- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Matahari Tepat di Atas Mekkah, Cek Arah Kiblat 14-16 Juli!
TS
deegie507
Matahari Tepat di Atas Mekkah, Cek Arah Kiblat 14-16 Juli!
selamat malam agan2 semua, oiya mau share nih kl entar tanggal 14-16 juli Matahari Berada Tepat di Atas Mekkah,
Sebelumnya saya mohon maaf kl tulisannya kurang rapi, soalnya pake HP gan, langsung aja nih penjelasannya :
Sebelumnya saya mohon maaf kl tulisannya kurang rapi, soalnya pake HP gan, langsung aja nih penjelasannya :
Spoiler for gambar:
Spoiler for penjelasan:
KOMPAS.com - Sejenak mari kita mengalihkan perhatian dari seluk-beluk awal Ramadhan dan hari raya yang kerap berbeda, ke salah satu peristiwa menarik lainnya yang bakal terjadi dalam bulan suci Ramadhan 1434 H,
khususnya sepanjang 14-16 Juli 2013. Inilah momen
penting di mana Umat Islam berkesempatan untuk
mengkalibrasi kembali arah masjid/musalanya agar
berimpit dengan arah kiblat. Saat ini juga momen untuk menyegarkan kembali ingatan
kita bahwa khasanah astronomi dalam Islam tak melulu
berkutat pada kalender maupun penentuan awal bulan
kalender Hijriah semata, tetapi juga meliputi sejumlah
aspek lain termasuk arah kiblat. Pun inilah momen yang
mengingatkan kita kembali betapa hisab dan rukyat merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan sehingga
menceraikannya akan berakibat serius. Pada Minggu 14 Juli hingga Selasa 16 Juli 2013, tepatnya
pada pukul 12:27 waktu Mekkah yang bertepatan dengan
pukul 16:27 WIB di Indonesia, bakal terjadi peristiwa
istimewa di mana Matahari akan berkedudukan di titik
zenith dalam bola langit horizon kota suci Mekkah. Sederhananya, saat itu Matahari persis berada di atas
kiblat sehingga segala jenis benda yang tersinarinya pada
saat itu akan tepat sejajar dengan arah kiblat pada akurasi
yang cukup tinggi, sepanjang benda tersebut tepat tegak
lurus paras air rata-rata. Fenomena ini menarik untuk dicermati, mengingat dalam
realitasnya jumlah masjid/musala yang arahnya belum
berimpit dengan arah kiblat bagi Indonesia masih cukup
besar. Yakni merentang antara 60 hingga 80 %, merujuk
pada survei cepat yang pernah dilakukan Badan Hisab dan
Rukyat (BHR) DIY dan BHR Daerah Kebumen (Jawa Tengah) secara terpisah di daerahnya masing-masing
khususnya sepanjang 14-16 Juli 2013. Inilah momen
penting di mana Umat Islam berkesempatan untuk
mengkalibrasi kembali arah masjid/musalanya agar
berimpit dengan arah kiblat. Saat ini juga momen untuk menyegarkan kembali ingatan
kita bahwa khasanah astronomi dalam Islam tak melulu
berkutat pada kalender maupun penentuan awal bulan
kalender Hijriah semata, tetapi juga meliputi sejumlah
aspek lain termasuk arah kiblat. Pun inilah momen yang
mengingatkan kita kembali betapa hisab dan rukyat merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan sehingga
menceraikannya akan berakibat serius. Pada Minggu 14 Juli hingga Selasa 16 Juli 2013, tepatnya
pada pukul 12:27 waktu Mekkah yang bertepatan dengan
pukul 16:27 WIB di Indonesia, bakal terjadi peristiwa
istimewa di mana Matahari akan berkedudukan di titik
zenith dalam bola langit horizon kota suci Mekkah. Sederhananya, saat itu Matahari persis berada di atas
kiblat sehingga segala jenis benda yang tersinarinya pada
saat itu akan tepat sejajar dengan arah kiblat pada akurasi
yang cukup tinggi, sepanjang benda tersebut tepat tegak
lurus paras air rata-rata. Fenomena ini menarik untuk dicermati, mengingat dalam
realitasnya jumlah masjid/musala yang arahnya belum
berimpit dengan arah kiblat bagi Indonesia masih cukup
besar. Yakni merentang antara 60 hingga 80 %, merujuk
pada survei cepat yang pernah dilakukan Badan Hisab dan
Rukyat (BHR) DIY dan BHR Daerah Kebumen (Jawa Tengah) secara terpisah di daerahnya masing-masing
Spoiler for Arah kiblat Indonesia:
Kiblat merupakan hal esensial bagi Umat Islam, mengingat
shalat hanya bisa dinyatakan sah bila telah menghadap
kiblat. Dan segenap ulama dan cendekiawan Muslim
bersepakat bahwa kiblat berporos pada Ka’bah,
bangunan suci peninggalan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS. Arah hadap ke kiblat dikenal sebagai arah kiblat dan
menjadi elemen terpenting bagi masjid/musala di mana
pun. Dengan Ka’bah sebagai bangunan kecil di tengah
keluasan muka Bumi, pengukuran arah kiblat dari titik-titik
yang berjarak sangat jauh dari kota suci Makkah, akan
menemui kesulitan besar yang melampaui batas toleransi
alat ukur. Sebagai kompensasinya, kiblat alat ukur. Sebagai kompensasinya, kiblat alat ukur. Sebagai kompensasinya, kiblat alat ukur. Sebagai kompensasinya, kiblat perlu
didefinisikan secara tersendiri dibanding Ka’bah. Sehingga, bila pengukuran dilakukan, kaidah tidak
memberatkan dalam beragama tetap terpenuhi. Namun
kiblat masih tetap berhubungan erat dengan Ka’bah. Dalam konteks ini, saya, Muh. Ma’rufin Sudibyo (2011)
melontarkan gagasan untuk mendefinisikan ulang kiblat
sebagai area lingkaran beradius 45 km berpusat di
Ka’bah yang melingkupi segenap batas-batas tanah suci
Mekkah. Usulan ini didasarkan fakta bahwa arah Masjid
Nabawi dan Masjid Quba’, dua masjid bersejarah yang dibangun sendiri oleh Nabi SAW, ternyata menyudut
terhadap arah kiblat masing-masing sebesar 3 dan 7,5
derajat. Dengan status Nabi SAW yang ma’shum (terbebas dari
kesalahan) dan perbuatan/kata-katanya menjadi salah
satu sumber hukum, maka realitas arah Masjid Nabawi dan
Masjid Quba’ menjadi acuan mengonstruksi definisi baru
tentang kiblat. Arah kiblat tak bisa lepas dari jarak terdekat antara
sebuah titik di muka Bumi dengan kiblat. Secara umum,
jarak terdekat antara dua titik di permukaannya adalah
melalui busur lingkaran besar (orthodrom), bukan
melewati sisi miring yang mematuhi teorema Phytagoras
dalam bidang datar (loksodrom). Hal ini karena bentuk Bumi yang bulat pepat (geoida), sehingga permukaannya
melengkung. Penggunaan konsep loksodrom bagi muka Bumi akan
membuat jarak yang terhitung jauh lebih besar dibanding
senyatanya. Misalnya, dalam kasus jarak antara Sabang
(Indonesia) dan Mekkah (Saudi Arabia), yang sejatinya
hanya 6.214 km. Namun, jika konsep loksodrom
dipaksakan maka akan diperoleh nilai 8.063 km atau 1.849 km lebih besar. Dengan mengikuti jarak terdekat itu, maka arah kiblat
merupakan besaran azimuth dengan nilai tertentu dalam
bola langit horizon. Arah kiblat di Indonesia bervariasi di antara nilai azimuth
290,15 hingga 295,55 dengan toleransi yang diperbo290,15 hingga 295,55 dengan toleransi yang diperbo290,15 hingga 295,55 dengan toleransi yang diperbo290,15 hingga 295,55 dengan toleransi yang diperbolehkan
bagi setiap titik hanyalah sebesar 0,5 derajat. Untuk
mempermudah menerjemahkan angka-angka ini, mempermudah menerjemahkan angka-angka ini, mempermudah menerjemahkan angka-angka ini, mempermudah menerjemahkan angka-angka ini, secara
sederhana konsep azimuth dapat kita bayangkan seperti
arah-arah mata angin, hanya saja tiap arah dipatok pada nilai tertentu. Arah utara memiliki azimuth 0, sementara timur azimuth
90, selatan dengan azimuth 180 dan barat mempu90, selatan dengan azimuth 180 dan barat mempu90, selatan dengan azimuth 180 dan barat mempu90, selatan dengan azimuth 180 dan barat mempunyai
azimuth 270. Nilai terkecil arah kiblat Indonesia terjadi di
Kabupaten Merauke (Papua) sementara yang terbesar
adalah Kabupaten Manna (Bengkulu)
shalat hanya bisa dinyatakan sah bila telah menghadap
kiblat. Dan segenap ulama dan cendekiawan Muslim
bersepakat bahwa kiblat berporos pada Ka’bah,
bangunan suci peninggalan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS. Arah hadap ke kiblat dikenal sebagai arah kiblat dan
menjadi elemen terpenting bagi masjid/musala di mana
pun. Dengan Ka’bah sebagai bangunan kecil di tengah
keluasan muka Bumi, pengukuran arah kiblat dari titik-titik
yang berjarak sangat jauh dari kota suci Makkah, akan
menemui kesulitan besar yang melampaui batas toleransi
alat ukur. Sebagai kompensasinya, kiblat alat ukur. Sebagai kompensasinya, kiblat alat ukur. Sebagai kompensasinya, kiblat alat ukur. Sebagai kompensasinya, kiblat perlu
didefinisikan secara tersendiri dibanding Ka’bah. Sehingga, bila pengukuran dilakukan, kaidah tidak
memberatkan dalam beragama tetap terpenuhi. Namun
kiblat masih tetap berhubungan erat dengan Ka’bah. Dalam konteks ini, saya, Muh. Ma’rufin Sudibyo (2011)
melontarkan gagasan untuk mendefinisikan ulang kiblat
sebagai area lingkaran beradius 45 km berpusat di
Ka’bah yang melingkupi segenap batas-batas tanah suci
Mekkah. Usulan ini didasarkan fakta bahwa arah Masjid
Nabawi dan Masjid Quba’, dua masjid bersejarah yang dibangun sendiri oleh Nabi SAW, ternyata menyudut
terhadap arah kiblat masing-masing sebesar 3 dan 7,5
derajat. Dengan status Nabi SAW yang ma’shum (terbebas dari
kesalahan) dan perbuatan/kata-katanya menjadi salah
satu sumber hukum, maka realitas arah Masjid Nabawi dan
Masjid Quba’ menjadi acuan mengonstruksi definisi baru
tentang kiblat. Arah kiblat tak bisa lepas dari jarak terdekat antara
sebuah titik di muka Bumi dengan kiblat. Secara umum,
jarak terdekat antara dua titik di permukaannya adalah
melalui busur lingkaran besar (orthodrom), bukan
melewati sisi miring yang mematuhi teorema Phytagoras
dalam bidang datar (loksodrom). Hal ini karena bentuk Bumi yang bulat pepat (geoida), sehingga permukaannya
melengkung. Penggunaan konsep loksodrom bagi muka Bumi akan
membuat jarak yang terhitung jauh lebih besar dibanding
senyatanya. Misalnya, dalam kasus jarak antara Sabang
(Indonesia) dan Mekkah (Saudi Arabia), yang sejatinya
hanya 6.214 km. Namun, jika konsep loksodrom
dipaksakan maka akan diperoleh nilai 8.063 km atau 1.849 km lebih besar. Dengan mengikuti jarak terdekat itu, maka arah kiblat
merupakan besaran azimuth dengan nilai tertentu dalam
bola langit horizon. Arah kiblat di Indonesia bervariasi di antara nilai azimuth
290,15 hingga 295,55 dengan toleransi yang diperbo290,15 hingga 295,55 dengan toleransi yang diperbo290,15 hingga 295,55 dengan toleransi yang diperbo290,15 hingga 295,55 dengan toleransi yang diperbolehkan
bagi setiap titik hanyalah sebesar 0,5 derajat. Untuk
mempermudah menerjemahkan angka-angka ini, mempermudah menerjemahkan angka-angka ini, mempermudah menerjemahkan angka-angka ini, mempermudah menerjemahkan angka-angka ini, secara
sederhana konsep azimuth dapat kita bayangkan seperti
arah-arah mata angin, hanya saja tiap arah dipatok pada nilai tertentu. Arah utara memiliki azimuth 0, sementara timur azimuth
90, selatan dengan azimuth 180 dan barat mempu90, selatan dengan azimuth 180 dan barat mempu90, selatan dengan azimuth 180 dan barat mempu90, selatan dengan azimuth 180 dan barat mempunyai
azimuth 270. Nilai terkecil arah kiblat Indonesia terjadi di
Kabupaten Merauke (Papua) sementara yang terbesar
adalah Kabupaten Manna (Bengkulu)
Spoiler for Rukyat arah Kiblat:
Layaknya yang terjadi dalam penentuan awal Ramadhan
dan hari raya, salah satu masalah dalam khasanah arah
kiblat di Indonesia adalah dipaksa pisahnya hisab
terhadap rukyat arah kiblat. Perbedaan dalam sistem hisab arah kiblat memang nyaris
tak dijumpai, tak seperti penentuan awal bulan kalender
Hijriyyah yang ragamnya sampai 26 macam. Tetapi, akibat
kurang dipahaminya tata cara rukyat arah kibla,t
membuat masjid/musala di Indonesia yang jumlahnya
mencapai lebih dari 800.000 buah (hanya yang terdaftar di Kementerian Agama) didominasi oleh masjid/musala yang
arahnya menyudut (tak berimpit) terhadap arah kiblat
Indonesia. Inilah yang memicu heboh arah kiblat pada 2010 silam,
saat arah kiblat dianggap bergeser karena beragam
sebab.Padahal, yang terjadi adalah masjid/musala itu
sejak awal pembangunannya memang tidak berimpit
dengan arah kiblat. Masjid/musala di Indonesia umumnya berdiri di atas lahan
yang terbatas. Sehingga, arsitektur bangunannya
disesuaikan dengan luasan lahan dan hanya barisan shalat
(shaff)-nya yang disesuaikan terhadap arah kiblat. Rukyat
arah kiblat yang terpopuler adalah yang berdasarkan
kompas magnetik. Namun, harus digarisbawahi bahwa penggunaan kompas
magnetik mengandung risiko tersendiri, mengingat
kinerjanya yang sangat dipengaruhi oleh garis-garis
medan magnet Bumi setempat. Kontur lahan tak rata,
konsentrasi logam ferromagnetik dalam tanah/bangunan,
tidak berimpitnya kutub utara Bumi dengan kutub utara magnetik Bumi, kedekatan dengan jaringan listrik
bertegangan sangat tinggi hingga aktivitas cuaca
antariksa dalam wujud badai Matahari merupakan
variabel-variabel yang dapat mengganggu jarum kompas
hingga demikian signifikan. Untuk meminimalisir gangguan-gangguan tersebut,
rukyat arah kiblat umumnya memanfaatkan benda-benda
langit tertentu sebagai patokan azimuth. Salah satunya
adalah Matahari. Bila menggunakan Matahari, terdapat
momen khusus pada akhir Mei dan pertengahan Juli di
setiap tahun Masehi (Tarikh Umum). Sebab, pada saat itu, Matahari berkedudukan persis di atas kiblat. Cukup dengan menggunakan pendulum berbobot cukup
yang tergantung pada sebuah stasioner dan jam yang
telah dikalibrasikan terhadap waktu standar, rukyat arah
kiblat dapat dilaksanakan. Pada 14 hingga 16 Juli 2013, jika jam tepat menunjukkan
pukul 16:27 WIB atau 17:27 WITA, bayang-bayang
pendulum tepat berimpit dengan arah kiblat setempat.
Inilah rukyat arah kiblat yang sederhana dan praktis,
namun terjamin akurasinya
dan hari raya, salah satu masalah dalam khasanah arah
kiblat di Indonesia adalah dipaksa pisahnya hisab
terhadap rukyat arah kiblat. Perbedaan dalam sistem hisab arah kiblat memang nyaris
tak dijumpai, tak seperti penentuan awal bulan kalender
Hijriyyah yang ragamnya sampai 26 macam. Tetapi, akibat
kurang dipahaminya tata cara rukyat arah kibla,t
membuat masjid/musala di Indonesia yang jumlahnya
mencapai lebih dari 800.000 buah (hanya yang terdaftar di Kementerian Agama) didominasi oleh masjid/musala yang
arahnya menyudut (tak berimpit) terhadap arah kiblat
Indonesia. Inilah yang memicu heboh arah kiblat pada 2010 silam,
saat arah kiblat dianggap bergeser karena beragam
sebab.Padahal, yang terjadi adalah masjid/musala itu
sejak awal pembangunannya memang tidak berimpit
dengan arah kiblat. Masjid/musala di Indonesia umumnya berdiri di atas lahan
yang terbatas. Sehingga, arsitektur bangunannya
disesuaikan dengan luasan lahan dan hanya barisan shalat
(shaff)-nya yang disesuaikan terhadap arah kiblat. Rukyat
arah kiblat yang terpopuler adalah yang berdasarkan
kompas magnetik. Namun, harus digarisbawahi bahwa penggunaan kompas
magnetik mengandung risiko tersendiri, mengingat
kinerjanya yang sangat dipengaruhi oleh garis-garis
medan magnet Bumi setempat. Kontur lahan tak rata,
konsentrasi logam ferromagnetik dalam tanah/bangunan,
tidak berimpitnya kutub utara Bumi dengan kutub utara magnetik Bumi, kedekatan dengan jaringan listrik
bertegangan sangat tinggi hingga aktivitas cuaca
antariksa dalam wujud badai Matahari merupakan
variabel-variabel yang dapat mengganggu jarum kompas
hingga demikian signifikan. Untuk meminimalisir gangguan-gangguan tersebut,
rukyat arah kiblat umumnya memanfaatkan benda-benda
langit tertentu sebagai patokan azimuth. Salah satunya
adalah Matahari. Bila menggunakan Matahari, terdapat
momen khusus pada akhir Mei dan pertengahan Juli di
setiap tahun Masehi (Tarikh Umum). Sebab, pada saat itu, Matahari berkedudukan persis di atas kiblat. Cukup dengan menggunakan pendulum berbobot cukup
yang tergantung pada sebuah stasioner dan jam yang
telah dikalibrasikan terhadap waktu standar, rukyat arah
kiblat dapat dilaksanakan. Pada 14 hingga 16 Juli 2013, jika jam tepat menunjukkan
pukul 16:27 WIB atau 17:27 WITA, bayang-bayang
pendulum tepat berimpit dengan arah kiblat setempat.
Inilah rukyat arah kiblat yang sederhana dan praktis,
namun terjamin akurasinya
Spoiler for sumber:
http://ramadhan.kompas.com/read/2013/07/12/1102227/Matahari.Tepat.di.Atas.Mekkah.Cek.Arah.Kiblat.14-16.Juli.
nona212 memberi reputasi
1
2.8K
Kutip
30
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan