- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Mozaik Ramadhan] Drama Kesendirian Orang-orang Besar


TS
hf2005
[Mozaik Ramadhan] Drama Kesendirian Orang-orang Besar
Sebelomnya budayakan
atau
ya Gan
![[Mozaik Ramadhan] Drama Kesendirian Orang-orang Besar](https://s.kaskus.id/images/2013/07/19/115481_20130719110140.jpg)
1. Taubat Penguasa yang membawanya pada kesendirian.
Ibrahim bin Adham dia adalah raja di Balkh satu wilayah yg masuk dalam kerajaan Khurasan,menggantikan ayahnya yang baru mangkat.
Sebagaimana umumnya kehidupan para raja, Ibrahim bin Adham juga bergelimpang kemewahan.Hidup dalam istana megah berhias permata ,emas,dan perak.
Setiap kali keluar istana ia selalu dikawal 80 orang pengawal,40 orang berada di depan, 40 orang berada dibelakang, semua lengkap dengan pedang yang terbuat dari baja yang berlapis dari emas.
Suatu malam, ketika sedang terlelap tidur di atas dipannya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara langkah kaki dari atas genteng, seperti seseorang yg hendak mencuri. Ibrahim menegur orang itu , “Apa yg tengah kamu lakukan diatas sana?” orang itu menjawab,”Saya sedang mencari ontaku yg hilang.” “Apa kamu sudah gila, mencari onta diatas genteng,”sergahnya. Namun orang itu balik menyerang, “Tuan yang gila, karena tuan mencari Allah di istana.”jawabannya membuat Ibrahin tersentak, tidak menyangka akan menjawab jawaban seperti itu. Ia gelisah, kedua matanya tidak dapat terpejam, terus menerus menerawang merenungi kebenaran kata-kata itu. Hingga adzan Shubuh berkumandang ia tetap terjaga.
Esok harinya, keadaan tidak berubah. Ia gelisah, murung, dan sering menyendiri. Ia terus mencari jawaban di balik peristiwa malam itu.
Karena tidak menemukan jawabannya, sementara kegelisahaan hatinya semakin berkecamuk,ia mengajak prajuritnya berburu kehutan, dengan harapan beban dikepalanya sedikit berkurang. Akan tetapi sepertinya masalah itu terlalu berat baginya, sehingga tanpa disadari kuda tunggangan yg ia pacu sejak tadi telah jauh meninggalkan prajuritnya, ia terpisah dari mereka, jauh kedalam hutan , menerobos rimbunnya pepohonan tembus ke satu padang rumput luas. Kalau saja ia tidak terjatuh bersama kudanya, mungkin ia tidak berhenti.
Ketika ia berusaha bangun, tiba-tiba seekor rusa melintas didepannya, segera ia bangkit, menghela kudanya dengan cepat sambil mengarahkan tombaknya ketubuh buruannya. Tetapi, saat ia hendak melemparkan tombaknya, ia mendengar bisikan keras seolah memanggil dirinya,”Wahai Ibrahim, bukan untuk itu (berburu) kamu diciptakan dan bukan kepada hal itu pula kamu diperintahkan!”
Namun, Ibrahim terus berlari sambil terus melihat kanan-kiri, tapi tak seorang pun disana,lalu ia berucap, “Semoga Allah memberikan kutukan kepada iblis!”
Dia pacu kembali kudanya. Namun, lagi-lagi teguran itu datang. Hingga tiga kali. Ia lalu berhenti dan berkata,”Apakah itu sebuah peringatan dari-Mu?Telah datang kepadaku sebuah peringatan dari Allah, Tuhan semesta alam. Demi Allah, seandainya Dia tidak memberi perlindungan kepadaku saat ini, pada hari-hari yg akan datang aku akan selalu berbuat durhaka kepada-Nya!”
Setelah itu, ia menghampiri seorang pengembala kambing yg ada tidak jauh dari tempat itu.Lalu memintanya untuk menukar pakainnya dengan pakaian yg ia pakai. Setelah mengenakkan pakaian usang itu,ia berangkat menuju Mekkah untuk mensucikan dirinya.Dari sinilah drama kesendirian Ibrahim bermula.Istana megah ia tinggalkan, dan tanpa seorang pengawal ia berjalan kaki menyongsong kehidupan barunya.
Berbulan-bulan mengembara,Ibrahim tiba disebuah kampung bernama Bandar Nishafur. Disana ia tinggal di sebuah gua, menyendiri, berdzikir dan memperbanyak ibadah. Hingga tidak lama kemudian, keshalihan, kezuhudan dan kesufiannya mulai terkenal banyak orang.
Beberapa tahun kemudian, ia meninggalkan Bandar Nishafur, dan dalam perjalanan selanjutnya menuju Mekkah, hampir di setiap kota yang ia singgahi terdapat kisah menarik tentang dirinya yg dapat menjadi renungan bagi kita, terutama keikhlasan dan ketawadhuannya.
Pernah satu ketika ,di suatu kampung Ibrahim kehabisan bekal. Untungnya, ia bertemu dengan seorang kaya yang membutuhkan penjaga untuk kebum delimanya yang sangat luas. Ibrahin pun diterima sebagai penjaga kebun, tanpa disadari oleh orang tersebut bahwa lelaki yang diperkerjakannya adalah Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang sudah lama ia kenal namanya. Ibrahim menjalan tugas dengan baik tanpa mengurangi kuantitas ibadahnya.
Suatu hari , pemilik kebun minta dipetikkan buah delima, Ibrahim melakukanya, tapi pemilik kebun malah memarahinya karena delima yang diberikannya rasanya asam.
“Apa kamu tidak bisa membedakan buah delima yang manis dan asam,”tegurnya. “Aku belum pernah merasakannya, tuan,”jawab ibrahim. Pemilk kebun menuduh ibrahim berdusta . Ibrahim lantas shalat dikebun itu, tapi pemilik kebun menuduhnya berbuat riya dengan shalatnya. “Aku belum pernah melihat orang yang lebih riya dibanding kamu.” “Betul tuanku, ini baru dosaku yang terlihat , yang tidak jauh lebih banyak lagi ,”jawabnya. Dia pun dipecat, lalu pergi.
Di perjalanan, ia menjumpai seorang pria sedang sekarat karena kelaparan. Buah delima tadi pun diberikannya. Sementara itu, tuannya terus mencarinya karena belum membayar upahnya. Ketika bertemu, Ibrahim meminta agar gajinya dipotong karena delima yang ia berikan kepada orang sekarat tadi. “Apa engkau tak mencuri selain itu?” tanya pemilik kebun. “Demi Allah, jika orang itu tidak sekarat, aku akan mengembalikan buah delimamu,” tegas Ibrahim.
Setahun kemudian, pemilik kebun mendapat pekerja baru. Dia kembali meminta dipetikan buah delima. Tukang baru itu memberikan yang paling manis. Pemilik kebun itu bercerita bahwa ia pernah memiliki tukang kebun yang paling dusta karena mengaku tak pernah mencicipi delima, memberi buah delima kepada orang yang kelaparan, minta dipotong upahnya untuk buah delima yang ia berikan kepada orang yang kelaparan itu. “Betapa dustanya dia,” kata pemilik kebun.
Tukang kebun yang baru lantas berujar, “Demi Allah, wahai majikanku. Akulah orang yang kelaparan itu. Dan tukang kebun yang engkau ceritakan itu dulunya adalah seorang raja yang lantas meninggalkan istananya karena zuhud.” Pemilik kebun pun menyesali tindakannya , “Celaka, aku telah menyia-yiakan kekayaan yang tak pernah aku temui.”
Menjelang kedatangannya di kota Makkah, para pemimpin dan ulama bersama-sama menunggunya. Namun tak seorang pun yang mengenali wajahnya. Ketika Kalifah yang diikutinya memasuki gerbang kota Makkah, seorang yang diutus menjemputnya bertanya kepada Ibrahim,”Apakah kamu mengenal Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang terkenal itu?” ”Untuk apa kamu menanyakan si ahli bid’ah itu ?” Ibrahim balik bertanya.
Mendapat jawaban yang tidak sopan itu, orang tersebut lantas memukul Ibrahim, dan menyeratnya menghadap pemimpin Makkah. Saat diintrogasi, jawaban yang keluar dari mulutnya tetap sama, “Untuk apa kalian menanyakan si ahli bid’ah itu?” Ibrahim pun disiksa karena dia dianggap menghina seorang ulama agung. Tetapi, dalam hatinya Ibrahim bersyukur diperlakukan demikian, ia berkata, “Wahai Ibrahim, dulu waktu berkuasa kamu memperlakukan orang seperti ini. Sekarang, rasakanlah olehmu tangan-tangan penguasa ini.
Banyak pelajaran yang bisa kita petik gan dari
seorang bekas penguasa seperti Ibrahim bin Adham;
dari pengalamannya memperbaiki diri, dari kesendiriannya menebus segala kesalahan dan kelalaian, dari keikhlasan, dan ketawadhuannya yang tak ternilai.


Spoiler for Langsung aja dah gan:
![[Mozaik Ramadhan] Drama Kesendirian Orang-orang Besar](https://s.kaskus.id/images/2013/07/19/115481_20130719110140.jpg)
1. Taubat Penguasa yang membawanya pada kesendirian.
Ibrahim bin Adham dia adalah raja di Balkh satu wilayah yg masuk dalam kerajaan Khurasan,menggantikan ayahnya yang baru mangkat.
Sebagaimana umumnya kehidupan para raja, Ibrahim bin Adham juga bergelimpang kemewahan.Hidup dalam istana megah berhias permata ,emas,dan perak.
Setiap kali keluar istana ia selalu dikawal 80 orang pengawal,40 orang berada di depan, 40 orang berada dibelakang, semua lengkap dengan pedang yang terbuat dari baja yang berlapis dari emas.
Suatu malam, ketika sedang terlelap tidur di atas dipannya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara langkah kaki dari atas genteng, seperti seseorang yg hendak mencuri. Ibrahim menegur orang itu , “Apa yg tengah kamu lakukan diatas sana?” orang itu menjawab,”Saya sedang mencari ontaku yg hilang.” “Apa kamu sudah gila, mencari onta diatas genteng,”sergahnya. Namun orang itu balik menyerang, “Tuan yang gila, karena tuan mencari Allah di istana.”jawabannya membuat Ibrahin tersentak, tidak menyangka akan menjawab jawaban seperti itu. Ia gelisah, kedua matanya tidak dapat terpejam, terus menerus menerawang merenungi kebenaran kata-kata itu. Hingga adzan Shubuh berkumandang ia tetap terjaga.
Esok harinya, keadaan tidak berubah. Ia gelisah, murung, dan sering menyendiri. Ia terus mencari jawaban di balik peristiwa malam itu.
Karena tidak menemukan jawabannya, sementara kegelisahaan hatinya semakin berkecamuk,ia mengajak prajuritnya berburu kehutan, dengan harapan beban dikepalanya sedikit berkurang. Akan tetapi sepertinya masalah itu terlalu berat baginya, sehingga tanpa disadari kuda tunggangan yg ia pacu sejak tadi telah jauh meninggalkan prajuritnya, ia terpisah dari mereka, jauh kedalam hutan , menerobos rimbunnya pepohonan tembus ke satu padang rumput luas. Kalau saja ia tidak terjatuh bersama kudanya, mungkin ia tidak berhenti.
Ketika ia berusaha bangun, tiba-tiba seekor rusa melintas didepannya, segera ia bangkit, menghela kudanya dengan cepat sambil mengarahkan tombaknya ketubuh buruannya. Tetapi, saat ia hendak melemparkan tombaknya, ia mendengar bisikan keras seolah memanggil dirinya,”Wahai Ibrahim, bukan untuk itu (berburu) kamu diciptakan dan bukan kepada hal itu pula kamu diperintahkan!”
Namun, Ibrahim terus berlari sambil terus melihat kanan-kiri, tapi tak seorang pun disana,lalu ia berucap, “Semoga Allah memberikan kutukan kepada iblis!”
Dia pacu kembali kudanya. Namun, lagi-lagi teguran itu datang. Hingga tiga kali. Ia lalu berhenti dan berkata,”Apakah itu sebuah peringatan dari-Mu?Telah datang kepadaku sebuah peringatan dari Allah, Tuhan semesta alam. Demi Allah, seandainya Dia tidak memberi perlindungan kepadaku saat ini, pada hari-hari yg akan datang aku akan selalu berbuat durhaka kepada-Nya!”
Setelah itu, ia menghampiri seorang pengembala kambing yg ada tidak jauh dari tempat itu.Lalu memintanya untuk menukar pakainnya dengan pakaian yg ia pakai. Setelah mengenakkan pakaian usang itu,ia berangkat menuju Mekkah untuk mensucikan dirinya.Dari sinilah drama kesendirian Ibrahim bermula.Istana megah ia tinggalkan, dan tanpa seorang pengawal ia berjalan kaki menyongsong kehidupan barunya.
Berbulan-bulan mengembara,Ibrahim tiba disebuah kampung bernama Bandar Nishafur. Disana ia tinggal di sebuah gua, menyendiri, berdzikir dan memperbanyak ibadah. Hingga tidak lama kemudian, keshalihan, kezuhudan dan kesufiannya mulai terkenal banyak orang.
Beberapa tahun kemudian, ia meninggalkan Bandar Nishafur, dan dalam perjalanan selanjutnya menuju Mekkah, hampir di setiap kota yang ia singgahi terdapat kisah menarik tentang dirinya yg dapat menjadi renungan bagi kita, terutama keikhlasan dan ketawadhuannya.
Pernah satu ketika ,di suatu kampung Ibrahim kehabisan bekal. Untungnya, ia bertemu dengan seorang kaya yang membutuhkan penjaga untuk kebum delimanya yang sangat luas. Ibrahin pun diterima sebagai penjaga kebun, tanpa disadari oleh orang tersebut bahwa lelaki yang diperkerjakannya adalah Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang sudah lama ia kenal namanya. Ibrahim menjalan tugas dengan baik tanpa mengurangi kuantitas ibadahnya.
Suatu hari , pemilik kebun minta dipetikkan buah delima, Ibrahim melakukanya, tapi pemilik kebun malah memarahinya karena delima yang diberikannya rasanya asam.
“Apa kamu tidak bisa membedakan buah delima yang manis dan asam,”tegurnya. “Aku belum pernah merasakannya, tuan,”jawab ibrahim. Pemilk kebun menuduh ibrahim berdusta . Ibrahim lantas shalat dikebun itu, tapi pemilik kebun menuduhnya berbuat riya dengan shalatnya. “Aku belum pernah melihat orang yang lebih riya dibanding kamu.” “Betul tuanku, ini baru dosaku yang terlihat , yang tidak jauh lebih banyak lagi ,”jawabnya. Dia pun dipecat, lalu pergi.
Di perjalanan, ia menjumpai seorang pria sedang sekarat karena kelaparan. Buah delima tadi pun diberikannya. Sementara itu, tuannya terus mencarinya karena belum membayar upahnya. Ketika bertemu, Ibrahim meminta agar gajinya dipotong karena delima yang ia berikan kepada orang sekarat tadi. “Apa engkau tak mencuri selain itu?” tanya pemilik kebun. “Demi Allah, jika orang itu tidak sekarat, aku akan mengembalikan buah delimamu,” tegas Ibrahim.
Setahun kemudian, pemilik kebun mendapat pekerja baru. Dia kembali meminta dipetikan buah delima. Tukang baru itu memberikan yang paling manis. Pemilik kebun itu bercerita bahwa ia pernah memiliki tukang kebun yang paling dusta karena mengaku tak pernah mencicipi delima, memberi buah delima kepada orang yang kelaparan, minta dipotong upahnya untuk buah delima yang ia berikan kepada orang yang kelaparan itu. “Betapa dustanya dia,” kata pemilik kebun.
Tukang kebun yang baru lantas berujar, “Demi Allah, wahai majikanku. Akulah orang yang kelaparan itu. Dan tukang kebun yang engkau ceritakan itu dulunya adalah seorang raja yang lantas meninggalkan istananya karena zuhud.” Pemilik kebun pun menyesali tindakannya , “Celaka, aku telah menyia-yiakan kekayaan yang tak pernah aku temui.”
Menjelang kedatangannya di kota Makkah, para pemimpin dan ulama bersama-sama menunggunya. Namun tak seorang pun yang mengenali wajahnya. Ketika Kalifah yang diikutinya memasuki gerbang kota Makkah, seorang yang diutus menjemputnya bertanya kepada Ibrahim,”Apakah kamu mengenal Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang terkenal itu?” ”Untuk apa kamu menanyakan si ahli bid’ah itu ?” Ibrahim balik bertanya.
Mendapat jawaban yang tidak sopan itu, orang tersebut lantas memukul Ibrahim, dan menyeratnya menghadap pemimpin Makkah. Saat diintrogasi, jawaban yang keluar dari mulutnya tetap sama, “Untuk apa kalian menanyakan si ahli bid’ah itu?” Ibrahim pun disiksa karena dia dianggap menghina seorang ulama agung. Tetapi, dalam hatinya Ibrahim bersyukur diperlakukan demikian, ia berkata, “Wahai Ibrahim, dulu waktu berkuasa kamu memperlakukan orang seperti ini. Sekarang, rasakanlah olehmu tangan-tangan penguasa ini.
Banyak pelajaran yang bisa kita petik gan dari

dari pengalamannya memperbaiki diri, dari kesendiriannya menebus segala kesalahan dan kelalaian, dari keikhlasan, dan ketawadhuannya yang tak ternilai.



bundasholihaah memberi reputasi
1
1.7K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan