- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ikut Geng Motor, Puluhan Siswa Tidak Naik Kelas


TS
Dhika4
Ikut Geng Motor, Puluhan Siswa Tidak Naik Kelas
Quote:
Gara-gara ikut geng motor, 22 murid Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Keramatwatu, Kabupaten Serang, dihukum tidak naik Kelas. Namun, setelah diprotes 22 orang tua murid, pihak SMPN 1 Keramatwatu mengubah keputusannya.
Pihak sekolah memutuskan, murid yang menerima keputusan tidak naik kelas dipersilakan melanjutkan pendidikannya di sekolah itu. Tetapi, bagi murid yang memaksakan naik kelas, statusnya naik kelas, tetapi dipersilakan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah lain.
“Jika wali murid bersikeras agar anaknya naik kelas, ya, harus “naksir”. Yang dimaksud naksir adalah naik kelas namun pindah sekolah atau diusir. Bagi yang berminat akan dibebaskan biaya masuk ke sekolah lain itu,” ujar Kepala Seksi (Kasi) Kesiswaan Bidang SMP pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Serang, Agus M saat mediasi SMPN 1 Kramatwatu dengan para orang tua murid di ruang kelas sekolah setempat, Selasa (2/7).
Bagi murid yang tidak naik kelas dan tetap belajar di sekolah itu, tetap akan diminta kesepakatan antara orang tua murid dengan pihak sekolah.
“Kesepakatannya, jika siswa melakukan kesalahan kembali orang tua murid mau dipanggil dan menerima konsekuensinya atas kebijakan yang sudah diberikan saat ini. Jika diberi sanksi harus menerima,” kata Agus.
Sebelumnya, ke-22 murid SMPN 1 Keramatwatu dinyatakan tidak naik kelas dan dikeluarkan dari sekolah. Tindakan ini dilakukan sekolah setelah ke-22 murid terbukti terlibat berbagai tindakan yang dinilai merugikan sekolah, di antaranya terlibat berbagai aksi yang dilakukan geng motor. Namun, keputusan itu diprotes para orang tua.
Mad Samad, orangtua Fajar Prtama, mengaku menerima keputusan sekolah yang menaikkan anaknya, tetapi harus mencari sekolah lain untuk melanjutkan pendidikannya.
“Saya menyetujui anak saya bisa naik kelas, meski harus pindah sekolah dan meminta janji ditepati untuk tidak mengeluarkan biaya pendaftaran ke sekolah lain,” ujar Mad Samad.
Sedangkan Heru Priyono, orang tua murid lain, lebih memilih anaknya tidak naik kelas dan tetap bersekolah di SMPN 1 Keramatwatu.
“Biar anak saya mendapatkan pelajaran bahwa kenakalan yang dilakukannya memiliki risiko seperti ini,” kata dia.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Kramatwatu Yana Suryana mengaku siap kembali mendidik dan melatih para siswa yang menerima tidak naik kelas yang masih ingin menimba ilmu sekolah tersebut .
“Itu pun orang tua dan muridnya harus menandatangani kesepakatan, jika murid terlibat kenakalan serupa lagi, terutama terlibat geng motor, konsekuensinya harus dikeluarkan. Kesepakatan itu harus diterima,” kata dia.
Pihak sekolah memutuskan, murid yang menerima keputusan tidak naik kelas dipersilakan melanjutkan pendidikannya di sekolah itu. Tetapi, bagi murid yang memaksakan naik kelas, statusnya naik kelas, tetapi dipersilakan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah lain.
“Jika wali murid bersikeras agar anaknya naik kelas, ya, harus “naksir”. Yang dimaksud naksir adalah naik kelas namun pindah sekolah atau diusir. Bagi yang berminat akan dibebaskan biaya masuk ke sekolah lain itu,” ujar Kepala Seksi (Kasi) Kesiswaan Bidang SMP pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Serang, Agus M saat mediasi SMPN 1 Kramatwatu dengan para orang tua murid di ruang kelas sekolah setempat, Selasa (2/7).
Bagi murid yang tidak naik kelas dan tetap belajar di sekolah itu, tetap akan diminta kesepakatan antara orang tua murid dengan pihak sekolah.
“Kesepakatannya, jika siswa melakukan kesalahan kembali orang tua murid mau dipanggil dan menerima konsekuensinya atas kebijakan yang sudah diberikan saat ini. Jika diberi sanksi harus menerima,” kata Agus.
Sebelumnya, ke-22 murid SMPN 1 Keramatwatu dinyatakan tidak naik kelas dan dikeluarkan dari sekolah. Tindakan ini dilakukan sekolah setelah ke-22 murid terbukti terlibat berbagai tindakan yang dinilai merugikan sekolah, di antaranya terlibat berbagai aksi yang dilakukan geng motor. Namun, keputusan itu diprotes para orang tua.
Mad Samad, orangtua Fajar Prtama, mengaku menerima keputusan sekolah yang menaikkan anaknya, tetapi harus mencari sekolah lain untuk melanjutkan pendidikannya.
“Saya menyetujui anak saya bisa naik kelas, meski harus pindah sekolah dan meminta janji ditepati untuk tidak mengeluarkan biaya pendaftaran ke sekolah lain,” ujar Mad Samad.
Sedangkan Heru Priyono, orang tua murid lain, lebih memilih anaknya tidak naik kelas dan tetap bersekolah di SMPN 1 Keramatwatu.
“Biar anak saya mendapatkan pelajaran bahwa kenakalan yang dilakukannya memiliki risiko seperti ini,” kata dia.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Kramatwatu Yana Suryana mengaku siap kembali mendidik dan melatih para siswa yang menerima tidak naik kelas yang masih ingin menimba ilmu sekolah tersebut .
“Itu pun orang tua dan muridnya harus menandatangani kesepakatan, jika murid terlibat kenakalan serupa lagi, terutama terlibat geng motor, konsekuensinya harus dikeluarkan. Kesepakatan itu harus diterima,” kata dia.
buka:shnews.co/detile-21573-ikut-geng-motor-puluhan-siswa-tidak-naik-kelas.html
saya cuma mau bilang: memangnya enak gak naik

0
4.5K
Kutip
81
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan