Nelayan Marunda Jadi Pemulung: Pak Jokowi, Tengok Kami!
Minggu, 7 Juli 2013 23:37 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nasib kurang beruntung juga dialami Edi Effendi (61), nelayan yang kini menjadi pemulung.

Edi yang memutuskan menjadi pemulung lantaran tak memiliki modal cukup karena harga solar naik, mengaku sebelum harga solar naik, biasanya dalam sekali melaut dia mampu mendapatkan uang sekitar Rp 50 ribu.

Namun, kini dia tak berani melaut karena tak memiliki cukup modal.

"Yah, saya enggak punya modal buat ngelaut. Biasanya modal Rp 100 ribu. Daripada enggak ada kerjaan, mendingan ngumpulin gelas plastik bekas di pinggir KBT (Kanal Banjir Timur)," ujar pria yang memiliki enam anak, Minggu (7/7/2013) siang.

Meski demikian, lanjut Edi, untuk pekerjaan yang baru ditekuninya, dia mampu mendapatkan gelas plastik bekas sebanyak dua karung, dengan masing-masing seberat sekitar 2 kilogram.

"Satu kilogram aja dibayar cuma Rp 2.5000. Sementara, saya paling cuma dapat empat kilogram. Kalau dijual sehari cuma dapat Rp 10 ribu saja," ungkap Edi.

Meski begitu, Edi mengakui perekonomian keluarganya cukup terbantu, karena anak pertamanya membuka warung.

"Alhamdulillah, buat masak ada juga, karena warung dari anak. Kalau anak enggak buka warung, bisa enggak makan saya sekeluarga," ucap Edi.

Edi pun berharap Pemprov DKI Jakarta setidaknya memerhatikan nasib para nelayan di sekitar Marunda Kepu.

"Harapan kami cuma satu. Tolong Pak Jokowi datang ke daerah sini, jangan datang ke Rusun Marunda saja. Tengok kami juga yang tinggal di perbatasan antara Jakarta Utara dengan Bekasi," pintanya. (*)

Nelayan : jangan di lupain dong pak, ane kan warga jakarta juga
Jokowi : sory ye, lagi sibuk...pencitraan....
nelayan :