TS
muthiiiii
The Affair
saya cuman ingin bagi cerita-cerita saya, really need an advised, enjoy reading!
p.s : saya rehat, sudah malam, thanks for reader
Spoiler for part 1 : Separation:
mendadak seluruh tubuh ku membeku, melihatnya bersama wanita itu. membuat ku naik pitam, ingin rasanya aku memergoki mereka dan menamparnya. namun sekali lagi, aku tak punya nyali sebesar itu untuk meluncurkan aksiku. untuk sekian kalinya, aku menyimpannya sendiri.
mungkin aku yang salah, mungkin dia gerah denganku, atau mungkin dia sedikit letih dengan hubungan kami yang tidak terasa sudah menginjak 2 tahun. aku mengingat kembali saat-saat kami merayakan anniversary 2 tahun kami. senangnya bukan main. bertahan selama 1 tahun saja sudah syukur, ternyata tuhan percaya dengan hubungan yang kami bina, sebagai hadiah, tuhan memberikan extra 1 tahun lagi pada kami.
aku segera beranjak pergi dari tempat itu, dengan langkah terburu-buru, aku berlari ke parkiran tempat mobilku diparkir. aku tak ingin orang-orang melihat air mataku yang merembes. sampai di dalam mobil, aku menangis sejadi-jadinya. dadaku sesak ketika mengingat kejadian yang kusaksikan tadi. setelah beberapa saat, aku mulai merasa enak, tak terasa parkiran sudah mulai sepi, jarum jam ternyata telah menunjukkan angka 10. terlalu larut bagi seseorang untuk berada diparkiran, sendirian lagi. aku mulai menyalakan mesin mobilku saat tiba-tiba sebuah bbm masuk.
"Kamu dimana?"
dari radit. sosok yang telah menemani ku selama 2 tahun terakhir ini, sosok yang tadi terlihat bersama perempuan lain. aku membalas.
"saya dijalan, menuju rumah."
tak lama kemudian..
"yaudah, hati-hati dijalan, jangan ngebut,kalau udah nyampe kabari saya."
"iya." jawabku singkat.
di perjalanan, aku memikirkan kejadian tadi, mungkin aku salah liat atau mungkin itu hanya orang lain. tapi aku rasa aku akan baik-baik saja jika memang itu dia, setidaknya dia masih mempertahankanku. bodoh ya aku? memang. namun, hubungan yang telah 2 tahun terbina tidak mudah untuk dibuang begitu saja telalu sulit, menurutku.
toh setiap orang pasti berbuat salah kan? mungkin dia hanya khilaf. semoga.
sampai dirumah, aku segera masuk ke kamar. tiba-tiba ada sebuah bbm masuk.
"sudah sampai?" dari radit.
"sudah, barusan."
"oh, bagus deh. ris, bsk kamu gak kuliah kan? saya mau ngajak kamu makan siang?"
tumben, dia ngajak makan siang.
"ada apa?" tanyaku
"ada yang mau saya omongin sama rissa."
"oh, iya saya bisa kok."
"di tempat biasa aja ya ris."
"oke."
"good nite, langsung tidur, jangan tidur malam-malam."
"iya radit."
"love you rissa."
"me too."
aku duduk terpaku di tempat tidur, sambil membaca bbm terakhir darinya. dia tidak lupa denganku, masih perhatian seperti biasa, sepertinya semua akan baik-baik saja,pikirku.
tanpa pikir panjang, aku segera beranjak tidur.
disebuah café, jam 12.30
"ada apa dit? kok tiba-tiba ngajak saya makan siang?"
radit yang melamun, tiba-tiba tersentak kaget.
"eh iya ris, gapapa, saya kangen kamu."
pipiku memerah.
"kangen saya? beneran?"
"iya, bener. saya kangen." katanya sambil menggenggam tanganku.
"katanya, ada yang mau kamu bicarakan? ada apa?" tanyaku.
"hmm, iya. tapi saya mau, rissa jangan menghakimi saya, dan jangan komentar dulu."
"ada apaan sih? kamu aneh ih."
"pokoknya dengerin saya dulu."
"iya, iyaa. ada apa?"
"jadi gini.. sebelumnya saya minta maaf, karena saya sudah nyakitin rissa, gak bisa jadi yang terbaik buat rissa, saya tau saya yang salah, oleh karena itu saya mau kesalahan saya gak nambah, supaya saya gak bohong terus sama rissa. saya selingkuh riss."
duaarrrr! bagai disambar petir disiang hari, kalimat itu membuatku tak bisa berkata apa-apa. aku diam, bagai tersengat listrik.
"kamu gak apa-apa kan riss?" Tanya radit.
sambil menarik napas, aku menjawab.
"saya baik, tidak usah pedulikan saya, saya cuma ingin tau, siapa dia?"
dengan raut yang tampak cemas, radit bertanya.
"betul? saya khawatir sama kamu riss, saya gak mau kamu sakit."
"kalau kamu gak mau saya sakit, kenapa kamu selingkuh dari saya? memangnya saya salah apa sama kamu? saya kepikiran buat selingkuh aja gak pernah." jawabku sedikit meninggikan suara.
"saya tau, saya salah, makanya saya gak mau terus-terusan bohongin rissa, jadi saya jujur. saya minta maaf rissa."
tanpa pikir panjang aku segera beranjak dari tempat dudukku
"kita putus, anggap aja kita gak pernah kenal." jawabku dingin.
aku terus melangkahkan kakiku dengan cepat tanpa memperdulikan suara radit yang memanggil namaku. sampai dimobil, aku menangis sejadi-jadinya. ternyata apa yang tidak kuinginkan terjadi sudah. sakit rasanya.
sampai dirumah, aku mengecek hp ku. ada 8 bbm masuk dan 5 missed call, semua dari radit.
"rissa, maafin saya. saya mohon, jangan pergi gitu aja."
"rissa, saya tau saya salah, tapi bias gak kita ngomongin baik-baik?"
"rissa, jawab, saya gak bias di diemin kayak gini terus sama kamu."
dan bbm lainnya yang bernada sama.
tanpa pikir panjang, aku pun beranjak tidur.
keesokan harinya, saat aku tengah bersiap-siap untuk pergi, deru suara mobil menyita perhatianku. radit.
Dengan langkah tegas aku menghampiri mobilnya.
“kamu ngapain kesini? Saya kan sudah bilang, kita putus. Anggap aja gak kenal.”
Radit yang terlihat kaget dengan reaksi yang didapatnya, mencoba untuk menenangkan diri, mencari kata-kata yang tepat.
“ris, dengerin saya dulu. Saya tau saya yang salah, tapi di dunia ini, gak ada manusia yang sepenuhnya benar terus. Saya janji saya gak akan ngulangin lagi ris.”
“gak! Saya udah mantap untuk mengakhiri hubungan ini dit, saya gak bisa kamu giniin terus.”
“saya tau ris, saya minta maaf. Iya saya yang salah. Maafin saya, please.”
“enggak dit. Kamu bilang gak mau nyakitin saya, tapi nyatanya, kamu orang yang paling sering nyakitin saya. Saya tau, kamu selingkuh gak cuman sekali kan? Saya tau dit, kamu udah sering ketemu dia, saya tau. Gausah pura-pura baik sama saya.”
Jawabku sambil menatap matanya dengan tajam. Untuk pertama kalinya, aku memiliki nyali untuk tetap berdiri tegak di hadapannya, tidak termakan lagi dengan rayuannya.
Radit yang terlihat kaget mendengar pernyataan ku, seperti membeku di tempat. Sambil berusaha untuk tetap terlihat tegar.
“rissa, saya gak akan maksa kamu lagi untuk berubah pikiran, saya cuman minta kamu untuk memikirkan kembali mengenai hubungan kita. 2 tahun itu bukan waktu yang lama riss, yang bisa kamu lupain gitu aja.”
Dengan 1 kalimat pamungkas yang telah aku persiapkan sejak lama, aku pun membalas.
“2 tahun memang bukan waktu yang singkat dit, lantas apa artinya 2 tahun untukmu? Sampai tega berbuat seperti itu dengan saya?”
Tanpa peduli dengan reaksinya, aku pun segera masuk ke dalam mobil dan meluncur dari garasi. Meninggalkan siluet radit yang masih Nampak berdiri di depan rumahku.
mungkin aku yang salah, mungkin dia gerah denganku, atau mungkin dia sedikit letih dengan hubungan kami yang tidak terasa sudah menginjak 2 tahun. aku mengingat kembali saat-saat kami merayakan anniversary 2 tahun kami. senangnya bukan main. bertahan selama 1 tahun saja sudah syukur, ternyata tuhan percaya dengan hubungan yang kami bina, sebagai hadiah, tuhan memberikan extra 1 tahun lagi pada kami.
aku segera beranjak pergi dari tempat itu, dengan langkah terburu-buru, aku berlari ke parkiran tempat mobilku diparkir. aku tak ingin orang-orang melihat air mataku yang merembes. sampai di dalam mobil, aku menangis sejadi-jadinya. dadaku sesak ketika mengingat kejadian yang kusaksikan tadi. setelah beberapa saat, aku mulai merasa enak, tak terasa parkiran sudah mulai sepi, jarum jam ternyata telah menunjukkan angka 10. terlalu larut bagi seseorang untuk berada diparkiran, sendirian lagi. aku mulai menyalakan mesin mobilku saat tiba-tiba sebuah bbm masuk.
"Kamu dimana?"
dari radit. sosok yang telah menemani ku selama 2 tahun terakhir ini, sosok yang tadi terlihat bersama perempuan lain. aku membalas.
"saya dijalan, menuju rumah."
tak lama kemudian..
"yaudah, hati-hati dijalan, jangan ngebut,kalau udah nyampe kabari saya."
"iya." jawabku singkat.
di perjalanan, aku memikirkan kejadian tadi, mungkin aku salah liat atau mungkin itu hanya orang lain. tapi aku rasa aku akan baik-baik saja jika memang itu dia, setidaknya dia masih mempertahankanku. bodoh ya aku? memang. namun, hubungan yang telah 2 tahun terbina tidak mudah untuk dibuang begitu saja telalu sulit, menurutku.
toh setiap orang pasti berbuat salah kan? mungkin dia hanya khilaf. semoga.
sampai dirumah, aku segera masuk ke kamar. tiba-tiba ada sebuah bbm masuk.
"sudah sampai?" dari radit.
"sudah, barusan."
"oh, bagus deh. ris, bsk kamu gak kuliah kan? saya mau ngajak kamu makan siang?"
tumben, dia ngajak makan siang.
"ada apa?" tanyaku
"ada yang mau saya omongin sama rissa."
"oh, iya saya bisa kok."
"di tempat biasa aja ya ris."
"oke."
"good nite, langsung tidur, jangan tidur malam-malam."
"iya radit."
"love you rissa."
"me too."
aku duduk terpaku di tempat tidur, sambil membaca bbm terakhir darinya. dia tidak lupa denganku, masih perhatian seperti biasa, sepertinya semua akan baik-baik saja,pikirku.
tanpa pikir panjang, aku segera beranjak tidur.
disebuah café, jam 12.30
"ada apa dit? kok tiba-tiba ngajak saya makan siang?"
radit yang melamun, tiba-tiba tersentak kaget.
"eh iya ris, gapapa, saya kangen kamu."
pipiku memerah.
"kangen saya? beneran?"
"iya, bener. saya kangen." katanya sambil menggenggam tanganku.
"katanya, ada yang mau kamu bicarakan? ada apa?" tanyaku.
"hmm, iya. tapi saya mau, rissa jangan menghakimi saya, dan jangan komentar dulu."
"ada apaan sih? kamu aneh ih."
"pokoknya dengerin saya dulu."
"iya, iyaa. ada apa?"
"jadi gini.. sebelumnya saya minta maaf, karena saya sudah nyakitin rissa, gak bisa jadi yang terbaik buat rissa, saya tau saya yang salah, oleh karena itu saya mau kesalahan saya gak nambah, supaya saya gak bohong terus sama rissa. saya selingkuh riss."
duaarrrr! bagai disambar petir disiang hari, kalimat itu membuatku tak bisa berkata apa-apa. aku diam, bagai tersengat listrik.
"kamu gak apa-apa kan riss?" Tanya radit.
sambil menarik napas, aku menjawab.
"saya baik, tidak usah pedulikan saya, saya cuma ingin tau, siapa dia?"
dengan raut yang tampak cemas, radit bertanya.
"betul? saya khawatir sama kamu riss, saya gak mau kamu sakit."
"kalau kamu gak mau saya sakit, kenapa kamu selingkuh dari saya? memangnya saya salah apa sama kamu? saya kepikiran buat selingkuh aja gak pernah." jawabku sedikit meninggikan suara.
"saya tau, saya salah, makanya saya gak mau terus-terusan bohongin rissa, jadi saya jujur. saya minta maaf rissa."
tanpa pikir panjang aku segera beranjak dari tempat dudukku
"kita putus, anggap aja kita gak pernah kenal." jawabku dingin.
aku terus melangkahkan kakiku dengan cepat tanpa memperdulikan suara radit yang memanggil namaku. sampai dimobil, aku menangis sejadi-jadinya. ternyata apa yang tidak kuinginkan terjadi sudah. sakit rasanya.
sampai dirumah, aku mengecek hp ku. ada 8 bbm masuk dan 5 missed call, semua dari radit.
"rissa, maafin saya. saya mohon, jangan pergi gitu aja."
"rissa, saya tau saya salah, tapi bias gak kita ngomongin baik-baik?"
"rissa, jawab, saya gak bias di diemin kayak gini terus sama kamu."
dan bbm lainnya yang bernada sama.
tanpa pikir panjang, aku pun beranjak tidur.
keesokan harinya, saat aku tengah bersiap-siap untuk pergi, deru suara mobil menyita perhatianku. radit.
Dengan langkah tegas aku menghampiri mobilnya.
“kamu ngapain kesini? Saya kan sudah bilang, kita putus. Anggap aja gak kenal.”
Radit yang terlihat kaget dengan reaksi yang didapatnya, mencoba untuk menenangkan diri, mencari kata-kata yang tepat.
“ris, dengerin saya dulu. Saya tau saya yang salah, tapi di dunia ini, gak ada manusia yang sepenuhnya benar terus. Saya janji saya gak akan ngulangin lagi ris.”
“gak! Saya udah mantap untuk mengakhiri hubungan ini dit, saya gak bisa kamu giniin terus.”
“saya tau ris, saya minta maaf. Iya saya yang salah. Maafin saya, please.”
“enggak dit. Kamu bilang gak mau nyakitin saya, tapi nyatanya, kamu orang yang paling sering nyakitin saya. Saya tau, kamu selingkuh gak cuman sekali kan? Saya tau dit, kamu udah sering ketemu dia, saya tau. Gausah pura-pura baik sama saya.”
Jawabku sambil menatap matanya dengan tajam. Untuk pertama kalinya, aku memiliki nyali untuk tetap berdiri tegak di hadapannya, tidak termakan lagi dengan rayuannya.
Radit yang terlihat kaget mendengar pernyataan ku, seperti membeku di tempat. Sambil berusaha untuk tetap terlihat tegar.
“rissa, saya gak akan maksa kamu lagi untuk berubah pikiran, saya cuman minta kamu untuk memikirkan kembali mengenai hubungan kita. 2 tahun itu bukan waktu yang lama riss, yang bisa kamu lupain gitu aja.”
Dengan 1 kalimat pamungkas yang telah aku persiapkan sejak lama, aku pun membalas.
“2 tahun memang bukan waktu yang singkat dit, lantas apa artinya 2 tahun untukmu? Sampai tega berbuat seperti itu dengan saya?”
Tanpa peduli dengan reaksinya, aku pun segera masuk ke dalam mobil dan meluncur dari garasi. Meninggalkan siluet radit yang masih Nampak berdiri di depan rumahku.
Spoiler for part 1 eps.2:
Sampai di kampus..
Aku segera memarkirkan mobilku, saat tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk jendela mobil ku.
“Ris.. buka..”
Teriak orang itu. Sambil membereskan barang bawaan ku, dengan segit aku segera turun dari mobil.
“ada apa bi?” tanyaku.
Kenalin, namanya abi, sahabat radit sekaligus sahabat saya. Dia yang ngenalin saya sama radit.
“kamu lagi berantem ya?” Tanya abi.
“hmm, kepo banget sih. Enggak kok, saya sama radit baik-baik aja.”
“baik-baik gimana? Wong, si radit nanyain soal elo ke gue kok.”
Aku menatap abi.
“nanya apa emangnya?”
“dia nanya, kamu itu marah gak sama dia.”
Sambil terus berjalan, aku mengacuhkan jawaban abi.
“udah deh bi, itu masalah saya, abi gausa ikut campur.”
“yeee, bukan gitu, maksud gue kan baik.”
Aku menghela napas panjang, abi kepo.
“udah deh, saya malas ngomongin dia!” jawab ku sedikit emosi.
Akhirnya, abi pun bungkam, dia mngekoriku menuju kelas.
Saat jam istirahat…
Aku dan abi sedang makan di cafeteria saat seseorang menepuk pundakku.
“Rissa!”
Suara itu, siapa lagi kalau bukan suara radit. Suara yang dulu pernah menemani hari-hariku selama 2 tahun.
“radit? Ngapain disini?” tanyaku heran.
“saya mau nemenin kamu makan siang.” Jawabnya sambil mengembangkan senyum mautnya.
“temenin saya? Gak salah? Bukannya kamu bukan siapa-siapa saya lagi?” jawabku acuh.
Dengan raut yang tenang, radit menjawab.
“terserah kamu mau nganggap saya apa, yang jelas, saya tetap anggap kamu pacar saya. Saya gak bias ngelepasin kamu gini ajar ris, saya masih sayang kamu.”
“sayang saya? Basi dit!” jawabku sambil beranjak dari tempatku duduk tadi.
Aku terus berjalan dengan langkah cepat, namun ternyata radit gigh juga mengejarku. Dia setengah berlari menyusulku yang agak jauh didepannya.
“rissa!” teriak radit.
Aku mengacuhkannya, dan terus berjalan.
Tiba-tiba sebuah tangan kokoh menarik tanganku. Tarikannya yang begitu kuat sehingga sulit untuk dilepas.
“lepasin saya!” teriakku.
Namun sampai aku menangis pun dia tidak akan melepaskan tanganku hingga aku mau mengedengarkannya
Aku segera memarkirkan mobilku, saat tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk jendela mobil ku.
“Ris.. buka..”
Teriak orang itu. Sambil membereskan barang bawaan ku, dengan segit aku segera turun dari mobil.
“ada apa bi?” tanyaku.
Kenalin, namanya abi, sahabat radit sekaligus sahabat saya. Dia yang ngenalin saya sama radit.
“kamu lagi berantem ya?” Tanya abi.
“hmm, kepo banget sih. Enggak kok, saya sama radit baik-baik aja.”
“baik-baik gimana? Wong, si radit nanyain soal elo ke gue kok.”
Aku menatap abi.
“nanya apa emangnya?”
“dia nanya, kamu itu marah gak sama dia.”
Sambil terus berjalan, aku mengacuhkan jawaban abi.
“udah deh bi, itu masalah saya, abi gausa ikut campur.”
“yeee, bukan gitu, maksud gue kan baik.”
Aku menghela napas panjang, abi kepo.
“udah deh, saya malas ngomongin dia!” jawab ku sedikit emosi.
Akhirnya, abi pun bungkam, dia mngekoriku menuju kelas.
Saat jam istirahat…
Aku dan abi sedang makan di cafeteria saat seseorang menepuk pundakku.
“Rissa!”
Suara itu, siapa lagi kalau bukan suara radit. Suara yang dulu pernah menemani hari-hariku selama 2 tahun.
“radit? Ngapain disini?” tanyaku heran.
“saya mau nemenin kamu makan siang.” Jawabnya sambil mengembangkan senyum mautnya.
“temenin saya? Gak salah? Bukannya kamu bukan siapa-siapa saya lagi?” jawabku acuh.
Dengan raut yang tenang, radit menjawab.
“terserah kamu mau nganggap saya apa, yang jelas, saya tetap anggap kamu pacar saya. Saya gak bias ngelepasin kamu gini ajar ris, saya masih sayang kamu.”
“sayang saya? Basi dit!” jawabku sambil beranjak dari tempatku duduk tadi.
Aku terus berjalan dengan langkah cepat, namun ternyata radit gigh juga mengejarku. Dia setengah berlari menyusulku yang agak jauh didepannya.
“rissa!” teriak radit.
Aku mengacuhkannya, dan terus berjalan.
Tiba-tiba sebuah tangan kokoh menarik tanganku. Tarikannya yang begitu kuat sehingga sulit untuk dilepas.
“lepasin saya!” teriakku.
Namun sampai aku menangis pun dia tidak akan melepaskan tanganku hingga aku mau mengedengarkannya
p.s : saya rehat, sudah malam, thanks for reader
Diubah oleh muthiiiii 18-04-2013 13:41
anasabila memberi reputasi
1
2K
Kutip
8
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan