- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
mari berkunjung di Emirates Stadium Markas The Gunner


TS
bintangduajari
mari berkunjung di Emirates Stadium Markas The Gunner


Quote:
welcome to Emirates Stadium Markas The Gunner"


Quote:
Akhirnya kembali ke London, setelah hampir 15 tahun. Tak banyak yang berubah, kecuali kini banyak sekali orang orang asal Russia atau negara negara Eropa timur yang menjajakan barang dagangan di pinggir sepanjang jalan jalan utama. Sesuatu yang tak pernah ada pada jaman dulu.
Selain itu atmosfer persepakbolaan yang paling menarik perhatian di muka bumi. English Premiere League. Kebetulan ada jadwal pertandingan Liga Champions antara salah satu klub favorit saya Arsenal dengan Olimpiakos asal Yunani. Jadilah saya tak menyianyiakan kesempatan menarik ini.
Stadion yang dibangun senilai 430 juta pound tadinya terletak di jalan Ashburton Grove yang terletak di kawasan Highbury, London Utara. Stadion yang baru dihuni sejak 2006/2007 ini, tak jauh dari lokasi bekas stadion lamanya yang kini dirubuhkan untuk menjadi kawasan bisnis. Benar benar tak jauh, hanya 500 meter mungkin.
Setelah deal sponsor 100 juta pound, stadion berkapasitas 60,000 orang ini dinamakan Emirates Stadium.
Ada dua akses utama mencapai stadion ini,yakni melalui stasiun subway Arsenal dan satu lagi stasiun Holloway Road. Jika kita keluar dari stasiun kereta bawah tanah Arsenal, maka kita akan tepat berada di mulut perumahan Highbury. Dengan berjalan sekitar 200 meter melalui pemukiman itu, kita akan mencapai sisi selatan Emirates Stadium.
Sementara jika kita keluar melalui stasiun Holloway Road. Kita akan berjalan – menyebrangi jalan raya – tak jauh juga untuk mencapai sisi utara stadion ini.
Selain itu atmosfer persepakbolaan yang paling menarik perhatian di muka bumi. English Premiere League. Kebetulan ada jadwal pertandingan Liga Champions antara salah satu klub favorit saya Arsenal dengan Olimpiakos asal Yunani. Jadilah saya tak menyianyiakan kesempatan menarik ini.
Stadion yang dibangun senilai 430 juta pound tadinya terletak di jalan Ashburton Grove yang terletak di kawasan Highbury, London Utara. Stadion yang baru dihuni sejak 2006/2007 ini, tak jauh dari lokasi bekas stadion lamanya yang kini dirubuhkan untuk menjadi kawasan bisnis. Benar benar tak jauh, hanya 500 meter mungkin.
Setelah deal sponsor 100 juta pound, stadion berkapasitas 60,000 orang ini dinamakan Emirates Stadium.
Ada dua akses utama mencapai stadion ini,yakni melalui stasiun subway Arsenal dan satu lagi stasiun Holloway Road. Jika kita keluar dari stasiun kereta bawah tanah Arsenal, maka kita akan tepat berada di mulut perumahan Highbury. Dengan berjalan sekitar 200 meter melalui pemukiman itu, kita akan mencapai sisi selatan Emirates Stadium.
Sementara jika kita keluar melalui stasiun Holloway Road. Kita akan berjalan – menyebrangi jalan raya – tak jauh juga untuk mencapai sisi utara stadion ini.

Quote:
Stadion kebanggaan the gunners – sebutan fans pendukung Arsenal –lebih terlihat seperti Mall daripada stadion olahraga.
Ini tidak salah. Bayangan stadion sepakbola yang pesing dan kotor – seperti yang biasa ditemui di Indonesia – tiba tiba saja lenyap melihat desain dan penampakan modern stadion Emirates ini.
Dibawah stadion, tepat berhadapan dengan pintu utama, ada ruangan satu lantai yang luas untuk jualan merchandise dan segala macam pernak pernik Arsenal. Mulai dari kaos jersey, sweater, celana dalam, sampai coklat atau botol susu bayi bermerk Arsenal. Disini juga merupakan gallery photo photo para pemain Arsenal.aya membeli beberapa macam merchandise disini dan sekaligus bertanya kepada staf yang berjaga disana , apakah mungkin bisa melihat lihat ke dalam stadion ini. Mereka mengatakan bahwa stadion ditutup untuk kunjungan tour jika akan ada pertandingan pada malam harinya.
Saya juga berusaha mencari tiket pertandingan malam hari ini,namun menurut informasi bahwa semua ticket yang dijual di ticket box sudah habis. Walaupun Arsenal sudah empat tahun terakhir paceklik gelar, namun tingkat hunian stadionnya merupakan salah satu tertinggi di Inggris. Menunjukan loyalitas fansnya terhadap klub.
Klub ini memang salah satu klub tertua di Inggris yang didirikan 1886 oleh sekelompok pekerja gudang peluru kerajaan Inggris.
Ini tidak salah. Bayangan stadion sepakbola yang pesing dan kotor – seperti yang biasa ditemui di Indonesia – tiba tiba saja lenyap melihat desain dan penampakan modern stadion Emirates ini.
Dibawah stadion, tepat berhadapan dengan pintu utama, ada ruangan satu lantai yang luas untuk jualan merchandise dan segala macam pernak pernik Arsenal. Mulai dari kaos jersey, sweater, celana dalam, sampai coklat atau botol susu bayi bermerk Arsenal. Disini juga merupakan gallery photo photo para pemain Arsenal.aya membeli beberapa macam merchandise disini dan sekaligus bertanya kepada staf yang berjaga disana , apakah mungkin bisa melihat lihat ke dalam stadion ini. Mereka mengatakan bahwa stadion ditutup untuk kunjungan tour jika akan ada pertandingan pada malam harinya.
Saya juga berusaha mencari tiket pertandingan malam hari ini,namun menurut informasi bahwa semua ticket yang dijual di ticket box sudah habis. Walaupun Arsenal sudah empat tahun terakhir paceklik gelar, namun tingkat hunian stadionnya merupakan salah satu tertinggi di Inggris. Menunjukan loyalitas fansnya terhadap klub.
Klub ini memang salah satu klub tertua di Inggris yang didirikan 1886 oleh sekelompok pekerja gudang peluru kerajaan Inggris.


Quote:
Rupanya, salah seorang gadis staff customer service itu tak tega melihat wajah kekecewaan saya yang jauh jauh datang dari belahan benua lain. Sambil berbisik ia mengatakan, datang saja langsung sebelum pertandingan. Pasti banyak tukang catut yang menawarkan karcis ticket. Itu pilihan terbaik.
Malam harinya, jam 19.30 malam saya sudah berada bersama ribuan pendukung Arsenal lainnya di muka stadion.
Sebelumnya dalam perjalanan dari stasiun kereta subway London Bridge, karena sebelumnya saya menyempatkan memotret disana, saya harus berganti kereta dua kali. Suasana di kereta api sudah riuh dipenuhi pendukung the Gunners, terutama ketika dari stasiun Holborn.
Rupa rupanya kereta tidak berhenti di Holloway Road dan baru berhenti di stasiun Arsenal. Ternyata ini untuk menghindari bentrokan dengan supporter Olimpiakos yang datang melalui stasiun Holloway Road.
Sebuah kerja sama yang padu dengan dinas tata kota setempat. Kelak ketika pulang, ada beberapa stasiun yang tidak bisa dilewati karena digunakan sebagai tempat persinggahan team supporter tamu.
Tak sulit menemukan tukang catut di sana. Sama seperti di Indonesia, di sana juga ada tukang catut karcis. Saya mendapatkan ticket masuk resmi seharga 64,5 pound yang dijual mereka seharga 70 pound. Tidak berbeda jauh.
Kita tak hanya mendapat karcis tapi juga sebuah majalah bagus berisi ulasan, profil dan beberapa artikel / foto tentang kedua kesebelasan ini.
Ada satu hal yang membuat saya merasakan beda dengan menonton bola di Indonesia. Saya seperti melihat supporter Arsenal ini seperti orang orang yang hendak ke mall atau menonton bioskop. Walaupun mayoritas memakai atribut atau jersey Arsenal, ada juga yang memakai jas dan dasi karena langsung dari kantor. Beberapa terlihat seperti keluarga yang terdiri dari kakek, ayah, ibu, dan anak anak gadisnya. Bahkan ada yang bersama pacarnya sambil berpelukan mesra.
Sedangkan di Indonesia menonton bola lebih menjadi tontonan bagi laki laki saja yang cenderung beringas. Membawa pacar, istri atau teman gadis kita nonton bola di Indonesia ? Bisa bisa dirayah para supporter bonek.Sistem jalan menuju pintu masuk stadion dari jalan raya dibuat berkelok kelok, sehingga tidak langsung masuk ke stadion. Ini juga menjadi ‘ barrier ‘ agar arus penonton – keluar masuk – tidak langsung tumpah ruah. Selain itu pembukaan pintu stadion Emirates meliputi hampir semua titik lingkar stadion. Dari pintu A, B, C, D dan seterusnya sesuai abjad. Jadi hampir tidak ada desakan desakan ‘ bottle neck ‘ arus penonton.
Karcis ticket masuk sudah ditambahi sensor magnet , yang harus kita gesekan agar sensor pintu bekerja dan membuka secara otomatis.
Banyak stadion di Indonesia hanya memiliki sedikit pintu untuk menampung puluhan ribu penonton yang masuk dan keluar.
Di sini semua sabar satu persatu menunggu orang di depannya masuk pintu. Sementara di gang gang dalam stadion juga bisa ditemui beberapa gerai makanan dan kita bisa menikmati sandwich atau spaghetti sambil menonton Cesc Fabegas mengobrak abrik pertahanan lawan.
Ketika jeda istirahat paruh waktu. Arsene Wenger, sang pelatih tampil sebentar di dua layar televisi raksasa di tiap pojokan stadion. Hanya untuk mengumumkan nomor ticket yang mendapat hadiah undian pada pertandingan malam hari ini.
Ternyata banyak juga warga keturunan Asia, seperti Arab, Pakistan dan India yang turut menonton pertandingan ini. Ya, dulu Osama bin Laden dulu sewaktu tinggal di London tak pernah melewatkan pertandingan klub ini.
Beberapa supporter bule asli memperlihatkan rasa persaudaraan ‘Gooners ‘ dengan membantu mengangkat tas kamera yang yang berat ketika hendak melompati bangku bangku penonton, karena saya salah tempat duduk. Ini membuat suasana lebih cair, sehingga saya bisa bergabung dan terutama berjingkrak jingkrak bersama ketika Robin Van Persie menjebol gawang lawan.
“ Come on Arsenal “ demikian mereka terus bersorak sorai sebelum gol pertama tercipta.
Demikianlah, 90 menit di dalam Emirates Stadium merupakan pengalaman menakjubkan. Salah satu highlight perjalanan di London.
Satu hal, tidak ada penonton yang membawa motor, mobil atau rombongan bus metromini. Semua puluhan ribu orang menggunakan angkutan kereta bawah tanah. Sangat efisien dan tidak mengganggu arus lalu lintas yang sudah padat di sore hari.
Malam harinya, jam 19.30 malam saya sudah berada bersama ribuan pendukung Arsenal lainnya di muka stadion.
Sebelumnya dalam perjalanan dari stasiun kereta subway London Bridge, karena sebelumnya saya menyempatkan memotret disana, saya harus berganti kereta dua kali. Suasana di kereta api sudah riuh dipenuhi pendukung the Gunners, terutama ketika dari stasiun Holborn.
Rupa rupanya kereta tidak berhenti di Holloway Road dan baru berhenti di stasiun Arsenal. Ternyata ini untuk menghindari bentrokan dengan supporter Olimpiakos yang datang melalui stasiun Holloway Road.
Sebuah kerja sama yang padu dengan dinas tata kota setempat. Kelak ketika pulang, ada beberapa stasiun yang tidak bisa dilewati karena digunakan sebagai tempat persinggahan team supporter tamu.
Tak sulit menemukan tukang catut di sana. Sama seperti di Indonesia, di sana juga ada tukang catut karcis. Saya mendapatkan ticket masuk resmi seharga 64,5 pound yang dijual mereka seharga 70 pound. Tidak berbeda jauh.
Kita tak hanya mendapat karcis tapi juga sebuah majalah bagus berisi ulasan, profil dan beberapa artikel / foto tentang kedua kesebelasan ini.
Ada satu hal yang membuat saya merasakan beda dengan menonton bola di Indonesia. Saya seperti melihat supporter Arsenal ini seperti orang orang yang hendak ke mall atau menonton bioskop. Walaupun mayoritas memakai atribut atau jersey Arsenal, ada juga yang memakai jas dan dasi karena langsung dari kantor. Beberapa terlihat seperti keluarga yang terdiri dari kakek, ayah, ibu, dan anak anak gadisnya. Bahkan ada yang bersama pacarnya sambil berpelukan mesra.
Sedangkan di Indonesia menonton bola lebih menjadi tontonan bagi laki laki saja yang cenderung beringas. Membawa pacar, istri atau teman gadis kita nonton bola di Indonesia ? Bisa bisa dirayah para supporter bonek.Sistem jalan menuju pintu masuk stadion dari jalan raya dibuat berkelok kelok, sehingga tidak langsung masuk ke stadion. Ini juga menjadi ‘ barrier ‘ agar arus penonton – keluar masuk – tidak langsung tumpah ruah. Selain itu pembukaan pintu stadion Emirates meliputi hampir semua titik lingkar stadion. Dari pintu A, B, C, D dan seterusnya sesuai abjad. Jadi hampir tidak ada desakan desakan ‘ bottle neck ‘ arus penonton.
Karcis ticket masuk sudah ditambahi sensor magnet , yang harus kita gesekan agar sensor pintu bekerja dan membuka secara otomatis.
Banyak stadion di Indonesia hanya memiliki sedikit pintu untuk menampung puluhan ribu penonton yang masuk dan keluar.
Di sini semua sabar satu persatu menunggu orang di depannya masuk pintu. Sementara di gang gang dalam stadion juga bisa ditemui beberapa gerai makanan dan kita bisa menikmati sandwich atau spaghetti sambil menonton Cesc Fabegas mengobrak abrik pertahanan lawan.
Ketika jeda istirahat paruh waktu. Arsene Wenger, sang pelatih tampil sebentar di dua layar televisi raksasa di tiap pojokan stadion. Hanya untuk mengumumkan nomor ticket yang mendapat hadiah undian pada pertandingan malam hari ini.
Ternyata banyak juga warga keturunan Asia, seperti Arab, Pakistan dan India yang turut menonton pertandingan ini. Ya, dulu Osama bin Laden dulu sewaktu tinggal di London tak pernah melewatkan pertandingan klub ini.
Beberapa supporter bule asli memperlihatkan rasa persaudaraan ‘Gooners ‘ dengan membantu mengangkat tas kamera yang yang berat ketika hendak melompati bangku bangku penonton, karena saya salah tempat duduk. Ini membuat suasana lebih cair, sehingga saya bisa bergabung dan terutama berjingkrak jingkrak bersama ketika Robin Van Persie menjebol gawang lawan.
“ Come on Arsenal “ demikian mereka terus bersorak sorai sebelum gol pertama tercipta.
Demikianlah, 90 menit di dalam Emirates Stadium merupakan pengalaman menakjubkan. Salah satu highlight perjalanan di London.
Satu hal, tidak ada penonton yang membawa motor, mobil atau rombongan bus metromini. Semua puluhan ribu orang menggunakan angkutan kereta bawah tanah. Sangat efisien dan tidak mengganggu arus lalu lintas yang sudah padat di sore hari.






[img][http://assets.redletterdays.co.uk/images/img435/productlarge/AFCFA_2.jpg[/img]


Quote:


follow us twitter @bintang2jari
bantu follow ya gan
bantu follow ya gan

Diubah oleh bintangduajari 12-06-2013 16:23
0
8.5K
Kutip
88
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan