Kaskus

Entertainment

saerah groupAvatar border
TS
saerah group
(Renungan) APA ADANYA : Sebuah Renungan Beyond Belief
Tidak ada maksud SARA, mari kita renungankan topik dibawah ini.
AMBIL yang baik dan ABAIKAN yang buruk.
Just It

emoticon-I Love Kaskus (S) emoticon-No Sara Please emoticon-Matabelo emoticon-I Love Indonesia (S)

Suchness (apa adanya)
By: Osho - buku Razor's Edge

(Inisial percakapan : S = Osho, S = Sadhan)

S: Osho, ada 1 kata yg selalu menyentuh lubuk hati saya. Hanya dengan mengingatnya saja, serasa dapat menyembuhkan dan membw damai. Kata "suchness". Maukah anda berbincang tentang ini?

O: Sadhan, ini adalah salah satu kata yang amat penting. Diawali oleh Buddha Gotama. Bahasa masa itu adalah Pali. Bahasa ini sudah mati, namun beberapa kata-kata didalamnya karena amat penting, masih hidup dan dipakai hingga sekarang.
Kata Pali utk 'suchness' adlh 'Tathata'. Suchness hanya terjemahan yang mendekati saja karena dalam bahasa Inggris tak ada orang yang pakai kata tersebut ataupun pernah rasakan maknanya. Dan oleh karena kata 'tathata', Buddha Gotama disebut juga 'Tathagata'. Beliaulah orang pertama yang memakai kata tersebut dan memberi makna yang begitu dalam.

Jika kamu paham maknanya, hanya karena memahaminya saja, pasti akan dapat menyembuhkan batinmu, membawa ketenangan dan kedamaian besar padamu.

Tapi coba pahami dari sudut Buddha Gotama, karena beliaulah sumber otentik dari makna kata tersebut.

Jika ada seseorang datang kepada Buddha Gotama dan bilang, ”Saya buta”…. Jika orang yang sama ini pergi ke Jesus, mungkin ia akan disembuhkan dengan mukjizat.

Tapi saya katakan padamu bahwa Buddha melakukan mukjizat yang lebih besar. Begitu besarnya hingga sering kali kita sama sekali tidak melihatnya. Jika ada yang datang pada beliau dan bilang, ”Saya buta”… Buddha akan berkata, ”Saya tidak buta, saya sudah melihat seluruh dunia, namun kebahagiaan dan kedamaian sejati yang saya temukan adalah dengan mata tertutup. Terimalah kebutaanmu sebagai berkah”. ”Saya masih harus menutup mata, sedang kamu matanya sudah tertutup sendiri. Bahkan orang-orang yang coba menutup mata, bayangan-bayangan yang mereka lihat saat melek terus saja mengganggu. Kamu sungguh beruntung, kebutaanmu adalah berkah tersembunyi. Terimalah ia sebagai hadiah alam. Inilah cara alam menempatkanmu. Inilah makna dari 'tathata' – bahwa buta itu juga sudah sempurna; tak ada yang hilang, kamu hanya perlu belajar bagaimana cara memakai kebutaan tersebut untuk pertumbuhan batinmu.

”Orang-orang yang memiliki mata harus belajar bagaimana memakai mata mereka; demikian pula kamu harus belajar bagaimana memakai kebutaanmu. Dan saya katakan bahwa posisimu adalah lebih baik daripada yang bisa melihat. Relax, dan bersyukurlah pada kondisi yang tidak mengganggu pikiranmu dengan melihat. Kamu sudah tidak ada gangguan dari sononya, tanpa images. Awalmu sudah tenang dan damai.

Karena inilah sikap mental Budha terhadap segala sesuatu, maka 'tathata' menjadi dasar ajarannya. Saat ajaran Buddha diterjemahkan ke bahasa Inggris, mereka tak mampu menerjemahkan banyak kata secara tepat. Namun kebetulan 'suchness' memiliki rasa yg mirip dengan 'tathata'. Kamu buta – begitulah adanya. Terimalah secara penuh kondisi apa adanya. Jangan bersedih, karena jutaan orang punya mata dan apa yang mereka lakukan dengan mata mereka?

Saya hendak share satu kisah tentang Jesus yang tidak dikeluarkan oleh umat Kristen, karena janggal. Saat mereka menyusun Testamen Baru, 300 tahun setelah Jesus disalib, mereka buang banyak kisah karena satu, sulit bagi mereka jelaskan, dan kedua untuk menghindari kontradiksi. Ini adalah salah satu kisah yang sudah dibuang, namun disimpan oleh kaum Sufi.

Kisahnya sebagai berikut… Jesus masuk ke satu kota dan melihat seorang pemuda sedang mengejar pramuria. Matanya penuh birahi dan tubuhnya berbau nafsu. Jesus mencegah anak muda tersebut dan berkata, ”Sadarkah apa yang sedang Anda lakukan?”

Pemuda tersebut langsung ngamuk dan berkata, ”Saya dulunya buta. Andalah yang membuat saya bisa melihat; jika tidak maka saya tidak akan tahu ada pramuria. Kamu lah yang bertanggung jawab untuk ini. Dengan memberi saya mata, kamu telah memberi saya begitu banyak masalah. Saat saya buta, semua orang bersimpati pada saya. Ketika buta saya tidak ada tanggung jawab, orang-orang sangat baik dan ramah – mereka beri makanan, pakaian dan tempat untuk saya. Dengan pemberian mata dari mu, kamu telah mengambil pergi semua itu. Sekarang saya harus banting tulang seharian untuk sesuap nasi. Dan menurutmu bagaimana bila saya melihat wanita cantik dan birahi saya muncul? apa yang mesti saya lakukan?”

Jesus tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya, bahwa seorang buta akan begitu menderita saat matanya disembuhkan. Jesus sangat sedih jadinya. Meninggalkan si pemuda karena beliau tidak ada jawaban untuknya. Lalu beliau masuk ke kota lain dan melihat seorang lain yang mabuk berat dan jatuh ke dalam got. Jesus mengguncang orang tersebut dan bertanya, ”Apa hidupmu layak di sia-siakan dengan cara ini?”
Org tersebut membuka mata dan berkata, ”Betul–kmu lah orang yang menghidupkan saya; saya sudah mati sebelumnya. Dan sekarang jadi begitu banyak masalah, begitu banyak kecemasan yang tanpa minum arak saya tak bisa tidur. Mengapa kamu hidupkan saya? Saya sudah mati! Siapa yang memberimu hak? Saya tak pernah minta dihidupkan kembali."

Jesus amat terkejut. Beliau mengira sudah membantu orang banyak, namun ternyata hasilnya terbalik. Beliau tidak jadi masuk kota. Merasa begitu susah hati, beliau keluar kota pergi meditasi dan berdoa pada Tuhan, ”Tolong berikan saya kejernihan – apa yang mesti saya lakukan?"

Keseluruhan kisah tersebut telah disingkirkan dari Testamen Baru karena akan jadi masalah besar bagi agamawan Kristen. Pendekatan nya berpegang pada mukjizat Jesus; mereka memuja mukjizat tersebut dan kisah ini kontradiksi dengan konsep tersebut.

Pendekatan Buddha Gotama adalah apapun yang terjadi, relakan terjadi, diterima dengan lapang dada. Inilah apa adanya kehidupan. Berdiamlah dalam sikap mental apa adanya demikian... begitulah yang dikehendaki oleh alam semesta, dan saya adalah bagian darinya; saya tak bisa menentang kehendak alam.

Tentu saja bila anda paham tentang ini, ia akan memberikan anda kestabilan batin yg besar. Ia akan membantumu untuk tidak menentang keberadaan/ arus tapi mengalir saja, membiarkan sungai kehidupan membawa mu menuju lautan bebas.

Sadhan, kamu benar saat bilang ada satu kata yang dapat menyentuh begitu dalam. Kata ini adalah "SUCHNESS.” Coba saja ingat-ingat di saat kacau, disaat menderita, di saat susah. Di masa tergelap hidupmu, coba saja ingat ”inilah kehendak kehidupan, dan saya adalah bagian didalamnya. Saya akan relax dengan kondisi demikian. Jika saya sudah berusaha sebatas mampuku dan memang ini kehendaknya, maka biarlah terjadi.”

Kaum Sufi telah melestarikan kisah ini karena mereka memiliki sikap mental yang sama dengan Buddha Gotama. Jika anda mendengar ajaran Sufi, anda akan terperanjat tentang satu hal. Dalam tiap kalimat selalu ada kata, ”Insya Allah.”

Jika anda bertanya, ”Dapatkah saya menjumpaimu besok?” – hal sepele – dia akan berkata, ”Insya Allah, kamu bisa datang. Bukan dalam kuasa saya. Apa yang akan terjadi besok, tidak dapat saya ramal. Sejauh diri saya, saya siap,
anda boleh datang. Namun ingat, saya tidak dapat pastikan, kamu juga tidak. Kita hanya bisa berdoa demikian.”

Mereka menggunakan kata "Insya Allah" begitu seringnya sehingga saat saya melihat kaum Sufi, saya bilang pada mereka, ”Ini dah kebangetan. Tiap kalimat selalu dimulai atau diakhiri atau diselipin dengan Insya Allah. Tidakkah kalian bosan dengannya?

Si Sufi berkata, Insya Allah, kadang bosan, kadang tidak, semuanya terserah pada Tuhan. Bukan kendali saya.

Buddha Gotama tidak memiliki Tuhan; pendekatannya lebih direct. Jika seseorg menghina dia dan murid-muridnya marah, beliau akan berkata, ”Kalian tidak mengerti, begitulah kondisinya. Orang itu tidak berdaya. Jika kamu dibesarkan dalam kondisi yang sama dengannya, dengan situasi yang sama, kamu mungkin juga telah menghina saya juga. Dan saya bisa melihat jelas bahwa ia tidak punya niat jahat. Semua yang bisa dilakukannya telah dilakukan. Dan semua yang bisa saya lakukan, sedang saya lakukan. Dia boleh menghina saya; begitulah apa adanya dia. Saya masih boleh memberi cinta dan welas asih saya pada nya; inilah apa adanya saya.”

Usul Sadhan untuk mengulas Suchness ini begitu bagus, sehingga dapat memberi manfaat pada semua orang. Hanya perlu ingat – bukan sebagai kata saja tapi sebagai rasa – SUCHNESS. Maka tiada lagi ngomel-ngomel, tiada keluhan, tiada keinginan agar hal jadi berbeda daripada apa adanya. Sikap mental penerimaan yang besar akan timbul. Bentuk penerimaan yang sejati dan otentik dari dasar batin.

emoticon-2 Jempol emoticon-I Love Indonesia
Diubah oleh saerah group 10-07-2013 14:14
0
2.4K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan