Tulisan ini saya dedikasikan bagi para korban konflik Ambon yg cukup lama yang disebabkan oleh kriminalitas biasa menjadi konflik SARA dan konflik sosial, saya tuliskan cuplikan-cuplikan peristiwa penting konflik ambon.
Agan yang baik adalah agan yg meninggalkan jejaknya kalau perlu Extra Cendolgan
“MIMPI” Buruk Yang Tidak Diinginkan
Masyarakat Maluku, baik Islam maupun Kristen, selalu hidup rukun satu dengan yang lain, saling bantu-membantu, dan menjalin kerja sama dalam mengatasi masalah-masalah hidup. Nilai-nilai ini merupakan cerminan kehidupan masyarakat Maluku. Namun, kerukunan dan kebersamaan itu tiba-tibaterusik oleh peristiwa yang tidak diinginkanoleh orang basudara. Konflik bernuansa SARA antara Umat Islam dan Kristen pecah, ribuan korban berjatuhan, ribuan keluarga kehilangan anak, istri, suami, ayah dan juga kehilangan ibu di samping harus kehilangan rumah, harta benda, dan pekerjaan. Transportasi, khususnya udara terhenti sementara, harga-harga sembako kian melonjak dan persedian makanan menipis dan kegiatan pendidikan terhenti. Aksi kekerasan merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan seluruh tatanan kehidupan bermasayarakat. Anak yang mungil, yang tidak berdosa, kehilangan kecerian mereka, kehilangan masa depan mereka.
“Mimpi” buruk itu dikehendaki oleh semua pihak (Islam-Kristen). Berbagai upaya untuk segera keluar dan terbangun dari mimpi buruk ini terus dilakukan agar kehidupan orang basudara kembali rukun, aman dan harmonis seperti sedia kala. Umumnya (Islam dan Kristen), sadar bahwa mimpi buruk itu harus segera berakhir dan diakhiri.
Perjalanan Awal-Akhir Konflik
Spoiler for 19 Januari 1999:
Kerusuhan di Batumerah Ambom, yang dipicu pertiakian antara Jopie Saiya dan Ferry Mual dengan Usman dan Rasid Walla di depan Bioskop Victoria, diperbatasan Batumerah-Mardika. Sejak itu, eskalasi kerusuhan meningkat isu anti BBM (Buton, Bugis, Makassar) merebak warga Buton, Bugis dan Makassar mulai mengalir keluar dari Ambon dan Maluku.
Spoiler for 28 Februari-1 Maret 1999:
Pemuka adata, kelapa desa, Tokoh Aama dan para Camat di Ambon, Haruku, Saparua dan Nusa Laut menandatangani kesepakatan damai di Makorem 174 Patimurra-Ambon.
Spoiler for 5 Maret 1999:
Kapolda Ambon Kolonel Karyono diganti Kolonel Bugis Saman. Satu Batalyon TNI-AD asal Makassar ditarik diganti Satu Batalyon Marinir dari Surabaya, satu bataliyon dari Purworejo dan Satu Bataliyon dari Situbondo.
Spoiler for 8 Maret 1999:
Dibentuk tim khusus untuk menangani kerusuhan Ambon yang dipimpin Mayjen Suaidy Marasabesy. Tapi kerusuhan terus berlanjut.
Spoiler for 12 Mei 1999:
Ikrar perdamaian Masyarakat Maluku (Ale Rasa Beta Rasa) ditandatangani pemimpin MUI Maluku, Gereja Katolik, dan Gereja Protestan Ambon di Lapangan Merdeka.
Spoiler for 27 Juli-Akhir Oktober 1999:
Bentrokan massa terus terjadi di Ambon, Maluku Utara mulai tersentuh kerusuhan di Malifut pada 19-20 Agustus
Spoiler for 22 Desember 1999:
Pertikaian di Wainibe, Buru Utara Barat, Kepulauan Buru.
Spoiler for 26,29 Desember 1999-Awal Januari 2000:
Menjelang tahun baru Maluku Utara menjadi lading pembantaian. Penyerbuan berturut-turut terjadi di Kecamatan Tobelo dan Galela di Halmahera, Maluku Utara.
Spoiler for 7 Januari 2000:
Tokoh-tokoh Islam di Jakarta menggelar tablig albar sejuta umat di Monas, seruan jihad muali dikobarkan.
Spoiler for 19 Januari 2000:
Gus Dur meminta mantan PM Belanda Ruud Lubbers membantu upaya rekonsiliasi dan pemulihan masyarakat Maluku. Soalnya, kelompok RMS disebit-sebut terlibat. Tapi pertikaian terus terjadi.
Spoiler for 6 April 2000:
Laskar Jihad unjuk kekuatan di Senayan, Jakarta. Mereka kemudian menggelar latihan jihad bersama di Bogor. Akhir April mereka mulai berangkat ke Ambon untuk berjihad.
Spoiler for 19 Juni 2000:
Serangan balik kelompok putih kubu pertahanan, kelompok Merah di Desa Duma, Galela, dan Tobelo Gereja Nita, gereja Kristen pertama di Maluku Utara hancur lebur dan ratusan jiwa melayang.
Spoiler for 22 Juni 2000:
Asrama Brimob Polda Maluku di kawasan Tantui, Kota Ambon diserang dan di bakar. Gudang Senjata di bobol.
Spoiler for 27 Juni 2000:
Pemrintah memberlakukan Darurat Sipil di seluruh kepulauan Maluku. Jam malam mulai diberlakukan di mana-mana aparat keamanan masih terus patrol dan berjaga di setiap perbatasan wilayah yang dianggap masih rawan konflik. Karung berisi pasir tampak masih menumpuk disetiap sudup perbatasan jalan.
Spoiler for 21 Januari 2001:
Sekitar 10 warga sipil tewas dan belasan lainya menderita luka-luka berat dan ringan akibat kontak senjataantara Batalyon Gabungan (Yon Gab) dan Marinir dengan sekelompok warga di kawasan perbatasan Batumerah-Mardika.
Spoiler for 20 Mei 2001:
Terjadi aksi penyusupan di rumah-rumah warga. Modusnya, orang-orang tak dikenal itu mendatangi rumah pada malam hari, lalu mengetuk pintu. Para penyusup ini akan membacok siapa saja yang membukakan pintu.
Spoiler for 27-28 Mei 2001:
Penyusupan terjadi di kawasan Soya kecil dan Karang Panjang. Kecamatan Sirimau. Akibatnya, tujuh warga meninggal di bacok dan 17 lainnya luka-luka, disamping dua penyusup tanpa nya juga tewas.
Spoiler for 27 Agustus 2001:
Sebuah Bom meledak di sebuah warung makan di kawasa Jl. Dr. Latumenten, Ambon, Ledakan di sekitar 50 meter dari rumah dinas Pangdam XVI/Patimura Brigjen TNI Mustopo itu menyebabkan dua orang tewas dan 16 luka-luka berat.
Spoiler for 31 Agustus 2001:
Anggota Brimob Polda Maluku Prada Sanel Ely dan anggota 737/ Masariku Pratu Rusly Hadi tewas tertembak di perairan Pulau Pombo, Kabupaten Maluku Tengah saat mwngawal warga yang naik speedboat.
Spoiler for 16 April 2002:
Penguasa Darurat Sipil di Maluku mengeluarkan larangan kepada masyarakat untuk berkeliaran tanpa sebab yang jelas pukul 24.00-05.00 WI
T
Spoiler for 21 April 2002:
Penguasa Darurat Sipil memperpanjang jam malam dari pukul 22.00-06.00 WIT
Spoiler for 11 Juni 2002:
Pangdam XVI/PTM, sekaligus Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) Maluku Mayjen TNI Djoko Santoso menerima penyerahan senjata berbagai jenis di pelataran Masjid Al-Fatah Ambon yang diwakili oleh Ustadz M. Attamimy mewakili Umat Islam Ambon.
Spoiler for 13 Juli 2003:
Kapolri Jenderal Pol Da’I Bachtiar, di Ambon mengatakan, status Darurat Sipil mungkin di cabut kalau daerah ini sudah memilik Gubernur Defenitif.
Spoiler for 16 Agustus 2003:
Karel Albert Ralhalu dan Mohammad Abdullah :atuconsina terpilih menjadi Gubernur dan Wagub Maluku periode 2003-2009.
Spoiler for 9 September 2003:
Menko Polhukam Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa Pers mengatakan, pemerintah segera mencabut status Darurat Sipil di Maluku menjadi Tertib Sipil.
Spoiler for 15 September 2003:
Maluku dinyataakan wilayah berstatus Tertib Sipil, setelah tiga tahun berstatus Darurat Sipil.
Spoiler for 5 Okober 2003:
Komando pengendalian Kemanan dan Ketertiban masyarakat dialihkan dari Pangdam XVI/PTM Mayjen TNI Agustadi selaku Pangkoopslihkam Maluku kepada Kapolda Maluku Brigjen Pol Bambang Sutrisno.
Spoiler for 3 November 2003:
Sejak peralhan status Darurat Sipil menjadi Tertib Sipil pada September 2003 di Prov. Maluku masyarakat menyerahkan 94 Bom Rakitan dan 77 unit senjati api rakitan kepada TNI/Polri.
Spoiler for 19 Desember 2003:
Jubir Ditjen Imigrasi Dep Kehakiman dan HAM Ade Endang Dachlan mengatakan Ketua Front Kedaualat Maluku (FKM) Alex Manuoouty melarikan diri dari Indonesia ke AS melewati jalur-jalur tidak resmi. Manuputty divonis empat tahun penjara terkait kasus makar.
Spoiler for 22 Desember 2003:
Kejaksaan Malkuku menangkap Pimpinan Yudikatif Front Kedaulatan Maluku (FKM) Samuel Waileruny di rumahnya di Pulo Gangsa Ambon.
Spoiler for 5 April 2004:
Pemilu Legislatif Maluku berjalan aman dan tertib. Situasi serupa juga terjadi saat kampanye pemilihan.
Spoiler for 25 April 2004:
Kerusuhan pecah setelah polisi membubarkan massa yang sedang memperingati HUT RMS
Terimaksih telah membaca
Sumber : Buku Djoko Santoso Merajut Harmoni di Bumi Raja-Raja/Hal 23-29.