Dalam jaman sekarang, bangsa kita terjebak dalam pemahaman nasionalisme yang keliru sehingga mengarah kepada Chauvinisme. Nasionalisme itu sendiri adalah cinta akan tanah air serta paham kebangsaan persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkan Chauvinisme adalah kesetiaan atau rasa cinta kepada tanah air secara berlebih-lebihan. Prilaku ini tidak hanya beredar dikalangan rakyat biasa, namun sudah merambah kalangan pejabat dan wakil rakyat yang notabene dianggap mumpuni untuk memimpin bangsa ini.

Banyak tindakan mereka yang mengatasnamakan rasa nasionalisme yang ternyata sebenarnya manisfestasi dari chauvinisme yang mereka miliki. Sifat dari Nasionalisme dan Chauvinisme sesungguhnya sesuatu yang sangat bertolak belakang. Nasionalisme menyebabkan kemajuan dan perkembangan bangsa sedangkan Chauvinisme justru menyebabkan kehancuran bangsa itu sendiri. Beberapa contoh tindakan yang dianggap Nasionalisme tapi sesungguhnya adalah Chauvinisme :

1. Pembatasan impor atau menutup impor barang luar negeri dengan alasan memajukan produk lokal. Sekilas hal ini kelihatan adalah benar, namun hal ini ternyata mematikan bangsa kita sendiri secara sistematis. Mengapa demikian ? Kita akan diajarkan bahwa untuk memajukan diri kita, kita perlu untuk "mematikan" orang lain. Jika toko anda sepi, bakarlah toko di sekitar anda yang ramai supaya langganan toko itu pindah ke toko anda. Bukankah hal ini justru merusak bangsa sendiri sehingga kita tidak mampu mengembangkan kemampuan bangsa kita untuk bersaing dengan produk luar negeri. Buktikan kepada dunia bahwa produk Indonesia kualitas dan harga tidak kalah dengan produk luar negeri, maka hal ini disebut Nasionalisme karena mengharumkan nama bangsa di dunia Internasional.

2. Kerusuhan-kerusuhan yang berlatar belakang SARA, dimana menonjolkan keunggulan suatu kelompok dengan mematikan kelompok lain yang dirasa lebih unggul dari kelompoknya. Kembali lagi dalam hal di atas bahwa hal ini tidak menyebabkan bangsa Indonesia terlihat hebat, namun dicaci maki oleh dunia karena menyebabkan kekerasan terhadap umat manusia. Nama Indonesia menjadi busuk di mata dunia. Bukankah hal ini berlawanan dengan semangat Nasionalisme ?

3. Merendahkan dan menyalahkan negara lain atas ketidakmampuan bangsa kita sendiri dalam mengatasi persoalan yang terjadi. Contoh kasus kebakaran hutan yang menyebabkan SIngapura mengalami kabut asap. Pejabat kita masih sempat-sempatnya menyalahkan negara Singapura yang dianggap belebihan dan kekanak-kanakan dalam berekasi. Saya sendiri berpikir bagaimana reaksi sang pejabat seandainya rumahnya saya asapi seperti itu ? Hal ini membuat dunia memandang Indonesia sebagai negara yang egois dan tidak mau disalahkan.

4. Pejabat, pejabat dan sekali lagi pejabat. Banyak dari mereka yang lebih takut kepada partai politik asal mereka daripada Tuhan. Mereka menggadaikan hati nurani mereka untuk kekayaan dunia. Korupsi dianggap kejahatan yang tidak perlu rasa malu lagi untuk dilakukan karena banyak yang "membela". Masuk penjara paling 4-5 tahun, namun menumpuk kekayaan 20 Milyar lebih. Hidup anak cucu terjamin. Tapi sadarkah bahwa uang dari korupsi adalah haram dan dosa dimana makanan dan pakaian yang dibeli dari uang itu akan masuk ke dlam tubuh dan berubah menjadi daging dan darah yang mengandung dosa untuk mereka dan anak cucu mereka. Akibatnya, Indonesia meluncur ke peringkat tertinggi dalam kasus korupsi tertinngi di dunia. Inikah nasionalisme ?

Masih banyak contoh yang dapat saya jabarkan, namun saya pikir tidak akan selesai dalam 20ribu karakter . Saya berharap agan-agan yang membaca mencoba untuk menyelami arti Nasionalisme secara benar dan lewat kita-kita yang sadar ini, bela nama Indonesia dengan cara yang benar karena kita semua mencintai negara kita ini.