- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Asal Usul Kota Malang


TS
kukuh adiyans
Asal Usul Kota Malang
Quote:
Sekilas tentang Malang

Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan dikenal dengan julukan kota pelajar.

Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan dikenal dengan julukan kota pelajar.
Quote:
Sejarah


Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[3] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.[3][4]
Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal-usul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut.
Malangkuçeçwara (baca: Malangkusheswara) yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkuçeçwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkuçeçwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan kebatilan; angkuça (baca: angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan Içwara (baca: ishwara) yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkuçeçwara berarti "Tuhan telah menghancurkan kebatilan".
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.
Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya ''Ijen Boullevard'' dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkuçeçwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkuçeçwara.
Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
Spoiler for Balai Kota:

Spoiler for Masjid Agung:

Spoiler for Sungai Brantas:

Spoiler for Balai Kota:

Spoiler for Tugu kota:

Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[3] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.[3][4]
Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal-usul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut.
Malangkuçeçwara (baca: Malangkusheswara) yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkuçeçwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkuçeçwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan kebatilan; angkuça (baca: angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan Içwara (baca: ishwara) yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkuçeçwara berarti "Tuhan telah menghancurkan kebatilan".
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.
Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya ''Ijen Boullevard'' dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkuçeçwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkuçeçwara.
Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
Quote:
>> Tahun 1767 Kompeni Hindia Belanda memasuki Kota
>> Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
>> Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
>> Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
>> 1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
>> 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
>> 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
>> 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
>> 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
>> 1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang
>> Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
>> Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
>> Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
>> 1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
>> 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
>> 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
>> 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
>> 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
>> 1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang
Tambahan

Quote:
Tempat Wisata Di Kota Malang

Banyak wahana keren dan menarik di sana. Mulai dari wahana bermain untuk anak-anak, sampai wahana yang bisa dikunjungi oleh orang dewasa. Dari arsitektur bangunannya udah bergaya modern gitu. Kondisinya juga bersih, karena pengelolaan yang baik. Di Jatim Park juga banyak kok spot yang bagus untuk foto-foto..

Dari namanya udah bisa nebak kan? Yap! Tempat wisata ini emang hanya dibuka malam hari aja. Untuk wahana bermainnya juga bermacam-macam, ada yang rumah hantu, sepeda terbang, taman lampion, dan masih banyak lagi. Food court-nya juga memiliki konsep yang menakjubkan. Wisatawan akan disuguhi oleh show time, pertunjukan musik dan air, serta di langit-langitnya ada screen yang gedeeee banget. Bakal jadi malam yang romantis deh kalo maen kesana, banyak lampu-lampu dan ratusan lampion gitu..

Paduan antara segarnya air terjun dan hawa yang begitu sejuk. Coban Rondo punya ketinggian sekitar 40 m. Ditambah dengan temperatur pegunungan Malang yang terkenal dingin menambah kesejukan kunjungan wisata ke sana. Jangan sia siain kesegaran udara Gunung Kawi buat ngelupain segala kepenatan hidup, sejenak.

Di tempat ini nyedianin 5 jenis paket wisata dengan harga dan fasilitas yg berbeda-beda pula. Di sana, wisatawan bisa berkeliling perkebunan apel, memetik langsung buah apel dari pohonnya, bahkan langsung bisa memakannya. Eitts.. tapi setiap orang cuma boleh metik 3- 4 buah lho yaaa

Pulau Sempu adalah panorama eksotik dari segara anakan yangg cantik, pasir putih, & hutan mangrove yang mengelilingi pulau. Pulau ini tidak berpenduduk, mirip seperti Phi Phi Island yang ada di Thailand itu lho.. Air dari segara anakan itu datang dari deburan ombak yang menghantam karang dan masuk lewat celah karang yang berlubang

Wisatawan akan dimanjakan dengan hamparan bunga warna warni kaya di Belanda dan negara-negara di Eropo gitu.. Karena, tempat ini sendiri dulu didirikan oleh warga Belanda bernama Ruyter De Wildt sebagai tempat peristirahatan orang-orang Belanda. Disana ada kolam ikan ukuran besar, rumput lumut brwarna hijau segar, dan hamparan bunga cantik warna-warni seluas 4 hektar, mulai dari aster, carnation, hydrangea ,dll. Di lahan seluas 18 hektar ini, gak cuma ada kebun bunga aja, tapi juga banyak hiburan lainnya.

Pantai yang begitu eksotis, indaaah banget.. Pantai Sendang Biru sering dikatakan sebagai pintu masuk menuju pulau sempu, karena persis terletak di seberang Pulau Sempu. Keindahan Pantai Sendang Biru & Pulau Sempu sudah terkenal di kalangan wisawawan mancanegara lho.. buktinya banyak turis asing yang datang kesana.

Pantai ini memiliki garis pantai yang indah. Selain air laut yang biru beserta ombak besar yang saling berkejaran, di tengah-tengah lautan terdapat semacam bukit yang dari dalam laut. Di dekat pantai ada jembatan Bajul Mati. Dari sana, wisatawan bisa ngeliat tebing-tebing tinggi menjulang

Pantai ini letaknya tidak jauh dari Pantai Bajul Mati. Air lautnya yang biru, deburan ombak dan angin pantai yang sepoi-sepoi menambah keindahan suasana pantai. Kenapa namanya Goa China? Konon, goa di pantai ini dulu dijadikan tmpat bersembunyi serta tempat hidup sepasang suami istri dari etnis cina. Jangan salah, indah alam pantai ini tak beda jauh dari pantai Pulau Komodo lho..

Tempat wisata ini sangat cocok buat liburan bareng keluarga. Taman rekreasi ini memang sengaja di desain dengan nuansa alam, dan yang paling banyak diminati oleh anak-anak adalah permainan airnya yang menyasyikkan.
Spoiler for 1. Jatim Park:

Banyak wahana keren dan menarik di sana. Mulai dari wahana bermain untuk anak-anak, sampai wahana yang bisa dikunjungi oleh orang dewasa. Dari arsitektur bangunannya udah bergaya modern gitu. Kondisinya juga bersih, karena pengelolaan yang baik. Di Jatim Park juga banyak kok spot yang bagus untuk foto-foto..
Spoiler for 2. Batu Night Spectacular:

Dari namanya udah bisa nebak kan? Yap! Tempat wisata ini emang hanya dibuka malam hari aja. Untuk wahana bermainnya juga bermacam-macam, ada yang rumah hantu, sepeda terbang, taman lampion, dan masih banyak lagi. Food court-nya juga memiliki konsep yang menakjubkan. Wisatawan akan disuguhi oleh show time, pertunjukan musik dan air, serta di langit-langitnya ada screen yang gedeeee banget. Bakal jadi malam yang romantis deh kalo maen kesana, banyak lampu-lampu dan ratusan lampion gitu..
Spoiler for 3. Coban Rondo:

Paduan antara segarnya air terjun dan hawa yang begitu sejuk. Coban Rondo punya ketinggian sekitar 40 m. Ditambah dengan temperatur pegunungan Malang yang terkenal dingin menambah kesejukan kunjungan wisata ke sana. Jangan sia siain kesegaran udara Gunung Kawi buat ngelupain segala kepenatan hidup, sejenak.
Spoiler for 4. Kusuma Agrowisata:

Di tempat ini nyedianin 5 jenis paket wisata dengan harga dan fasilitas yg berbeda-beda pula. Di sana, wisatawan bisa berkeliling perkebunan apel, memetik langsung buah apel dari pohonnya, bahkan langsung bisa memakannya. Eitts.. tapi setiap orang cuma boleh metik 3- 4 buah lho yaaa

Spoiler for 5. Pulau Sempu:

Pulau Sempu adalah panorama eksotik dari segara anakan yangg cantik, pasir putih, & hutan mangrove yang mengelilingi pulau. Pulau ini tidak berpenduduk, mirip seperti Phi Phi Island yang ada di Thailand itu lho.. Air dari segara anakan itu datang dari deburan ombak yang menghantam karang dan masuk lewat celah karang yang berlubang
Spoiler for 6. Taman Rekreasi Selecta:

Wisatawan akan dimanjakan dengan hamparan bunga warna warni kaya di Belanda dan negara-negara di Eropo gitu.. Karena, tempat ini sendiri dulu didirikan oleh warga Belanda bernama Ruyter De Wildt sebagai tempat peristirahatan orang-orang Belanda. Disana ada kolam ikan ukuran besar, rumput lumut brwarna hijau segar, dan hamparan bunga cantik warna-warni seluas 4 hektar, mulai dari aster, carnation, hydrangea ,dll. Di lahan seluas 18 hektar ini, gak cuma ada kebun bunga aja, tapi juga banyak hiburan lainnya.
Spoiler for 7. Pantai Sendang Biru:

Pantai yang begitu eksotis, indaaah banget.. Pantai Sendang Biru sering dikatakan sebagai pintu masuk menuju pulau sempu, karena persis terletak di seberang Pulau Sempu. Keindahan Pantai Sendang Biru & Pulau Sempu sudah terkenal di kalangan wisawawan mancanegara lho.. buktinya banyak turis asing yang datang kesana.
Spoiler for 8. Pantai Bajul Mati:

Pantai ini memiliki garis pantai yang indah. Selain air laut yang biru beserta ombak besar yang saling berkejaran, di tengah-tengah lautan terdapat semacam bukit yang dari dalam laut. Di dekat pantai ada jembatan Bajul Mati. Dari sana, wisatawan bisa ngeliat tebing-tebing tinggi menjulang
Spoiler for 9. Pantai Goa China:

Pantai ini letaknya tidak jauh dari Pantai Bajul Mati. Air lautnya yang biru, deburan ombak dan angin pantai yang sepoi-sepoi menambah keindahan suasana pantai. Kenapa namanya Goa China? Konon, goa di pantai ini dulu dijadikan tmpat bersembunyi serta tempat hidup sepasang suami istri dari etnis cina. Jangan salah, indah alam pantai ini tak beda jauh dari pantai Pulau Komodo lho..
Spoiler for 10. Taman Rekreasi Sengkaling:

Tempat wisata ini sangat cocok buat liburan bareng keluarga. Taman rekreasi ini memang sengaja di desain dengan nuansa alam, dan yang paling banyak diminati oleh anak-anak adalah permainan airnya yang menyasyikkan.
Di
ya Gan
Kalau berkenan Gan

Kalau berkenan Gan

Diubah oleh kukuh adiyans 13-07-2013 15:13
0
8.9K
Kutip
95
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan