Pegolf Profesional Wanita Indonesia Pertama dan Satu-satunya Lydia Tutup Usia
TS
akwilaobed
Pegolf Profesional Wanita Indonesia Pertama dan Satu-satunya Lydia Tutup Usia
Spoiler for Beritanya:
Satu-satunya pegolf profesional wanita Indonesia, Lydia Ivana Jaya meninggal dunia dalam usia 28 tahun. Ia mengembuskan nafas terakhir pada Senin pagi pukul 07:55 di RS.Husada Utama Surabaya karena sakit paru-paru.
Jenazah saaat ini disemayamkan di Rumah Duka Adi Jasa, Jl.Demak 90 Surabaya dan rencananya akan di kremasi pada Selasa (18/6). Lydia, pegolf putri Indonesia beralih menjadi pegolf professional sejak 2009 .
“Kata bapaknya sudah dua minggu dirawat di RS Husada Utama. Kita cuma punya satu pegolf profesional wanita dan sekarang sudah tidak ada,” ujar pengurus Persatuan Golf Indonesia (PGI), Dian Mariyun melalui pesan elektroniknya.
Sebelum terjun ke pro, Lydia merupakan pegolf amatir papan atas nasional. Perempuan kelahiran Sidoarjo ini juga mulai menekuni karir kepelatihan.
PRESTASI Lidya Ivana Jaya memang baru meroket ketika menekuni golf. Meski demikian, prestasi sebelumnya tidak sepi. Sebaliknya, sejak serius terjun di cabor renang, dia sering mendapat trofi dan medali. Meski, piala dan medali itu diperoleh dari even kecil-kecilan, seperti kejuaraan daerah, krapda, dan krapsi. Saking banyaknya, dia sampai bingung mau menyimpan piala-piala tersebut di mana.
Saat itu, banyak trofi yang berbentuk piala (tempat minum). Ukurannya juga mungil, hanya sekitar 15 cm. Lely suka menggoda Lidya. ”Saya bilang, ’Nik, kalau cari trofi yang bentuknya gini-gini ya. Kumpulin yang banyak. Nanti kalau kamu nikah, itu bisa jadi tempat minum tamu,” papar Lely.
Saat mendengar gurauan sang mama, Lidya hanya tersenyum kecut. “Aneh nih mama. Masak, tamu disuruh minum dari piala,” ujarnya. Dia dan sang bunda punya banyak pengalaman lucu. Selama Ketut berkeliling dunia untuk menjalankan bisnis garmennya beberapa tahun lalu, Lidya kecil menjadi satu-satunya hiburan bagi Lely.
Ada masa ketika Lely termenung sendiri karena kangen pada Ketut yang lama belum pulang. Lidya mendekati sang bunda yang tampak sedih. Dia bertanya, ”Mama kenapa?” Lely menjawab sekenanya, ”Lagi nggak punya uang, Nik.” Apa yang dilakukan Lidya, Gadis yang saat itu masih berusia sekitar delapan tahun itu mengumpulkan beberapa medali emas dari beberapa kejuaraan. Medali tersebut lalu diserahkan kepada mamanya.
”Dia bilang, ’Ini, Ma, jual aja biar dapat duit.’ Lha, saya bengong. Medali krempyeng begitu mana bisa dijual?” tuturnya. Lidya menuturkan, kenangan masa kecil bersama sang bunda memang lucu-lucu.
Sayang, kebersamaan itu tidak lagi tampak untuk urusan-urusan lain. Terutama untuk hal-hal yang cewek banget. Misalnya, nge-mal dan belanja. Sebab, Lidya sangat tomboi. Dia tidak suka dandan. Apalagi melakukan kegiatan-kegiatan yang wajar dilakukan perempuan.
”Saya orang yang lebih suka ngendon di lapangan. Kalau untuk golf, mau diminta kapan aja, saya berangkat,” ungkap Lidya. ”Tapi, kalau mau ke mal, saya mikir dulu. Lamaaaa gitu. Mau beli apa, ya? Kalau tujuannya sudah jelas, barulah berangkat. Saya hanya beli barang itu, lalu langsung pulang,” imbuh pengagum pegolf andalan Amerika Serikat, Paula Creamer itu.
Sebagai penghargaan buat almarhum akan diadakan acara “Tribute to Lydia Ivana Jaya” pada hari Senin, 24 Juni 2013 di Lapangan Golf “Imperial Klub Golf” pagi hari dengan menggunakan atribut “Pink” (Baju, Topi, Pita). Dana yang terkumpul ( Green Fee, Sumbangan ) akan di sumbangkan seluruhnya akan kepada keluarga Almarhum yang menurut informasi yang saya dapat pada akhir hidupnya Almarhum dan keluarga mengalami musibah yang cukup memprihatinkan