mejikusupplierAvatar border
TS
mejikusupplier
SADIS Ada 'Kartel' Kerak Telor di PRJ Kemayoran
Spoiler for keraknya:


Pekan Raya Jakarta di Kemayoran bagi Ohar, 52 tahun, penjual kerak telor, menjadi semacam tempat perdagangan keluarga. Bagaimana tidak, empat dari tujuh anaknya juga menjajakan kerak telor di pameran tahunan yang dikelola PT Jakarta International Expo itu. Inilah “kartel” kecil kerak telor. Dua anaknya yang lain juga ikut berjualan di sana, tapi bukan berjualan makanan khas Jakarta itu.

Ditemui Jumat malam lalu, 14 Juni 2013 lalu, Ohar sedang menunggu pembeli. Anglonya mengepulkan asap tipis. Laki-laki asal Garut, Jawa Barat, itu menaruh dagangannya di tepi jalan di Jalan Pekan Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat. Dia hanya berjualan di luar Gedung Pusat Niaga JIExpo, gedung yang dipakai PRJ.

Di sepanjang jalan sekitar 500 meter itu, kroni Ohar “menguasai” pasar kerak telor. Keempat anaknya, dari nomor satu sampai nomor empat, Odang, Uin, Ali, dan Amin, berjualan makanan yang terbuat dari telur dan beras itu. Mereka membawa sendiri-sendiri pikulan kerak telornya. Mereka tak berjajar, tapi masih satu lokasi. Anaknya yang bungsu, Udin, 5 tahun, ikut membantu Ohar mengipasi anglo untuk memanaskan wajan.

Anaknya yang nomor lima, Asih, berjualan minuman ringan di samping ayahnya. Dia seolah melengkapi dagangan bapaknya yang menjual makanan. “Ayo, Pak, kopinya,” kata Asih kepada pembeli kerak telor.

Harganya pun tidak bisa dimahalkan. Dia menjual kerak telor bebek Rp 20 ribu per porsi dan telor ayam Rp 15 ribu. Kerak telor serupa dijual lebih mahal Rp 10 ribu di dalam ruang pameran. Banyak pembeli yang bersungut-sungut melihat harga mahal kerak telor. Tapi Ohar tetap senang berjualan di PRJ karena tidak harus dengan berkeliling.

Walau tak membayar sewa stan, Ohar tetap harus mengeluarkan uang keamanan sebesar Rp 200 ribu sebulan. Dia serahkan uang itu ke sebuah organisasi massa asal Betawi. Ormas itu pula yang memasok bahan untuk produksi kerak telor, seperti telur, ebi (udang kering), penyedap rasa, merica, kertas bungkus, plastik, anglo, dan beras ketan. Barang-barang itu dibeli Rp 200 ribu sebulan. “Bahan yang kurang, saya beli di Pasar Kemayoran,” katanya.

info resmi
0
6.4K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan