- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
KOMNAS HAM jangan jadi alat akui HOMOSEKSUAL


TS
fusuysky
KOMNAS HAM jangan jadi alat akui HOMOSEKSUAL

Quote:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komas HAM) berencana membahas persoalan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Komisioner Komnas HAM Manager Nasution mengatakan, pembahasan LGBT itu akan menjadi salah satu agenda pada sidang paripurna Komnas HAM yang digelar Juli ini.
Menurut Manager, pembahasan soal LGBT ini sebenarnya sudah lama. Namun, Komnas HAM belum menentukan posisinya terkait hal ini. Masih ada perbedaan pendapat dalam tubuh Komnas HAM menyikapi ini. "Jangan terburu-buru menyimpulkan," kata Manager, Selasa (2/7).
Rencana itu langsung menuai kecaman dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua MUI Slamet Effendy Yusuf mengingatkan Komnas HAM agar pembahasan tentang LGBT itu tidak menjadi pintu untuk mengakui LGBT. Komnas HAM, katanya, mengutamakan sisi kemanusiaan dengan konseling daripada mempertimbangkan untuk memberikan pengakuan. “Mereka seharusnya diberikan konseling daripada diakui dan dibiarkan melakukan orientasi seksual yang keliru," ujar Slamet.
Menurut Slamet, mayoritas penduduk di Indonesia merupakan Muslim. Dalam Islam membebaskan kelompok LGBT bertindak sesuai orientasi seksualnya merupakan pelanggaran kemanusiaan yang telah diberikan Tuhan. Karena itu, Komnas HAM harus memikirkan solusi lain. “Saya rasa cara konseling jalan yang terbaik,” katanya.
Psikolog Dadang Hawari mengatakan, kelompok LGBT sebenarnya dapat disembuhkan. Sebab, LGBT merupakan penyimpangan atau kelainan orientasi seksual karena bukan dari gen, tapi akibat pengaruh lingkungan. Namun, Dadang mengatakan, kesembuhan harus diawali dari kesadaran sang pelaku LGBT untuk berubah. “Yang penting yang bersangkutan menyadari bahwa apa yang dia lakukan tidak sesuai fitrahnya," ujar Dadang.
Menurut Dadang, kesadaran internal untuk berubah inilah yang menjadi kendala untuk menyembuhkan kelompok LGBT. Sebab, para LGBT kerap menolak untuk memiliki orientasi seksual yang menyukai lawan jenis. Pengobatan dapat dilakukan, bergantung pada orientasi seksual setiap LGBT. Untuk pelaku biseksual atau penyuka sesama dan lawan jenis, Dadang menuturkan, harus diperiksa kejiwaannya beserta alat kelaminnya.
Untuk para LGBT, pengobatan dilakukan secara medis maupun psikis. Pengobatan medis yakni dengan pemberian obat-obatan untuk memperbaiki transmisi syarafnya kemudian diperkuat dengan konseling psikologis.
Dadang menyatakan, pengobatan juga harus dilakukan dari sisi sosial, yaitu dipisahkan agar tidak bergaul sesama pelaku LGBT. Selain itu, pelajaran agama juga diperlukan untuk membantu proses penyembuhan. “Karena kadang mereka tidak tahu agama. Jadi, diajarkan lagi bahwa laki-laki dan perempuan itu sudah disesuaikan fitrahnya dan diberikan keyakinan bahwa pintu taubat masih ada," ujar Dadang.
Menurut Manager, pembahasan soal LGBT ini sebenarnya sudah lama. Namun, Komnas HAM belum menentukan posisinya terkait hal ini. Masih ada perbedaan pendapat dalam tubuh Komnas HAM menyikapi ini. "Jangan terburu-buru menyimpulkan," kata Manager, Selasa (2/7).
Rencana itu langsung menuai kecaman dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua MUI Slamet Effendy Yusuf mengingatkan Komnas HAM agar pembahasan tentang LGBT itu tidak menjadi pintu untuk mengakui LGBT. Komnas HAM, katanya, mengutamakan sisi kemanusiaan dengan konseling daripada mempertimbangkan untuk memberikan pengakuan. “Mereka seharusnya diberikan konseling daripada diakui dan dibiarkan melakukan orientasi seksual yang keliru," ujar Slamet.
Menurut Slamet, mayoritas penduduk di Indonesia merupakan Muslim. Dalam Islam membebaskan kelompok LGBT bertindak sesuai orientasi seksualnya merupakan pelanggaran kemanusiaan yang telah diberikan Tuhan. Karena itu, Komnas HAM harus memikirkan solusi lain. “Saya rasa cara konseling jalan yang terbaik,” katanya.
Psikolog Dadang Hawari mengatakan, kelompok LGBT sebenarnya dapat disembuhkan. Sebab, LGBT merupakan penyimpangan atau kelainan orientasi seksual karena bukan dari gen, tapi akibat pengaruh lingkungan. Namun, Dadang mengatakan, kesembuhan harus diawali dari kesadaran sang pelaku LGBT untuk berubah. “Yang penting yang bersangkutan menyadari bahwa apa yang dia lakukan tidak sesuai fitrahnya," ujar Dadang.
Menurut Dadang, kesadaran internal untuk berubah inilah yang menjadi kendala untuk menyembuhkan kelompok LGBT. Sebab, para LGBT kerap menolak untuk memiliki orientasi seksual yang menyukai lawan jenis. Pengobatan dapat dilakukan, bergantung pada orientasi seksual setiap LGBT. Untuk pelaku biseksual atau penyuka sesama dan lawan jenis, Dadang menuturkan, harus diperiksa kejiwaannya beserta alat kelaminnya.
Untuk para LGBT, pengobatan dilakukan secara medis maupun psikis. Pengobatan medis yakni dengan pemberian obat-obatan untuk memperbaiki transmisi syarafnya kemudian diperkuat dengan konseling psikologis.
Dadang menyatakan, pengobatan juga harus dilakukan dari sisi sosial, yaitu dipisahkan agar tidak bergaul sesama pelaku LGBT. Selain itu, pelajaran agama juga diperlukan untuk membantu proses penyembuhan. “Karena kadang mereka tidak tahu agama. Jadi, diajarkan lagi bahwa laki-laki dan perempuan itu sudah disesuaikan fitrahnya dan diberikan keyakinan bahwa pintu taubat masih ada," ujar Dadang.
SUMBER
Saat semua fokus ke pengurangan subsidi BBM, BLSM, kebakaran hutan, orang - orang ini terus bergerak.

Tambahan
Quote:
“Cewek-cewek yang nongkrong di Mal Margo City Depok cantik-cantik ya .... Tapi, sayang, banyak yang 'belog',” ujar Wahyu, seorang pemuda yang kerap berkunjung ke mal di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.
'Belog' yang dimaksud Wahyu berasal dari kata 'belok', istilah untuk perempuan yang menyukai sesama jenis. Ada dua ciri 'belog', yaitu perempuan yang berdandan seperti laki-laki dengan rambut pendek dan perempuan yang berdandan sangat modis dan berambut panjang.
Usia mereka berkisar 14-21 tahun, kebanyakan siswi SMA dan ada juga beberapa siswi SMP. Mereka bergerombol dan nongkrong di tempat-tempat makan yang ada di mal, kafe, karaoke, diskotek, dan billiard. “Mereka datang bergerombol, enam hingga 10 orang. Ada yang karaokean, ada yang main billiard, ada juga yang cuma duduk-duduk,'' ujar Ibrahim, petugas keamanan karaoke Venus yang berada di Mal Detos.
Para 'belog' kerap nongkrong di mal setiap hari, mulai pukul 14.00 hingga 22.00 WIB. Setelah mal tutup, mereka pindah ke tempat-tempat karaoke hingga pukul 24.00 WIB. Di Depok, para belog bisa ditemui di Mal Depok, Margocity, ITC, Depok Town Square, Plaza Depok, dan tempat billiard Cannon di Jalan Margonda Raya. Di tempat publik tersebut, perempuan-perempuan muda itu tidak canggung berpelukan dan berciuman, selayaknya kekasih.
Maulana Said, wartawan lokal di Depok, mengatakan, para belog ini juga kerap mendekati siswi SMP dan SMA yang sedang jalan sendirian. Khususnya, mereka yang baru saja diputus oleh pacar atau dikhianati. “Sebaiknya jangan mudah dibujuk rayu oleh para cewek belog,” kata Maulana.
Aksi lain yang dilakukan para belog, yaitu menjajakan diri. Perempuan yang berperan sebagai cewek kerap menjajakan diri ke laki-laki hidung belang. Istilah mereka ngejob. Para belog dengan penampilan cowok berperan sebagai germo yang menawarkan 'pasangannya'.
Menurut Ibrahim, para belog yang berperan sebagai cewek juga mencari laki-laki hidung belang untuk menemani karaoke. Pihak karaoke tidak bisa melarang karena mereka merupakan pengunjung. “Tapi, aktivitas mereka kami pantau jika ada yang berbuat mesum di ruang karaoke akan kami tindak,” kata Ibrahim.
Penghasilan dari ngejob ini digunakan untuk biaya kebutuhan sehari-hari, seperti bayar kosan. Meski berstatus pelajar, kebanyakan para belog ini memilih tinggal bersama pasangannya di tempat-tempat kos yang memang cukup banyak terdapat di Depok.
Sebagian uang lainnya digunakan untuk membiayai gaya hidup mereka, seperti membeli pakaian model terbaru, telepon genggam, make up, dan rambut yang ditata di salon. Bahkan, ada pula yang menggunakan uang untuk membeli narkoba. “Kehidupan mereka sangat hedonis,” kata Maulana.
Seorang belog yang enggan menyebutkan namanya mengaku senang dengan kehidupan yang dijalaninya. Dalam pandangannya, pacaran dengan sesama perempuan lebih aman. “Ke mana-mana berdua bebas, cewek juga lebih setia, pengertian, dan nggak bakal hamil,” katanya.
Dia mengaku menjadi belog karena sakit hati pada laki-laki yang brengsek. “Banyak aturan, tapi banyak maunya. Kalau hamil tidak mau bertanggung jawab. Ini kehidupan gue sekarang, lebih bebas,” katanya.
Pelajar SMA di Depok ini menambahkan, ada ratusan belog di Depok. Para perempuan ini ada yang tergabung dalam Depok Belog Community (DBC). Tidak ada struktur organisasi di komunitas ini. Tapi setiap pekan, anggota DBC berkumpul di tempat makan di mal. Sebulan sekali, anggota belog dari Depok berkumpul dengan komunitas serupa dari kota lain di Taman Barito, Jakarta Selatan.
Pengamat sosial perkotaan dari Lembaga Kajian Lingkungan dan Sosial Depok (LKLSD) Hendra Kurniawan mengatakan, keberadaan komunitas ini merupakan realitas di masyarakat sekarang. Di Depok, kata dia, bahkan sudah menjadi gaya hidup di kalangan pelajar SMP dan SMA. Kondisi ini harus disikapi dengan bijak oleh semua kalangan, terutama pemerintah dan para ulama. “Untuk mencari solusinya,” kata Hendra.
Keberadaan belog bukan hanya terkait percintaan sesama jenis. Banyak perempuan muda yang sebenarnya memiliki orientasi seksual dengan lawan jenis, tapi berubah karena dipengaruhi anggota belog. Ini, sebut Hendra, pernah dialami beberapa siswi SMA di Depok. Dan yang cukup mengagetkan, kelompok cewek belog ini terus berkembang. "Penularannya sudah seperti virus, begitu cepat," papar aktivis lulusan Universitas Indonesia ini.
Sumber
'Belog' yang dimaksud Wahyu berasal dari kata 'belok', istilah untuk perempuan yang menyukai sesama jenis. Ada dua ciri 'belog', yaitu perempuan yang berdandan seperti laki-laki dengan rambut pendek dan perempuan yang berdandan sangat modis dan berambut panjang.
Usia mereka berkisar 14-21 tahun, kebanyakan siswi SMA dan ada juga beberapa siswi SMP. Mereka bergerombol dan nongkrong di tempat-tempat makan yang ada di mal, kafe, karaoke, diskotek, dan billiard. “Mereka datang bergerombol, enam hingga 10 orang. Ada yang karaokean, ada yang main billiard, ada juga yang cuma duduk-duduk,'' ujar Ibrahim, petugas keamanan karaoke Venus yang berada di Mal Detos.
Para 'belog' kerap nongkrong di mal setiap hari, mulai pukul 14.00 hingga 22.00 WIB. Setelah mal tutup, mereka pindah ke tempat-tempat karaoke hingga pukul 24.00 WIB. Di Depok, para belog bisa ditemui di Mal Depok, Margocity, ITC, Depok Town Square, Plaza Depok, dan tempat billiard Cannon di Jalan Margonda Raya. Di tempat publik tersebut, perempuan-perempuan muda itu tidak canggung berpelukan dan berciuman, selayaknya kekasih.
Maulana Said, wartawan lokal di Depok, mengatakan, para belog ini juga kerap mendekati siswi SMP dan SMA yang sedang jalan sendirian. Khususnya, mereka yang baru saja diputus oleh pacar atau dikhianati. “Sebaiknya jangan mudah dibujuk rayu oleh para cewek belog,” kata Maulana.
Aksi lain yang dilakukan para belog, yaitu menjajakan diri. Perempuan yang berperan sebagai cewek kerap menjajakan diri ke laki-laki hidung belang. Istilah mereka ngejob. Para belog dengan penampilan cowok berperan sebagai germo yang menawarkan 'pasangannya'.
Menurut Ibrahim, para belog yang berperan sebagai cewek juga mencari laki-laki hidung belang untuk menemani karaoke. Pihak karaoke tidak bisa melarang karena mereka merupakan pengunjung. “Tapi, aktivitas mereka kami pantau jika ada yang berbuat mesum di ruang karaoke akan kami tindak,” kata Ibrahim.
Penghasilan dari ngejob ini digunakan untuk biaya kebutuhan sehari-hari, seperti bayar kosan. Meski berstatus pelajar, kebanyakan para belog ini memilih tinggal bersama pasangannya di tempat-tempat kos yang memang cukup banyak terdapat di Depok.
Sebagian uang lainnya digunakan untuk membiayai gaya hidup mereka, seperti membeli pakaian model terbaru, telepon genggam, make up, dan rambut yang ditata di salon. Bahkan, ada pula yang menggunakan uang untuk membeli narkoba. “Kehidupan mereka sangat hedonis,” kata Maulana.
Seorang belog yang enggan menyebutkan namanya mengaku senang dengan kehidupan yang dijalaninya. Dalam pandangannya, pacaran dengan sesama perempuan lebih aman. “Ke mana-mana berdua bebas, cewek juga lebih setia, pengertian, dan nggak bakal hamil,” katanya.
Dia mengaku menjadi belog karena sakit hati pada laki-laki yang brengsek. “Banyak aturan, tapi banyak maunya. Kalau hamil tidak mau bertanggung jawab. Ini kehidupan gue sekarang, lebih bebas,” katanya.
Pelajar SMA di Depok ini menambahkan, ada ratusan belog di Depok. Para perempuan ini ada yang tergabung dalam Depok Belog Community (DBC). Tidak ada struktur organisasi di komunitas ini. Tapi setiap pekan, anggota DBC berkumpul di tempat makan di mal. Sebulan sekali, anggota belog dari Depok berkumpul dengan komunitas serupa dari kota lain di Taman Barito, Jakarta Selatan.
Pengamat sosial perkotaan dari Lembaga Kajian Lingkungan dan Sosial Depok (LKLSD) Hendra Kurniawan mengatakan, keberadaan komunitas ini merupakan realitas di masyarakat sekarang. Di Depok, kata dia, bahkan sudah menjadi gaya hidup di kalangan pelajar SMP dan SMA. Kondisi ini harus disikapi dengan bijak oleh semua kalangan, terutama pemerintah dan para ulama. “Untuk mencari solusinya,” kata Hendra.
Keberadaan belog bukan hanya terkait percintaan sesama jenis. Banyak perempuan muda yang sebenarnya memiliki orientasi seksual dengan lawan jenis, tapi berubah karena dipengaruhi anggota belog. Ini, sebut Hendra, pernah dialami beberapa siswi SMA di Depok. Dan yang cukup mengagetkan, kelompok cewek belog ini terus berkembang. "Penularannya sudah seperti virus, begitu cepat," papar aktivis lulusan Universitas Indonesia ini.
Sumber
Quote:
Sakit Hati kepada Pria, Alasan Wanita Jadi Lesbi?
Ada beberapa para wanita memilih menjadi cewek Belog alias remaja penyuka sejenis. Salah satunya adalah karena sakit hati kepada pria.
Salah seorang Cewek Belog, sebut saja namanya Bunga mengaku having fun menjalani kehidupan menyimpangnya tersebut. "Gue happy kok, kemana-mana berdua bisa bebas, pacaran sesama cewek itu lebih setia dan pengertian, dan nggak bakalan hamil," ujar Bunga tanpa malu-malu.
Siswi SMA di Depok, Jawa Barat, itu mengungkapkan, awalnya ia menjadi Cewek Belog karena sakit hati kepada pria. "Cowok banyak yang brengsek, banyak aturan tapi banyak 'maunya' kalau hamil tidak mau bertanggungjawab. Ini kehidupan gue sekarang, lebih bebas," tegasnya.
Menurut Bunga, jumlah cewek Belog di Depok ada ratusan lebih. Mereka tergabung dalam Depok Belog Community (DBC). Setiap satu pekan sekali mereka berkumpul bergiliran di beberapa tempat yang dipilih, seperti di tempat makan (pujasera) di Mal-Mal yakni di Margo City, Detos, ITC, Plasa Depok dan Mal Depok. "Sebulan sekali kami berkumpul bersama komunitas 'Belog' dari kota-kota lainnya di Taman Barito (Tambar), Jakarta Selatan," jelas Bunga.
Bunga mengatakan, tidak ada struktur organisasi komunitas para cewek Belog. Namun, setiap kelompok ada yang dipanuti. Dikatakan Bunga, sosok penyanyi duo The Virgin, Mita dan Dara menjadi ikon ideal bagi para cewek Belog.Bagi mereka grup band duo Indonesia yang berdiri pada akhir 2008 ini merupakan sebuah bentuk pengakuan keberadaan cewek-cewek Belog. Setidaknya itu tersaji dari syair dan video klip lagu berjudul 'Cinta Terlarang' yang dirilis pada 2009.
Sumber
Ada beberapa para wanita memilih menjadi cewek Belog alias remaja penyuka sejenis. Salah satunya adalah karena sakit hati kepada pria.
Salah seorang Cewek Belog, sebut saja namanya Bunga mengaku having fun menjalani kehidupan menyimpangnya tersebut. "Gue happy kok, kemana-mana berdua bisa bebas, pacaran sesama cewek itu lebih setia dan pengertian, dan nggak bakalan hamil," ujar Bunga tanpa malu-malu.
Siswi SMA di Depok, Jawa Barat, itu mengungkapkan, awalnya ia menjadi Cewek Belog karena sakit hati kepada pria. "Cowok banyak yang brengsek, banyak aturan tapi banyak 'maunya' kalau hamil tidak mau bertanggungjawab. Ini kehidupan gue sekarang, lebih bebas," tegasnya.
Menurut Bunga, jumlah cewek Belog di Depok ada ratusan lebih. Mereka tergabung dalam Depok Belog Community (DBC). Setiap satu pekan sekali mereka berkumpul bergiliran di beberapa tempat yang dipilih, seperti di tempat makan (pujasera) di Mal-Mal yakni di Margo City, Detos, ITC, Plasa Depok dan Mal Depok. "Sebulan sekali kami berkumpul bersama komunitas 'Belog' dari kota-kota lainnya di Taman Barito (Tambar), Jakarta Selatan," jelas Bunga.
Bunga mengatakan, tidak ada struktur organisasi komunitas para cewek Belog. Namun, setiap kelompok ada yang dipanuti. Dikatakan Bunga, sosok penyanyi duo The Virgin, Mita dan Dara menjadi ikon ideal bagi para cewek Belog.Bagi mereka grup band duo Indonesia yang berdiri pada akhir 2008 ini merupakan sebuah bentuk pengakuan keberadaan cewek-cewek Belog. Setidaknya itu tersaji dari syair dan video klip lagu berjudul 'Cinta Terlarang' yang dirilis pada 2009.
Sumber
Artis Idola turut berperan.

Diubah oleh fusuysky 03-07-2013 23:48
0
6.5K
Kutip
94
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan