- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
JEMPOL nih...Belajar toleransi dari Manado
TS
master1972
JEMPOL nih...Belajar toleransi dari Manado

Kota Manado di Sulawesi Utara layak menjadi contoh berlakunya toleransi antar umat beragama. Mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan, namun agama lain: Katolik, Islam, Konghucu, Buddha, dan Yahudi, hidup tenang.
Itu pandangan Udin Tapi Satu, 44 tahun, pengurus Masjid Al-Falah, Teling Atas, Lingkungan Dua, Manado. "Jumlah muslim di lingkungan ini sekitar 200 kepala keluarga dan kami hidup berdampingan di sini," kata Udin kepada merdeka.com di rumah Rabbi Yobbi Ensel usai upacara persiapan Sabbath Jumat malam pekan lalu.
Jarak rumah Yobbi dengan masjid sekitar 20 meter, namun dia tidak merasa terganggu. Pengeras suara hanya digunakan saat azan, pengumuman kematian, dan takbir dua lebaran hingga pukul sepuluh malam. "Ada standar penggunaan, jarak mikrofon dengan mulut harus satu jengkal setengah biar tidak mengganggu orang sekitar sini," ujar Udin.
Lelaki kelahiran Toraja, Sulawesi Selatan, ini menjelaskan 30 meter dari masjid ada Gereja Masehi Injil Minahasa Yohanes, Teling Atas, Lingkungan Satu. Rata-rata penganut muslim di sekitar kediaman Yobbi asal Makassar, Jawa, hingga Nusa Tenggara Timur.
Yobbi menambahkan saban sepekan selepas Idul Fitri dan Idul Adha, pihak masjid mengundang seluruh warga dari berbagai agama untuk makan bersama. "Apalagi hari raya kurban, semua warga dapat daging, apapun agamanya," tuturnya.
Yohanes Katiandagho, 55 tahun, pensiunan Tentara Nasional Angkatan Darat berpangkat sersan mayor, mengiyakn pula soal indahnya toleransi di Manado. Tetangga Yobbi ini mengungkapkan di Peneleng, Minahasa, baru dibangun masjid bersebelahan dengan gereja milik sekolah seminari.
Seluruh warga menjaga pula kelancaran perayaan hari besar semua agama. Dia mencontohkan remaja masjid se-Manado bersama Pemuda Ansor dan Banser Nahdhatul Ulama menjaga gereja saat Natal, Paskah, perayaan lainnya. Pemuda gereja juga ikut mengamankan masjid-mnasjid dan lapangan saat salat Idul Fitri dan Idul Adha.
Pengusaha hiburan malam biasanya akan tutup tiga hari di awal dan akhir Ramadan. Jam buka tempat hiburan juga dikurangi. "Semua itu tidak perlu diminta kepada pengusaha, apalagi dengan penyisiran. Itu lahir dari kesadaran dan sudah berlangsung lama," ujar Katiandagho.
Lurah Teling Atas, Lingkungan Dua, Jemmy Saune, 40 tahun, juga tidak memprotes komunitas Yahudi beribadah di daerahnya. "Yang penting terbuka kepada semua masyarakat dan tidak boleh tertutup atau beribadah diam-diam, itu malah mencurigakan," kata Jemmy saat ditemui di kantornya Sabtu siang pekan lalu.
sumber: http://www.merdeka.com/khas/belajar-...manado-10.html
0
1.8K
13
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan