Jakarta - Pasca insiden runtuhan pada 14 Mei 2013 lalu, kurang lebih 2 bulan PT Freeport Indonesia tidak mengoperasikan tambang bawah tanahnya di Papua. Selama 2 bulan Freeport menghentikan ekspor bijih atau konsentrat dari tambang di Papua.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rozik B. Soetjipto mengatakan, selama ini pembeli bijih tambang Freeport di Papua adalah berasal dari Spanyol, China, Korea, dan Jepang.
"Akibat dua bulan tidak beroperasi, kami terpaksa menghentikan ekspor ke pembeli kami seperti ke Spanyol, China, Jepang, dan Korea. Kalau mau bisa kami berikan datanya presentasi tiap-tiap pembeli kami," ujar Presiden Direktur Rozik B. Soetjipto dalam pesan singkatnya, Rabu (10/7/2013).
Pasalnya kata Rozik, baru 21 Juni 2013 lalu Freeport diberikan izin untuk kembali mengoperasikan tambang terbukanya setelah insiden 14 Mei 2013 lalu yang memakan korban 28 jiwa. Dan baru 9 Juli 2013 Freeport baru mendapatkan izin mengoperasikan tambang bawah tanah.
"Akibatnya produksi kita turun dari target 220.000 ton per hari bijih, saat ini hanya 160.000-170.000 ton bijih per hari. Dan untuk mengembalikan produksi seperti semula dibutuhkan waktu dua bulan untuk tambang under ground," ungkap Rozik.
Saat ini, Freeport lebih memfokuskan untuk memasok bijih ke pabrik smelter di Gresik, Jawa Timur.
"Produksi kita fokuskan untuk memasok pabrik di Gresik yang porsinya hingga 35%-40% dari total produksi, untuk pembeli lainnya sementara kita hentikan," ujar Rozik.
[url=http://finance.detik..com/read/2013/07/10/125914/2297854/4/ke-mana-selama-ini-freeport-menjual-hasil-tambangnya-di-papua ] [color=red][U][B]SUMBER[/B][/U][/color] [/url]