepala pria yang selalu berjalan dengan gagah ke masjid setiap lima kali sehari ini adalah seorang Raja Metal Indonesia. Ia bahkan pernah membuat serangkaian sensasi dan langkah fenomenal dalam permetalan nasional.
Dialah Irfan Sembiring yang kini seluruh waktunya digunakan untuk mengabdi kepada Allah Swt. Baginya, Masjid adalah rumah, sehari-hari Irfan berada di rumah Allah tersebut meski bukan pada waktu-waktu sholat.
Kalau lagi tidak keliling dunia untuk berdakwah, di Jakarta, ia biasa nongkrong di Masjid Imam Bonjol, atau Masjid Al-Ittihad di dekat Cinere Mall. Kerjaannya kalau nggak Ibadah, Dzikir Qalbi, Dakwah, dan Nongkrong.. kalau nongkrong pun obrolannya gak bakal jauh dari Keagungan Allah, meski sesekali diselingi dengan ngobrol musik, terutama musik Rock. “Orang Islam itu kalo di Masjid ibarat ikan dalam air,” ujarnya berkali-kali kepada saya yang pendosa ini.
Pria kelahiran Surabaya, 2 Maret 1970 ini kerap keliling untuk berdakwah dari Masjid ke Masjid bersama jamaah yang yang bermarkas di Masjid Jami Kebun Jeruk (Jakarta Barat) ini. Wajah Irfan yang bersinar, memang jauh berbeda dengan keadaannya 20 tahun silam. Sewaktu bandnya, Rotor masih berjaya, hidupnya memang urakan dan tidak pernah nongkrong di rumah Allah.
Baiklah, kini kita mundur ke belakang, siapakah Irfan Sembiring itu? Dia adalah seorang pionir thrash metal, pendiri band Rotor yang sangat disegani di era 90-an. Dan yang patut dicatat, Rotor adalah band thrash metal Indonesia yang pertama kali masuk dapur rekaman. (saat itu merekam lagu tidak semudah/semurah sekarang..lho)
Sebelum Rotor berdiri, pada akhir era-80an, Irfan bermain untuk Sucker Head, yang juga mengusung thrash metal. Rotor sendiri di bentuk tahun 1992 setelah Irfan merasa konsep musik Sucker Head masih kurang ekstrem baginya.
Di awal 1992 Irfan berkenalan dengan bos label rekaman AIRO, yang juga adik kandung Setiawan Djody. Hasil rekaman cara purba itu diputar di depan bos Airo records. Karena tanpa vokal, Irfan bernyanyi metal ala karaoke di depan bos Airo yang bernama Seno itu. Babak awak perjalanan Rotor bisa dibilang di tahun 1993. Ketika itu pula mereka dipercaya untuk membuka konser Metallica di stadion Lebak Bulus, Jakarta. Meski konsernya bisa dibilang spektakuler, namun puluhan orang meninggal dunia dan puluhan mobil dibakar.
Saat itu Metallica sedang mengadakan Tur dan di Indonesia lah satu-satunya negara yang ada band pembukanya. Maka bisa dibilang Rotor lah satu-satunya band pembuka Tur Metallica di awal dekade 90-an tersebut. Di konser ini Rotor juga diperkuat oleh Jodie sebagai vokalis.
Rotor di Stadion Lebak Bulus, 1993
Di Backstage, sebelum membuka
konser Metallica
Album pertama Rotor berjudul Behind The 8th Ball kemudian dirilis, dan disusul dengan babak baru perjalanan Rotor dengan hijrahnya Irfan, Jodie dan Judha ke Los Angeles, Amerika Serikat. Di Kota ini mereka coba mengadu nasib dengan harapan bisa mengikuti jejak Sepultura, yang sukses menembus Amerika. Perlu dicatat juga, Rudy Soedjarwo, sutradara film 'Ada Apa Dengan Cinta’ inilah yang sempat menjadi drummer Rotor selama di Amerika.
Di Amrik, persaingan menjadi musisi Metal sangat ketat, sulit untuk mendapatkan job manggung dan sebagainya jika tidak ada agency. Di Amerika, personil Rotor yang lain sering keluyuran dari satu pub malam ke pub malam yang lain, termasuk nongkrong di pub Rainbow, tempat nongkrongnya artis-artis porno bin bokep, Joe Rivera, Ron Jeremy , dan Savannah.
Karena kondisi keuangan dan mental yang melemah, para personel Rotor kemudian membanting stir untuk bisa bertahan hidup di negeri orang dengan cara mereka masing-masing. Jodie ke San Fracisco, dan Judha ke Alabama untuk bekerja di pabrik pengolahan ayam. Sedangkan Irfan bertahan di Los Angeles.
Babak selanjutnya adalah kembalinya Rotor ke tanah air dengan membuang mimpi menjadi superstar setelah menaklukan Amerika. Jodie kemudian memutuskan hengkang dari Rotor dan membentuk Getah. Tahun 1995 Rotor merilis ‘Eleven Key’ dan tahun selanjutnya album ‘New Blood’ dirilis. Tahun 1997, Irfan mendirikan label Rotorcorp dan bersama Krisna Sadrach (Sucker Head) menjadi produser album Metalik Klinik yang legendaris tersebut. Setelah menelurkan tiga album dengan genre musik yang berbeda, tahun 1998 sang basis, Judhapran meninggal dunia karena berlebihan dalam mengonsumsi narkotika, disusul dengan kematian Jodie yang saat itu adalah istri dari aktris Ayu Ashari.
Babak baru kehidupan seorang Irfan Rotor pun dimulai kembali, penghujung tahun 1999, bersama beberapa band produksi Rotorcorp ia sudah lima kali lolos dari pembantaian maut yang hampir merenggut nyawanya. Peristiwa tersebut terjadi di bagian timur pulau Jawa yang sedang hangat-hangatnya terjadi pembantaian dukun santet oleh gerombolan ninja. Lima kali lolos dari upaya pembunuhan menurut Irfan pastilah mukjizat dari Allah SWT. Semenjak itulah ia bersumpah untuk bertakwa kepada Allah SWT dan mendedikasikan hidupnya dengan berdakwah Islamiah non komersil.
Ustadz Irfan Ar Rotor
Mengapa saya sebut non komersil, karena ketika berdakwah, Irfan dan rombongannya tidak membicarakan dan menyentuh empat hal, yaitu Politik praktis dalam dan luar negeri, Perbedaan pendapat antara beberapa mahdzab dalam Islam, dan Sumbangan. Bahkan ketika berdakwah, ia menyisihkan uangnya untuk berpergian.
Dalam belajar Agama Islam, Irfan pun tidak tanggung-tanggung. Ia berguru di sejumlah pesantren dalam negeri hingga luar negeri, beberapa negara seperti Arab Saudi, Kuwait, Afrika Selatan, Jepang, India, Pakistan, Bangladesh, Amerika Serikat, dan lainnya telah dikunjunginya dalam rangka belajar dan mendakwahkan agama.
Pada 2010 lalu, setelah 13 tahun vakum dari kancah musik metal, Irfan ‘Rotor’ Sembiring kembali menggarap sebuah project bernama IRS, dan sudah merilis beberapa buah lagu yang syairnya merupakan adaptasi dari Kitab Al Quran. Silakan cek ‘Infidels - Divine Support - The Flame’ judul lagu baru Rotor yang juga terdapat dalam CD album kompilasi band Jakarta ‘Born To Fight’.
Spoiler for irvan sembiring:
Quote:
Yuke Sumeru
Ketenaran yang melambung dan kekayaan yang berlimpah ternyata membuatnya gelisah. Di saat seperti itu, Yuke memanjatkan doa penuh khusyuk di depan Ka’bah saat menunaikan ibadah haji tahun 2000. “Ya Allah, ambillah segala sesuatu yang tidak Engkau sukai dari diriku,” panjat Yuke.
Menurut Yuke, semenjak memanjatkan doa itu, tak seberapa lama ia merasa mual tiap kali menghisap rokok kesukaannya. Walhasil, ia pun berhenti merokok. “Saya juga merasa tidak nyaman tiap kali bersentuhan dengan alat musik,” akunya kepada Suara Hidayatullah di kediamannya, Bintaro, Jakarta Selatan, awal September lalu.
Yuke semakin meresapi nilai-nilai Islam, terutama setelah bergabung dengan aktivitas Jamaah Tabligh. Suatu hari saat dalam kegiatan jamaah itu, Yuke bertemu dengan masyaikh (guru) yang sehari-hari berbicara dalam bahasa Arab. “Saya jengkel tidak bisa berkomunikasi dengan para syaikh,” akunya. Namun dari kejadian itu, Yuke lalu mendaftar ke salah satu perguruan tinggi swasta untuk belajar tahsin dan mendalami ilmu al-Qur`an.
Penuh Cobaan
Menurut pria yang lahir di Bandung, 18 Oktober 1958 ini, ia pun berusaha untuk menutup diri dari pergaulan dunia musiknya. Salah satu caranya dengan mengganti nomor telepon pribadi. “Agar saya bisa fokus belajar agama,” kata Yuke yang meyakini pengaruh lingkungan sangat penting dalam perubahan seseorang. Alhamdulillah, pada tahun 2004, Yuke berhasil menyandang gelar Sarjana al-Qur’an (SQ), bahkan terus menyelesaikan gelar master di kampus yang sama. Tak cuma itu, aku Yuke, ia pun telah menghafal 30 juz al-Qur`an.
Tentu saja menjalani proses hijrah itu bukan tanpa cobaan, salah satunya masalah finansial. Dari bermusik ia bisa mengantongi jutaan rupiah. Tapi semua itu terhenti setelah ia memilih jalan dakwah. Banyak pihak yang mengkritik atas pilihan hidupnya itu. Tapi Yuke tak putus asa. “Urusan hijrah saya ini adalah urusan saya dengan Allah, bukan dengan manusia,” Yuke berupaya tegar.
Syukurnya, sejak muda ia sudah mulai membuka usaha bengkel modifikasi mobil. Sehingga urusan finansial sedikit bisa teratasi. Ia lebih bersyukur lagi karena istrinya selalu mendukung keputusannya. Dengan penuh kasih sayang, Yuke kerap menjelaskan, “Yakinlah bahwa Allah tidak mungkin meninggalkan orang yang berjuang di jalan-Nya.”
Bahkan, meski tidak bermusik lagi, ia justru merasakan banyak keberkahan. “Alhamdulillah, walau pendapatan lewat musik tidak ada, tapi keberkahan Allah selalu mencukupi setiap kebutuhan keluarga. Lagi pula, saya juga tidak mencukupi kebutuhan primer keluarga dari musik sejak dulu. Saya punya bisnis sendiri,” jelasnya.
Dakwah di Kalangan Dhuafa
Usai menyandang gelar master, Yuke berkomitmen menjadi pegawai Allah. Dalam kartu namanya pun, bukan status usaha otomotif yang ia cantumkan, melainkan tertulis “Pegawai Allah.” Tak lama setelah bertekad dengan hal itu, datang tawaran berceramah di sebuah mushalla kecil yang berada di daerah Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Sebagai konsekuensi dari statusnya itu, Yuke berangkat memenuhi undangan.
Meski tak dapat uang, tapi Yuke menikmati aktivitas ini. Ia mengaku sering menolak undangan dari perusahaan besar demi berceramah di mushalla-mushalla kecil. Menurut alumnus SMA 4 Surabaya, Jawa Timur ini, banyak ustadz yang tidak mau datang ke mushalla kecil karena hanya menyediakan uang transportasi yang kecil bahkan ada yang gratis. “Padahal, tempat-tempat seperti itu justru rentan pemurtadan,” katanya.
Dari situ Yuke semakin terpanggil untuk berdakwah di daerah miskin. Bahkan, keuntungan yang ia dapatkan dari usaha bengkel mobilnya sebagian disisihkan untuk dakwah. Ia tidak mencari donatur, tapi Yukelah yang menjadi donaturnya. Yuke berdakwah menyusuri daerah sekitar Bintaro, Serpong, hingga Lebak Bulus.
Ia menetapkan tiga kampung pemulung sebagai garapan dakwahnya. Sebelum berdakwah, Yuke mengumpulkan informasi berkaitan pendapatan yang diterima para pemulung. Setiap hari pendapatan mereka antara Rp 20.000 hingga Rp 50.000. Alhasil tiap kali berdakwah di sana, Yuke membawa sekantong amplop yang isinya uang sesuai pendapatan para pemulung. “Sebelum pengajian itu dimulai, para pemulung itu saya kasih amplop agar mereka fokus mengaji dan tidak risau dengan pendapatan hari itu,” jelasnya.
Akhirnya, keluarganya mulai terbiasa dengan gaya hidup baru Yuke. Kata Yuke, inilah kekayaan penting yang selama ini dicarinya, kekayaan yang terjaga oleh keridhaan Allah.
Kini, Yuke mengasuh 50 orang anak yang ia tempatkan di rumahnya di Kota Bogor, Jawa Barat. Di tempat itu, mereka disekolahkan dan dibina keislamannya. “Semoga kelak mereka tumbuh menjadi Muslim yang kuat akidah dan keilmuannya,” harap Yuke yang selalu mengulang-ulang hafalan al-Qur’annya.
Saat ini, ia juga telah membangun sebuah masjid di lokasi pemulung di Bintaro. Rencananya ia juga ingin membangun masjid di semua titik pemulung yang dijadikan ladang dakwahnya. Ia begitu prihatin dengan kondisi mereka yang tidak memiliki fasilitas ibadah.
Setiap hari, kini Yuke selalu bergelut dengan dakwah. Kepada anak-anak muda, ia selalu menasihati bahwa musik adalah hal yang bisa melalaikan perintah agama. “Makanya banyak orangtua yang menitipkan anak-anak mudanya pada saya untuk dibina,” ujar Yuke. Semua itu ia lakukan dengan senang hati, termasuk saat menerima konsultasi melalui telepon genggamnya.
Yuke mengaku ingin hadir di setiap relung hati umat. Ia ingin dekat dengan setiap kegelisahan banyak orang. Ia belajar menjadi obat yang mencerahkan dan memotivasi. “Dari tiap kedekatan itu, saya berharap bisa mengingatkan banyak orang yang belum hijrah untuk mengerti arti dari keutamaan Islam,” tekad Yuke.
Spoiler for Yuke Sumeru:
Spoiler for boleh di buka:
sebetulnya masih banyak rocker2 yang akhirnya menjadi pendakwah, silahkan kalo agan2 mau menambahkan
sekian trit dari ane
seandainya ada memberi


tapi jangan timpuk ane

0
25.9K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan