- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tarif Premi KJS Tak Jadi Naik


TS
kakaknyawamin
Tarif Premi KJS Tak Jadi Naik
Jakarta - Rencana menaikkan tarif premi Kartu Jakarta Sehat (KJS) dari Rp 23.000 menjadi Rp 50.000 dibatalkan. Dengan alasan, tarif premi yang lama sudah cukup tinggi dari tarif premi yang ditetapkan pemerintah pusat yaitu sebesar Rp 15.700.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, premi KJS di Jakarta sudah cukup tinggi dibanding standar premi yang ditetapkan pemerintah pusat. Bahkan dengan premi sebesar itu, Pemprov DKI masih mampu menaikkan tarif pembayaran klaim rumah sakit melalui sistem Indonesia Case Base Groups (INA CBG’s) menjadi 100 persen, dari awalnya hanya 75 persen saja.
“Tarif premi KJS tidak jadi kami naikkan menjadi Rp 50.000. Kenapa tidak ada kenaikan premi lagi, itu disebabkan tarif premi yang sekarang sudah lebih tinggi dari tarif nasional,” kata Basuki di Balaikota DKI, Jakarta, Selasa (4/6).
Dengan tingginya premi KJS dibandingkan premi nasional, maka pihaknya masih bisa memperbaiki tarif biaya perawatan dan obat-obatan yang dikeluarkan rumah sakit dalam melayani pasien KJS.
“Artinya, boleh kita naikkan pembayaran klaim RS dari 75 persen menjadi 100 persen. Ini akan kami terapkan sekarang juga sambil menunggu tarif baru ditetapkan pada akhir Juni ini. Dan diterapkan pada Juli mendatang bila pergubnya sudah rampung,” paparnya.
Diungkapkannya, sistem INA CBG’s memaksa dokter-dokter rumah sakit untuk mencari tahu alasan rumah sakitnya mengalami kerugian. Juga tidak memungkinkan lagi perusahaan farmasi menitipkan produknya kepada dokter atau rumah sakit.
“Jadi kalau ada tambahan obat, itu pasti ditolak. Sistem tidak akan mau memasukkan tambahan obat itu, yang otomatis tidak dibayarkan. Nah ini kelebihan INA CBG’s. dengan sistem ini, membuat negara menjamin kesehatan rakyat, termasuk ada clinical pathway, sehingga tidak ada malapraktik. Karena semua ada hitungannya,” ujarnya.
Diakuinya, pelaksanaan sistem INA CBG’s ini belum sempurna, masih membuutuhkan waktu yang cukup panjang. Selain itu, sistem yang dipakai adalah sistem nasional. Sedangkan dipastikan di lapangan ada perbedaan harga obat dan alat-alat kesehatan di setiap daerah. Bahkan, kata lelaki yang akrab disapa Ahok ini mengklaim, dokter dan alat-alat kesehatan di Jakarta lebih canggih dibandingkan daerah lain.
“INA CBG’s ini sudah dipakai di Australia, Singapura dan Inggris. Australia saja menyesuaikan sistem ini membutuhkan waktu sembilan tahun. Saya sama Pak Jokowi baru satu bulan saja sudah diteriaki,” jelasnya.
Penulis: Lenny Tristia Tambun/NAD embernya
pantes pada terguncangs
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, premi KJS di Jakarta sudah cukup tinggi dibanding standar premi yang ditetapkan pemerintah pusat. Bahkan dengan premi sebesar itu, Pemprov DKI masih mampu menaikkan tarif pembayaran klaim rumah sakit melalui sistem Indonesia Case Base Groups (INA CBG’s) menjadi 100 persen, dari awalnya hanya 75 persen saja.
“Tarif premi KJS tidak jadi kami naikkan menjadi Rp 50.000. Kenapa tidak ada kenaikan premi lagi, itu disebabkan tarif premi yang sekarang sudah lebih tinggi dari tarif nasional,” kata Basuki di Balaikota DKI, Jakarta, Selasa (4/6).
Dengan tingginya premi KJS dibandingkan premi nasional, maka pihaknya masih bisa memperbaiki tarif biaya perawatan dan obat-obatan yang dikeluarkan rumah sakit dalam melayani pasien KJS.
“Artinya, boleh kita naikkan pembayaran klaim RS dari 75 persen menjadi 100 persen. Ini akan kami terapkan sekarang juga sambil menunggu tarif baru ditetapkan pada akhir Juni ini. Dan diterapkan pada Juli mendatang bila pergubnya sudah rampung,” paparnya.
Diungkapkannya, sistem INA CBG’s memaksa dokter-dokter rumah sakit untuk mencari tahu alasan rumah sakitnya mengalami kerugian. Juga tidak memungkinkan lagi perusahaan farmasi menitipkan produknya kepada dokter atau rumah sakit.
“Jadi kalau ada tambahan obat, itu pasti ditolak. Sistem tidak akan mau memasukkan tambahan obat itu, yang otomatis tidak dibayarkan. Nah ini kelebihan INA CBG’s. dengan sistem ini, membuat negara menjamin kesehatan rakyat, termasuk ada clinical pathway, sehingga tidak ada malapraktik. Karena semua ada hitungannya,” ujarnya.
Diakuinya, pelaksanaan sistem INA CBG’s ini belum sempurna, masih membuutuhkan waktu yang cukup panjang. Selain itu, sistem yang dipakai adalah sistem nasional. Sedangkan dipastikan di lapangan ada perbedaan harga obat dan alat-alat kesehatan di setiap daerah. Bahkan, kata lelaki yang akrab disapa Ahok ini mengklaim, dokter dan alat-alat kesehatan di Jakarta lebih canggih dibandingkan daerah lain.
“INA CBG’s ini sudah dipakai di Australia, Singapura dan Inggris. Australia saja menyesuaikan sistem ini membutuhkan waktu sembilan tahun. Saya sama Pak Jokowi baru satu bulan saja sudah diteriaki,” jelasnya.
Penulis: Lenny Tristia Tambun/NAD embernya

pantes pada terguncangs

0
1.4K
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan