anthi.JILAvatar border
TS
anthi.JIL
Mengenal jaringan islam liberal, perusak aqidah dan pengubah isi alqur'anul karim

sebelumnya perlu agan tau, ane bukan pendukung islam radikal, atau sejenisnya, ane cuma muslim ahlusunnah waljamaah yang prihatin akan keberadaan jil (jaringan islam liberal di tanah air

mengapa jaringan islam di larang dan di anggap sesat dan menyesatkan oleh MAJELIS ULAMA INDONESIA, sampai akhirnya si ulil, pemimpin jaringan ini menghina dan merendahkan para ulama???berikut sdikit info mengenai JIL (jaringan Islam Liberal )
Quote:

Banyak pihak yang belum memahami tentang sepak terjang JIL yang gemar mengobok-obok kedamaian umat Islam di Indonesia pada khususnya. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, kaum Yahudi dengan Freemasonry
mendukung JIL yang juga sesungguhnya didanai oleh Asia Foundation yang disupport oleh CIA, badan intelejen AS. Apa itu Islam liberal dan Mengapa disebut Islam Liberal? “Islam liberal” sejatinya pembangkangan diri dan pemikiran melalui gerakan, yayasan, kantor berita, gerakan politik terhadap islam ala
Nabi Muhammad SAW. Pemikiran Islam (klaim mereka) menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang
menindas. Tujuan JIL adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat dengan dukungan Yahudi
Internasional yang bercokol kuat di Indonesia dan dukungan pemerintah AS melalui Asia Foundation yang disokong oleh CIA dan
Imperialisme Barat dan kini menguasai Universitas Paramadina dan UIN Syarif hidayatullah Jakarta. JIL lebih mirip kepanjangan imperalisme Barat atas dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya dari khazanah Islam. Dari segi
politis, ada benang merah dengan CIA. JIL yang resmi hadir sekitar Maret 2001— impact penting yang timbul dari lahirnya gudang
pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir ‘ndableg alias konyol’ yang oleh kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah “kekritisan
berfikir”. Mereka begitu semangat ‘mengkritisi’ Al-Qur’an, menolak beberapa nash hadits-hadish shahih, serta menuduh para
ulama’ sebagai kelompok konservatif. Dilain pihak, mereka bahkan teramat sibuk bergelut dengan referensi-referensi liberal. Bacaan-
bacaan wajib mereka, kini Tahrirul Mar’ah milik Qasim Amin, The Spirit of Islam-nya Amir Ali, serta Al Islam wa Ushul Al Hukmi yang sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan orientalis Inggris Thomas W. Arnold. Nama2 semisal, Sayid Ahmad Khand, Arkeun, Ali Abdul Razik, Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, dan
Fadzlurrahman seolah-olah “kitab suci” baru yang kini melekat di otak mereka. Di saat yang sama, mereka mulai tampak malas
menelaah Al-Qur’an, bahkan boleh jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil dari hadits. Yang jelas, mereka begitu percaya diri dengan identitas itu, dan begitu bangga disebut liberal. Karena dukungan AS, lembaga Islam
dikuasai pemikiran liberal, baik Kementerian Agama, Universitas Negeri Islam (UIN), dan sampai tokoh-tokoh politik dan
cendekiawan yang dilabelkan pada tokoh Islam Liberal. Kalau kita mengamati dengan seksama tentang agenda-agenda JIL, maka kita akan menemukan korelasi antara imperialisme barat dan
agenda JIL. Luthfi Asy-Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut dengan jujur empat agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama,
agenda politik, Kedua, agenda toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi wanita, dan Keempat, agenda kebebasan berekpresi. Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin “diarahkan” oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak syariat islam dalam perundangan . Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bahwa semua agama adalah benar, tidak boleh ada truth
claim. Agenda emansipasi wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali, dan agenda
kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda politik di atas. Semua ide-ide ini pada ujung-
ujungnya, pada muaranya, kembali kepada ideologi dan kepentingan imperialis. Adian Husaini dan Nuim Hidayat menandaskan, Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak mengatakan --minimal mustahil-- mencari akar
pemikiran2 tersebut dari Islam itu sendiri secara murni, kecuali setelah melalui pemerkosaan teks-teks Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Misalnya teologi pluralisme yang menganggap semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil Konsili Vatikan II 1963-1965)
yang merevisi prinsip extra ecclesium nulla salus (di luar Katolik tak ada keselamatan) menjadi teologi inklusif-pluralis, yang menyatakan
keselamatan dimungkinkan ada di luar Katolik. (Islam Liberal: "Sejarah, Konsepsi dan Penyimpangannya", Adian Husaini dan Nuim Hidayat). Selain itu, dari kerangka ideologi, ide-ide JIL sendiri, dapatlah kiranya dinyatakan sebagai ide-ide kapitalisme. Luthfi Asy-Syaukanie dalam
bukunya Wajah Liberal Islam di Indonesia (2002) telah berhasil menyajikan deskripsi dan peta ide-ide JIL. Jika dikritisi, kesimpulannya
adalah di sana ada banyak contekan sempurna terhadap ideologi kapitalisme. Tentu ada kreativitas dan modifikasi. Khususnya pencarian ayat atau hadits atau preseden sejarah yang kemudian ditafsirkan secara paksa
agar cocok dengan kapitalisme. Ide-ide besar kapitalisme itu antara lain;
(1) sekularisme,
(2) demokrasi, dan
(3) kebebasan.
Dukungan kepada sekularisme --pengalaman partikular Barat-- nampak begitu getolnya mereka melakukan penolakan terhadap bentuk sistem
pemerintahan Islam (khilafah), dan penolakan yang begitu bersemangat terhadap syariat Islam. Tetapi mereka menerima begitu saja
semua gagasan demokrasi tanpa ada nalar kritis. Istilahnya, mereka cepat2 ‘melek’ (terbelalak) jika mengkritisi Islam, tapi buru-
buru buta (pura2 tak melihat) jika sumber-sumber itu datangnya dari Barat. Kentalnya ide-ide pokok kapitalisme dan berbagai derivatnya ini, masih ditambah dengan suatu metode berpikir yang kapitalistik pula,
yaitu menjadikan ideologi kapitalisme sebagai standar pemikiran. Meminjam bahasa Al Jawi, ide-ide kapitalisme diterima lebih dulu secara
taken for granted dan dianggap benar secara absolut, tanpa pemberian peluang untuk didebat (ghair qabli li an-niqasy) dan tanpa ada
kesempatan untuk diubah (ghair qabli li at-taghyir). Lalu ide-ide kapitalisme itu dijadikan cara pandang (dan hakim!) untuk menilai dan
mengadili Islam. JIL, Asia Foundation dan CIA The Asia Foundation adalah LSM raksasa yang markas besarnya di San Fransisco. LSM ini memiliki 17 kantor cabang di seluruh Asia,
termasuk Washington, D.C. Tahun 2003 kemarin, The Asia Foundation mengucurkan bantuan sebesar 44 juta USD dan mendistribusikan 750
ribu buku dan materi pendidikan yang nilainya berkisar mencapai 28 juta USD di seluruh wilayah Asia. Sebagaimana dikutip situs resmi pemerintah AS, [url]http://usinfo.state.gov,[/url] Oktober lalu –beberapa hari menjelang Pemilu di Afghan-- lalu,
The Asia Foundation, membikin program The Mobile Theater Project, sebuah bioskop keliling. Dengan alasan pendidikan demokrasi mereka berkeliling kampung untuk memutar film dengan ditonton sekitar 430.000 pemirsa. Di Indonesia, dalam Pemilu 2004 kemarin, seperti diakuinya di situs http://www.asiafoundation.org/,lembaga ini ikut mendanai JPPR (JPPR
atau Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat) dengan mempekerjakan 141.000 relawan dan melakukan training kurang lebih 70 ribu
orang. Mereka bisa memanfaatkan radio dengan asumsi 25 juta pendengar, memanfaatkan TV yang ditonton 74 juta pemirsa, juga
menguasai media cetak dengan perkiraan dibaca 3 juta orang. Di Indonesia, keberadaanya sudah ada sejak tahun 1970. Mereka berdiri di balik program-program bernama; training keagamaan, studi
gender, HAM dalam Islam, civic education di lembaga-lembaga Islam, pusat pembelaan perempuan untuk Islam (Muslim Women Advocacy),
dan isu2 pluralisme, paralalel dengan program2 JIL. Jika dilihat berbagai agenda dan kegiatannya selama ini, ada korelasi antara agenda-agenda JIL dengan LSM Raksasa bernama The Asia
Foundation. Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupan kelompok ini amat tergantung pada kucuran dana dari The Asia Foundation. Dan karena donor yang
amat besar dari LSM ini, maka JIL dalam waktu yang relatif singkat sudah bisa mendirikan Radio satelit pertama di Indonesia, Radio 68H,
yang siarannya direlai puluhan pemancar radio di Indonesia, mampu membeli satu halaman penuh koran Jawa Pos, bahkan mampu
menayangkan iklan-iklan di televisi dengan durasi yang panjang, semisal iklan “Islam Warna-Warni” yang akhirnya berhenti tayang
karena somasi MMI, bahkkan bisa menghidupi kegiatan2 mereka yg membutuhkan biaya besar. Jika ditilik dari sponsor utama
(sebut The Asia Foundation) yang selama ini menjadi penyangga utama pendanaan JIL, bisa ditarik kesimpulan bahwa The Asia Foundation adalah jaringan ‘induk’nya. Dengan bahasa lain, JIL adalah ‘karyawan’ The Asia Foundation yang bertugas di lapangan,
untuk menjalankan proyek-proyek besarnya. The Asia Foundation, yayasan ini ditengarai banyak mendanai kegiatan-kegiatan dalam rangka penyebaran paham kapitalisme dan sejenisnya. Yang paling nampak mencolok keterlibatan The Asia Foundation bagaimana dia mem-back up Tim Pengarasutaman Gender
(PUG) bentukan Departemen Agama, yg kemudian berhasil menyusun draf Kompilasi Hukum Islam yang isinya kemudian menimbulkan
kontroversial.

sambungannya di bawah gan......
Polling
61415 hari lagi - 0 suara
salah satu mahasiswa islam liberal menyerukan dzikir "ANJINGHUAKBAR", anda setuju?
Diubah oleh anthi.JIL 02-02-2013 11:43
0
15.5K
198
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan