- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dishub: Penertiban Pasar Mampu Urai Kemacetan


TS
Z0mby
Dishub: Penertiban Pasar Mampu Urai Kemacetan
Rabu, 05 Juni 2013 | 06:44 WIB
TEMPO.CO , Jakarta:Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono mengklaim penertiban pedagang kaki lima tergolong mampu mengatasi kemacetan. Udar mengacu pada penertiban di Pasar Minggu, Jakarta Selatan; Tanah Abang, Jakarta Pusat; dan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin kemarin.
“Lalu lintas tidak terkunci, flownya bagus,” ujarnya soal Pasar Minggu, ketika dihubungi Tempo, Selasa 4 Juni 2013. Di sana, Dishub menerapkan sistem push and pool, yaitu mendorong kendaraan yang berhenti di jalan raya masuk ke terminal. Pool berarti menampung pedagang di pasar dan lokasi binaan di belakang terminal.
Hanya, dia mengaku kesulitan mengatasi pedagang yang menyerbu Pasar Minggu pada malam hari. “Jumlahnya mencapai dua ribu pedagang.” Untuk itu Pristono berencana bakal menempatkan pedagang di terminal dan ruang lokasi binaan yang tersisa. “Tapi tidak bisa menampung semuanya.”
Di Pasar Rebo, dia menyebut, penertiban sudah berhasil. “Udah bersih.” Sebab, katanya, akar kemacetan di sana sudah diberantas, yaitu premanisme. “Jagoan yang palak mobil biar berhenti sudah ditangkapi.” Selama ini, preman-preman itu mengambil pungli dari sopir sehingga kendaraan harus melambat.
Sedangkan di Tanah Abang, dia berhasil mengubah gerakan memotong menjadi berputar. Kendaraan yang berasal dari arah Jalan KH Wahid Hasyim yang akan menuju Blok A dan B Pasar Tanah
Abang diarahkan belok kiri ke Jalan KH Mas Mansyur, lalu berputar balik di putaran Kebon Jati.
Namun menurutnya, untuk mengatasi kemacetan, Dishub tidak bisa sendiri. Dalam hal ini, diperlukan campur tangan management estate alias pengelola pasar. “Mengatasi macet tidak bisa dari hilir saja, tapi dari hulu juga.” Pristono memuji pengelola Pasar Minggu yang bisa mengakomodasi pedagang. “Kepala Pasar Minggu itu hebat,” ujar dia.
Sementara, di Tanah Abang masih tampak titik kemacetan karena faktor pedagang pasar. “Manajemen estate di sana belum berjalan. Masih harus lebih banyak kerja.” Pristono menyebut, pedagang yang ditertibkan dari pinggir jalan belum bisa masuk pasar, begitu pula kendaraan parkir yang belum bisa ditampung di dalam area parkir pasar.
Lalu lintas di kawasan Tanah Abang juga masih lambat karena ada pedagang yang pintu gudangnya tepat menghadap jalan. “Ada yang gudang tokonya di belakang Hotel Millenium. Ketika bongkar barang, menghambat jalan.”
Sebelumnya, Dishub menertibkan pedagang kaki lima di sejumlah pasar untuk mengurai kemacetan. Selanjutnya, hal yang sama akan dilakukan di Jatinegara, Jakarta Timur. Pristono menyebut, tantangan di sana besar karena pengelolaan (management estate) di sana tidak berjalan, yaitu di Pusat Grosir Jatinegara.
ATMI PERTIWI
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/05/083485921
brarti yg mesti ditertibin bangunannya sekarang.bongkar kebiasaaan lama....
dan bangunannya mesti direnov utk menampung parkir dan PKL nya. smoga jakarta makin lancar. hebat juga ni kepala dishub
TEMPO.CO , Jakarta:Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono mengklaim penertiban pedagang kaki lima tergolong mampu mengatasi kemacetan. Udar mengacu pada penertiban di Pasar Minggu, Jakarta Selatan; Tanah Abang, Jakarta Pusat; dan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin kemarin.
“Lalu lintas tidak terkunci, flownya bagus,” ujarnya soal Pasar Minggu, ketika dihubungi Tempo, Selasa 4 Juni 2013. Di sana, Dishub menerapkan sistem push and pool, yaitu mendorong kendaraan yang berhenti di jalan raya masuk ke terminal. Pool berarti menampung pedagang di pasar dan lokasi binaan di belakang terminal.
Hanya, dia mengaku kesulitan mengatasi pedagang yang menyerbu Pasar Minggu pada malam hari. “Jumlahnya mencapai dua ribu pedagang.” Untuk itu Pristono berencana bakal menempatkan pedagang di terminal dan ruang lokasi binaan yang tersisa. “Tapi tidak bisa menampung semuanya.”
Di Pasar Rebo, dia menyebut, penertiban sudah berhasil. “Udah bersih.” Sebab, katanya, akar kemacetan di sana sudah diberantas, yaitu premanisme. “Jagoan yang palak mobil biar berhenti sudah ditangkapi.” Selama ini, preman-preman itu mengambil pungli dari sopir sehingga kendaraan harus melambat.
Sedangkan di Tanah Abang, dia berhasil mengubah gerakan memotong menjadi berputar. Kendaraan yang berasal dari arah Jalan KH Wahid Hasyim yang akan menuju Blok A dan B Pasar Tanah
Abang diarahkan belok kiri ke Jalan KH Mas Mansyur, lalu berputar balik di putaran Kebon Jati.
Namun menurutnya, untuk mengatasi kemacetan, Dishub tidak bisa sendiri. Dalam hal ini, diperlukan campur tangan management estate alias pengelola pasar. “Mengatasi macet tidak bisa dari hilir saja, tapi dari hulu juga.” Pristono memuji pengelola Pasar Minggu yang bisa mengakomodasi pedagang. “Kepala Pasar Minggu itu hebat,” ujar dia.
Sementara, di Tanah Abang masih tampak titik kemacetan karena faktor pedagang pasar. “Manajemen estate di sana belum berjalan. Masih harus lebih banyak kerja.” Pristono menyebut, pedagang yang ditertibkan dari pinggir jalan belum bisa masuk pasar, begitu pula kendaraan parkir yang belum bisa ditampung di dalam area parkir pasar.
Lalu lintas di kawasan Tanah Abang juga masih lambat karena ada pedagang yang pintu gudangnya tepat menghadap jalan. “Ada yang gudang tokonya di belakang Hotel Millenium. Ketika bongkar barang, menghambat jalan.”
Sebelumnya, Dishub menertibkan pedagang kaki lima di sejumlah pasar untuk mengurai kemacetan. Selanjutnya, hal yang sama akan dilakukan di Jatinegara, Jakarta Timur. Pristono menyebut, tantangan di sana besar karena pengelolaan (management estate) di sana tidak berjalan, yaitu di Pusat Grosir Jatinegara.
ATMI PERTIWI
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/05/083485921
brarti yg mesti ditertibin bangunannya sekarang.bongkar kebiasaaan lama....
dan bangunannya mesti direnov utk menampung parkir dan PKL nya. smoga jakarta makin lancar. hebat juga ni kepala dishub
0
928
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan